Macro Insight
Diam-diam Warga RI Dapat Banyak Berkah dari Krisis Amerika

2. Pemilik KPR dan peminjam bank
Krisis SVB diperkirakan mmebuat The Fed melunak. Rencana mereka mengerek suku bunga secara agresif lagi sepertinya sulit dilakukan.
Pekan lalu setelah pidato Powell yang hawkish, banyak yang melihat ada kemungkinan bagi Bank Indonesia (BI) untuk menarik suku bunga acuan lagi.
BI sudah menaikkan suku bunga secara agresif sebesar 225 bps sejak Agustus 2022 menjadi 5,75% pada Januari 2023. Kubu MH Thamrin mulai mempertahankan suku bunga acuan pada Februari 2023.
Dengan krisis SVB dan melunaknya The Fed maka ruang BI untuk mempertahankan suku bunga kini lebih besar. Jika BI tidak agresif lagi maka perbankan Indonesia diharapkan tidak mengerek bunga pinjaman.
Kondisi ini akan menguntungkan mereka yang memiliki pinjama bank, termasuk yang harus mmenyicil kredit pemilikan rumah (KPR)
3. Obligasi Pemerintah Dicari, Yield pun Turun
Krisis SVB membuat investor memilih aset yang minim risiko, seperti obligasi. Obligasi pemerintah pun dicari sehingga harganya naik, yield pun turun.
Imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun bahkan merosot tajam dari 7,04% pada Kamis pekan lalu (9/3/2023) menjadi 6,78% pada hari ini.
Melandainya obligasi ini tentu saja menguntungkan pemerintah karena beban untuk membayar bunga lebih rendah.
Besarnya permintaan obligasi pemerintah sudah tercermin dari lelang hari ini Pada lelang Selasa (14/3/2023), pemerintah menerima penawaran dari investor asing senilai Rp 13,06 triliun.
Tawaran yang datang naik hampir dua kali lipat dibandingkan lelang sebelumnya yang tercatat Rp 6,79 triliun.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[Gambas:Video CNBC]
(mae/mae)