Sectoral Insight

Krisis 2008 Bisa Terulang Karena SVB, RI Mesti Waspada

mae, CNBC Indonesia
11 March 2023 14:00
SVB
Foto: Reuters
  • SVB kolaps karena gagal mendapatkan suntikan modal dan penarikan dana dari nasabah dan investor
  • SVB kolaps dan memicu kekhawatiran akan terulangnya Krisis Keuangan 2008/2009
  • Krisis Keuangan 2008/2009 pernah membuat rupiah dan IHSG tertekan

Jakarta, CNBC Indonesia - Dunia, termasuk Indonesia, pernah merasakan dampak pahit dari Krisis Keuangan 2008/2009 yang bermuara di Amerika Serikat (AS). Kejadian pahit 14 tahun lalu tersebut bisa terulang tahun ini.

Kekhawatiran terulangnya Krisis Financial Global 2008/2009 muncul setelah Silicon Valley Bank (SVB) kolaps pada Jumat (10/3/2023).

SVB kolaps hanya 48 jam setelah berencana mengumpulkan dana sebesar US$ 2,25 miliar atau setara Rp 34,75 triliun (kurs US$ 1=Rp 15.445 untuk menambah modal pada Rabu (8/3/2023).

Namun, rencana tersebut gagal karena pasar khawatir melihat kondisi keuangan bank. Alih-alih mendapatkan modal, nasabah dan investor malah ramai-ramai menarik dana dari SVB.

Investor khawatir beban SVB akan membengkak dan mengalami kesulitan pembayaran mengingat tingginya suku bunga saat ini.

Hingga Kamis (9/3/2023), penarikan modal dari SVB berpotensi menembus US$ 42 miliar atau Rp 648,69 triliun. Saham SVB juga jatuh lebih dari 60% sehingga membuat otoritas pasar modal melakukan suspensi. Kolapsnya bank SVB menjadi peringatan keras bagi pasar keuangan global.

Analis mengatakan dampak SVB bisa merambat ke sektor perbankan secara keseluruhan bahkan bisnis yang lain.

Terlebih, kondisi ekonomi global saat ini belum pulih dari krisis pandemi Covid-19. Suku bunga di tingkat global juga masih sangat tinggi.

"Kemungkinan akan terjadi pertumpahan darah minggu depan karena bank-bank AS akan mengakami masalah. Aksi short selling akan terjadi dan mereka akan menyerang setiap perbankan, khususnya bank-bank kecil," tutur Chairman Whalen Global Advisors, dikutip dari Reuters.

Sebagai catatan, The Fed sudah menaikkan suku bunga acuan sebesar 450 bps dalam setahun terakhir menjadi 4,5-4,75%.

Seperti diketahui, Krisis Keuangan Global pada 2008/2009 menyeret AS dan dunia ke dalam jurang resesi.

Berdasarkan data Dana Moneter Internasional (IMF) ekonomi global terkontraksi 0,6%pada 2009 setelah hanya tumbuh 3% pada 2008.

Padahal, ekonomi dunia tumbuh 5,2% pada 2007.  Akibat krisis, ekonomi AS terkontraksi 0,34% pada 2008 dan 3,07% pada 2009.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia sendiri melambat menjadi 4,5% pada 2009 dari 6,1% pada 2008. Pertumbuhan tersebut adalah yang terendah sejak 2001. 

Indonesia relatif bisa terhindar dari perlambatan ekonomi yang dalam karena struktur ekonomi banyak didorong permintaan domestik. Inflasi juga tercatat rendah 2,78%.

Namun, Indonesia tidak kebal sepenuhnya dari goncangan global. Krisis di AS menjalar di tingkat global melalui sektor keuangan.

 Pasar keuangan Indonesia baik saham, mata uang, hingga obligasi jatuh akibat aksi jual. Sektor keuangan Indonesia terimbas besar karena derasnya arus modal ke luar (capital outflow).

Merujuk data Refinitiv, pelemahan rupiah tercatat pada 1 Desember 2008 di mana rupiah ditutup di posisi Rp 12.150/US$, atau mengalami depresiasi sebesar 22,8% dibandingkan awal tahun.

Sebagai upaya untuk menstabilkan nilai tukar rupiah, cadangan devisa terkuras cukup dalam dari US$ 60,56 miliar pada Juli 2008 menjadi US$ 51,6 miliar dolar AS pada akhir tahun 2008.

Yield surat utang pemerintah tenor 10 tahun melambung ke level tertingginya pada 28 Oktober 2008 ke 21,48%.

Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 60,73% dari posisi tertingginya pada 9 Januari 2008 di posisi 2.830,26 menjadi 1.111,39 pada 28 Oktober 2008.


Krisis ekonomi 2008-2009 melahirkan sejumlah aturan dan kebijakan baru, terutama dalam pengawasan perbankan. Di antaranya adalah kenaikan penjaminan simpanan masyarakat di perbankan yang dijamin oleh LPS dari Rp100 juta menjadi Rp 2 miliar.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga lahir setelah terjadinya krisis keuangan 2008/2009.

 

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular