
Badai di Amerika Reda, Semoga Tak Ada 'Lautan Merah' Hari Ini

Dari dalam negeri, sejumlah agenda penting akan digelar. Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini akan mengumumkan data neraca perdagangan Februari 2023.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Februari 2023 sebesar US$ 3,2 miliar.
Surplus tersebut jauh lebih rendah dibandingkan Januari 2023 yang mencapai US$ 3,87 miliar.
Konsensus juga menunjukkan bahwa ekspor masih akan tumbuh 4% (year on year/yoy) sementara impor meningkat 4,2%.
Jika neraca perdagangan kembali mencetak surplus maka Indonesia sudah membukukan surplus selama 34 bulan beruntun.
Ekspor Indonesia diproyeksi melemah karena harga komoditas yang turun serta melemahnya permintaan global, terutama dari China.
Sebaliknya impor diproyeksi melonjak sejalan dengan persiapan produsen meningkatkan kapasitas produksi menjelang Ramadan dan Lebaran.
Jika surplus dan ekspor turun lebih besar dari proyeksi maka pasar diperkirakan akan menyambutnya dengan negatif.
Pasalnya, ekspor dan surplus yang melandai bisa menurunkan pertumbuhan ekonomi ke depan. Juga, membuat cadangan devisa berkurang sehingga rupiah bisa tertekan.
Hari ini, BI juga mengawali dua hari RDG dan akan mengumumkan kebijakan moneternya besok Kamis (16/3/2023).
Kubu MH Thamrin diperkirakan masih akan mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75% pada bulan ini.
Melandainya inflasi AS dan krisis SVB akan membantu BI dalam mempertahankan kebijakan suku bunga karena The Fed kemungkinan tidak akan agresif.
Sebagai catatan, BI sudah mengerek suku bunga sebesar 225 bps sejak Agustus 2022 menjadi 5,75%.
Sentimen positif lain datang dari prospek ekonomi Indonesia. Sri Mulyani optimis jika ekonomi Indonesia akan tumbuh di atas 5% pada kuartal I-2023.
Ekonomi Indonesia sempat melemah dengan hanya tumbuh 5,01% (yoy) pada kuartal IV-2022 setelah tumbuh 5,73% (yoy) pada kuartal III-2022.
"Untuk kuartal I 2023 pertumbuhannya cukup bagus. Setidaknya bisa tumbuh 5%, meskipun kita tetap mewaspadai kinerja ekspor mengalami koreksi dari sisi level pertumbuhannya cukup tinggi," tutur Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KITA, Selasa (14/3).
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi memungkinkan perusahaan untuk menargetkan penjualan dan laba yang lebih tinggi. Kondisi ini tentu saja menguntungkan investor di bursa saham.
Hari ini, sejumlah perusahaan juga akan menggelar RUPS. Di antaranya adalah PT Bank Negara Indonesia, PT Surya Esa Perkasa, dan PT Rencana Perdana Bangun Pusaka.
RUPS BNI akan menjadi sorotan mengingat besarnya laba perusahaan pada tahun lalu. Laba bersih BNI melonjak 40,68% pada 2022 menjadi Rp 4,26 triliun. Investor kini menunggu berapa dividen yang akan dibagi serta langkah perusahaan ke depan.
(mae/mae)