
Badai dari AS Belum Reda, RI Akan Pesta atau Mesti Waspada?

Dari bursa Amerika Serikat (AS), bursa utama mereka ditutup beragam setelah bergerak sangat volatile pada awal pekan ini, Senin (13/3/2023).
Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 90,50 point atau 0,28% ke posisi 31.819,14. Artinya, indeks sudah melemah dalam lima hari perdagangan beruntun.
Indeks S&P juga ditutup melemah 0,15% atau 5,83 poin ke 3.855,76. Hanya indeks Nasdaq yang ditutup menguat 49,95 poin atau 0,45% ke posisi 11.188,84.
Bursa Wall Street bergerak sangat volatile sejak awal perdagangan kemarin. Ketiga bursa semula dibuka di zona hijau tetapi kemudian bergerak beragam. Lima menit kemudian semua indeks bergerak di zona merah.
Indeks Dow Jones dan S&P ambruk karena pasar masih khawatir dengan krisis yang menimpa SVB dan Signature Bank. Di sisi lain, krisis pada kedua bank diperkirakan akan membuat The Fed melunak dalam menaikkan suku bunga.
Signature Bank diambilalih otoritas keuangan pada Minggu (12/3/2023) setelah adanya penarikan dana besar-besaran pada nasabah hingga mencapai US$ 10 miliar.
Bank yang memiliki banyak nasabah di sektor real estate tersebut memiliki aset senilai US$ 110, miliar dan simpanan sebesar US$ 88,59 miliar per akhir 2022.
Akibat dari penutupan dua bank, sektor finansial menjadi sektor yang paling merah kemarin.
Perdagangan beberapa saham perbankan bahkan harus dihentikan beberapa kali karena volatilitas yang sangat tajam.
Bank-bank besar AS kehilangan nilai pasar lebih dari US$ 70 miliar kemarin dalam hal nilai market saham. Total nilai market yang hilang diperkirakan menyentuh US$ 170 miliar sejak Kamis pekan lalu.
Di antara saham sektor keuangan yang tumbang adalah saham First Republic Bank(FRC) yang ambruk 61,8% dan saham Western Alliance Bancorp (WAL) yang terjun 47,1%.
Saham Comerica Inc. (CMA) ambles 27,7% dan PacWest Bancorp. (PACW) anjlok 21,1%.
Menyusul terjadinya krisis pada SVB dan Signature Bank, Presiden AS Joe Biden menggelar konferensi pers pada Senin siang waktu setempat.
Biden memastikan jika pemerintah akan melakukan semua upaya untuk menjamin dana nasabah.
Pernyataan Biden tersebut berselang beberapa jam setelah Menteri Keuangan, Fed, dan Lembaga Penjamin Simpanan FDIC mengeluarkan pernyataan bersama.
Namun, pernyataan tersebut belum mampu menekan kekhawatiran nasabah dan investor.
"Warga AS bisa meyakini jika sistem bank (AS) aman. Simpanan Anda akan tetap di sana sampai Anda membutuhkannya. Kami bisa yakinkan kepada Anda jika kami tidak akan berhenti di titik ini. Kami akan melakukan apapun yang dibutuhkan," tutur Biden, dikutip dari Reuters.
Merujuk pada aturan, simpanan bank yang dijamin FDIC hanya sebesar US$ 250.000 atau sekitar Rp 3,84 miliar (kurs US$1=Rp 15.360).
Biden juga menegaskan jika pemerintah AS akan melakukan langkah cepat sepanjang pekan ini untuk memastikan sistem perbankan tetap berjalan aman.
Dia juga akan menemui kongres AS dan regulator lain untuk memperkuat aturan perbankan.
Analis dari Cherry Lane Investment, Rick Meckler, penyataan Biden dan kesepakatan bersama otoritas lain membuat pelaku pasar berpikir dua hal.
"Ketika ada langkah besar yang diambil dan dengan waktu yang cepat, yang terlintas pertama mungkin adalah bahwa krisis akan teratasi. Namun, kemudian kita berpikir sebenarnya krisis ini sebesar apa sampai harus diambil penanganan yang sangat besar," tutur Meckler, dikutip dari Reuters.
(mae/mae)