Polling CNBC Indonesia

Impor Melonjak Jelang Puasa, Surplus Dagang Diramal Menyusut

mae, CNBC Indonesia
14 March 2023 12:30
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso, Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi memantau bongkar muatan 5.000 ton beras impor asal Vietnam di Pelabuhan Tanjung Priok, Jumat (16/12/2022).
Foto: Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso, Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi memantau bongkar muatan 5.000 ton beras impor asal Vietnam di Pelabuhan Tanjung Priok, Jumat (16/12/2022). (CNBC Indonesia/Emir Yanwardhana)

Jakarta, CNBC Indonesia - Surplus neraca perdagangan diperkirakan semakin menyusut pada Februari 2023. Selain ekspor yang melemah, surplus menyusut karena meningkatnya impor menjelang Ramadan.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Februari 2023 sebesar US$ 3,2 miliar.

Surplus tersebut jauh lebih rendah dibandingkan Januari 2023 yang mencapai US$ 3,87 miliar.  Konsensus juga menunjukkan bahwa ekspor masih akan tumbuh 4% (year on year/yoy) sementara impor meningkat 4,2%.

Jika neraca perdagangan kembali mencetak surplus maka Indonesia sudah membukukan surplus selama 34 bulan beruntun.

Sebagai catatan, nilai ekspor Januari 2023 mencapai US$ 22,31 miliar atau naik 16,37% (yoy) tetapi turun 6,36% dibandingkan Januari 2023 (month to month/mtm).

Impor tercatat US$ 18,44 miliar atau naik 1,27% (yoy) tetapi turun 7,15% (mtm).

Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data perdagangan internasional Indonesia periode Februari 2023 pada Rabu (15/3/2023).

Ekspor Indonesia diproyeksi melemah karena harga komoditas yang turun serta melemahnya permintaan global, terutama dari China.

Berdasarkan catatan Refinitiv, rata-rata harga batu bara pada Februari hanya di kisaran US$ 207,57 per ton. Harga tersebut jauh lebih rendah dibandingkan Januari 2023 yang ada di angka US$ 317,27 per ton.

Namun, rata-rata harga minyak sawit mentah pada Februari adalah MYR 4.039 per ton. Harga lebih tinggi dibandingkan Januari 2023 yang ada di kisaran MYR 3.937 per ton.

Harganya lebih rendah dibandingkan pada Desember 2022 yang ada di kisaran MYR 3.966,86 per ton atau November 2022 yang tercatat MYR 4.170,3 per ton.



Ekspor dari China diperkirakan terus melambat. Indeks manufaktur China memang melonjak pada Februari 2023 ke level 52,6 pada Februari - tertinggi yang tidak terlihat sejak April 2012.atau lebih dari satu dekade.

Namun, impor Tiongkok secara tahunan masih turun. Impor China pada Janauri-Februari 2023 turun 10,2% (yoy) menjadi US$ 389,42 miliar.

Impor yang menurun menandai lemahnya permintaan akan barang dari luar negeri, termasuk Indonesia.

Sebagai catatan, ekspor non-migas  Indonesia ke Tiongkok terus melandai dari US$ 6,28 miliar pada November 2022 menjadi US$ 5,79 miliar pada Desember 2022. Ekspor mengecil menjadi US$ 5,25 miliar pada Januari 2023.

Data BPS menunjukkan pertumbuhan ekspor terus menurun. Secara bulanan, ekspor bahkan sudah terkontraksi selama lima bulan beruntun.

Kendati ekspor terus melambat, neraca perdagangan masih membukukan surplus cukup besar karena impor juga terus turun.

Secara tahunan, impor sudah terkontraksi selama dua bulan beruntun yakni pada November dan Desember 2022 tetapi kemudian naik tipis 1,27%.

Secara bulanan, impor sempat terkontraksi selama lima bulan terakhir, kecuali pada Desember 2022. Berbeda dengan bulan-bulan sebelumnya, impor diperkirakan meningkat tajam pada Februari tahun ini.

Impor naik karena produsen atau banyak perusahaan yang akan membeli barang modal atau bahan mentah untuk produksi sebelum Ramadan.

Secara historis, impor memang naik cukup tajam menjelang Bulan Puasa karena produsen akan meningkatkan produksi untuk mengantisipasi lonjakan permintaan selama Ramadan.

Ramadan tahun ini kemungkinan akan berlangsung pada 22/23 Maret 2023 hingga 21/22 April 2023.

Sebagai gambaran Ramadan tahun lalu jatuh pada awal April 2022. Impor pada Maret 2022 tercatat U$21,97 miliar, naik 32,02 (mtm) dan melonjak 30,85% (yoy).

Kenaikan impor setidaknya tercermin dalam aktivitas manufaktur. Kendati melandai, PMI Manufaktur Indonesia pada Februari 2023 masih di zona eksansif yakni 51,2.

PMI yang masih ekspansif akan membuat impor bahan baku/penolong dan modal lebih tinggi. 

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular