Fundamental Pundit
Lebih Sering Rugi, Kenaikan 74% Saham SNLK Rawan Rontok

- Saham SNLK sudah melonjak 74% sepanjang 2023.
- Namun, perusahaan hotel ini punya fundamental kurang baik, jarang membukukan laba.
- Saham SNLK tidak cocok untuk aset investasi jangka panjang, kecuali aksi spekulasi jangka pendek.
Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten perhotelan PT Sunter Lakeside Hotel Tbk (SNLK) melonjak hingga lebih dari 74% sepanjang 2023. Investor tetap memburu saham ini, kendati perusahaan baru sekali mencetak laba usai melantai pada Maret 2021.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), per penutupan Senin (13/3/2023), saham SNLK dihargai sebesar Rp1.080/saham.
Saham emiten pemilik Sunlake Hotel di Jakarta Utara ini rebound dari posisi Rp620/saham pada Januari 2023 hingga akhirnya melesat 74,19% semenjak itu.
Seperti disinggung di atas, lonjakan harga tersebut tidak mencerminkan kondisi fundamental perusahaan.
Selama 5 tahun terakhir, Sunter Lakeside hanya sekali membukukan laba, yakni pada 2020 sebesar Rp16,2 miliar. Selebihnya, emiten ini lebih kerap menanggung rugi bersih.
Alhasil, metrik profitabilitas, mulai dari margin laba bersih (NPM), return on equity (ROE) hingga return on assets (ROA) perusahaan juga lebih sering negatif.
Kinerja teranyar, sebenarnya, pendapatan SNLK meningkat 78,81% secara tahunan (yoy) hingga kuartal III 2022 menjadi Rp22,90 miliar.
Perusahaan juga berhasil mengalami peningkatan laba kotor 84,16% yoy menjadi Rp18,84 miliar dalam periode Januari-September 2022.
Hanya saja, lonjakan beban operasional hingga 30,66% menjadi Rp17,44 miliar dan sejumlah beban penyusutan (depresiasi) aset membuat perusahaan mengalami rugi bersih.
Selama 9 bulan 2022, SNLK membukukan rugi bersih Rp5,03 miliar. Pada periode yang sama tahun sebelumnya, emiten ini menanggung rugi bersih Rp5,59 miliar.
Untungnya, rasio likuiditas, atau kemampuan perusahaan melunasi kewajiban jangka pendeknya, SNLK masih terbilang aman. Sebut saja, current ratio perusahaan mencapai 2,56, artinya aset lancar jauh lebih besar dibandingkan liabilitas (kewajiban) lancar.
Kemudian, rasio solvabilitas berupa debt to equity ratio (DER) atau rasio utang dibandingkan ekuitas (modal) perusahaan 0,35, di bawah batas aman 1. Artinya, aset terutama dibiayai dengan menggunakan ekuitas perseroan.
Lantas, Valuasinya?
Lantaran sering merugi, penggunaan metrik valuasi paling populer macam price-to earnings ratio (PER), yang membandingkan harga saham terhadap laba perusahaan, tidak bisa digunakan.
Sementara, apabila menggunakan metrik valuasi relatif price-to sales ratio (PSR), atau perbandingan harga saham dengan penjualan/pendapatan perusahaan, saham SNLK terbilang mahal, dengan angka 15,92 kali.
Angka PSR 15,92 kali tersebut di atas rerata industri yang hanya sebesar 5,4 kali.
Demikian pula, apabila melihat rasio price-to book value (PBV), perbandingan harga saham dengan nilai buku perusahaan, yang sebesar 3,25 kali, saham SNLK kelewat mahal. Rerata PBV industri tercatat sebesar 2,27 kali.
Apabila menggabungkan rasio multiples di atas, harga wajar untuk saham SNLK berada di kisaran Rp560/saham, atau ada potensi penurunan (downside) 48,15%.
Soal SNLK
Pada awalnya hotel perusahaan dibuka dengan nama Clarion Sunlake Hotel, yang beroperasi dari tahun 1995 hingga tahun 2020, yang akhirnya diubah menjadi Hotel Danau Sunter atau Sunlake Hotel.
Selain satu hotel bintang 4 Sunlake Hotel, SNLK mengoperasikan sejumlah restoran, seperti Silver Spoon Restaurant dan Grand City Chinese Restaurant. Perusahaan juga memiliki kafe bernama Cocaf Coffee Café.
Prospek ke Depan
Setelah menjadi salah satu industri paling terpukul saat pandemi Covid-19 pada 2020, bersama dengan sektor pariwisata, pelonggaran mobilitas masyarakat menjadi sentimen positif untuk industri perhotelan ke depan.
Pulihnya aktivitas masyarakat menjelang Ramadan dan musim libur lebaran juga bisa menjadi suntikan positif emiten hotel RI.
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang berada di 122,4, mulai mendekati keyakinan sebelum pandemi yang di sekitar 124. Ini menjadi tanda optimisme konsumen melihat ekonomi RI ke depan.
Namun, ketatnya persaingan industri perhotelan, dan belum berhasilnya SNLK untuk turnaround atau membalik rugi menjadi laba, perlu menjadi perhatian khusus.
Karenanya, dengan valuasi yang kemahalan, kinerja profitabilitas yang negatif, saham SNLK tidak cocok dijadikan investasi jangka panjang. Singkatnya, saham ini mungkin hanya cocok diperdagangkan dalam jangka pendek, semata-mata demi aksi spekulatif.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research, divisi penelitian CNBC Indonesia. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau aset sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[Gambas:Video CNBC]
Ribuan Investor Nungguin Saham INAF, Padahal Kinerja Jeblok
(pap/pap)