
Badai di Amerika Reda, Semoga Tak Ada 'Lautan Merah' Hari Ini

Investor perlu mencermati sejumlah sentimen yang diperkirakan menggerakkan pasar keuangan Tanah Air pada hari ini, baik yang datang dari dalam negeri ataupun luar negeri.
Meredanya gejolak di bursa Wall Street dan data inflasi AS akan menjadi sentimen utama dari luar negeri.
Sementara itu, data neraca perdagangan Februari, prospek pertumbuhan ekonomi yang baik, Rapat Dewan Gubernur BI, dan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) sejumlah perusahaan akan menopang sentimen dari dalam negeri.
Kembali hijaunya Wall Street diharapkan bisa meredakan kekhawatiran investor yang meningkat pada hari sebelumnya. Sektor keuangan pada bursa saham Indonesia yang ambles pada perdagangan Selasa kemarin diharapkan rebound pada hari ini.
Terlebih, pemerintah maupun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sudah memastikan bahwa sistem perbankan nasional kuat.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengingatkan apa yang dihadapi SVB dan Signature Bank berbeda dengan Lehman Brothers pada Krisis Keuangan Global 2008/2009.
Dampak krisis kedua bank diperkirakan tidak akan sebesar Lehman Brothers di mana pada 2008 menimbulkan tsunami tumbangnya bank-bank di AS.
Namun, dia mengingatkan jika krisis SVB harus menjadi pelajaran penting karena bank dengan skala apapun bisa menimbulkan gelombang kepanikan yang berujung krisis.
"Ini tidak akan menimbulkan seperti Lehman Brothers moment saat 2008, tentu kita berharap Amerika Serikat bisa stabilkan sektor keuangan. Ini pelajaran yang harus kita lihat, bahwa bank yang kecil dalam posisi tertentu bisa menimbulkan persepsi sistemik," kata Sri Mulyani, pada konferensi pers APBN KITA, Selasa (14/3/2023).
Menyusul terjadinya krisis SVB dan Signature Bank, lembaga rating Moody's Investors Service memangkas outlook sistem perbankan AS menjadi negatif dari stabil.
"Kami mengubah outlook menjadi negatif dari stabil. Outlook menandai kemerosotan yang sangat tajam pada lingkungan operasional menyusul penarikan dana besar-besaran pada Silicon Valley Bank (SVB), Silvergate Bank, dan Signature Bank (SNY)," tulis Moody's dalam laporannya.
Selain meredanya kepanikan di Wall Street, inflasi AS yang melandai akan menjadi modal positif bagi pergerakan pasar hari ini.
Inflasi AS yang melandai menjadi 6% (yoy) pada Februari 2023 diperkirakan akan membuat The Fed melunak. Inflasi sebesar 6% adalah yang terendah sejak September 2021 atau 17 bulan terakhir. Kendati melandai, inflasi masih jauh dari target The Fed di kisaran 2%.
Pasar kini berekspektasi The Fed hanya akan menaikkan suku bunga sebesar 25 bps pada pekan depan.
Pada pekan lalu, Powell menegaskan jika The Fed akan tetap agresif dengan menaikkan suku bunga lebih besar dalam periode yang lebih panjang.
Namun, dengan inflasi yang melandai dan krisis SVB maka agresivitas The Fed diproyeksi berkurang. The Fed sudah mengerek suku bunga hingga 450 bps sejak Maret 2022 menjadi 4,5-4,75%.
Malam nanti, AS juga akan merilis dua data penting yakni penjualan eceran dan indeks harga produsen (IPP) Februari.
IPP diproyeksi melandai ke 5,5% (yoy) dari 6% (yoy) pada Januari 2023. Sementara itu, IPP diharapkan melandai ke 3,2% pada Februari 2023 dari 6,4% (yoy).
Sama dengan inflasi, IPP dan penjualan eceran juga akan menjadi pertimbangan The Fed dalam menentukan suku bunga.