
Badai dari AS Belum Reda, RI Akan Pesta atau Mesti Waspada?

Investor dan pelaku pasar keuangan dalam negeri mesti mencermati sejumlah sentimen penggerak pasar hari ini, terutama yang datang dari Wall Street.
Wall Street bergerak sangat labil kemarin karena kekhawatiran nasabah dan investor belum sepenuhnya reda.
Presiden Biden, Yellen, Powell, dan Ketua FDIC Gruenberg memang sudah mengeluarkan pernyataan yang berusaha menenangkan pasar.
Mereka memastikan dana nasabah akan aman. Otoritas juga memastikan mereka tidak akan tinggal diam dan akan mencegah dampak lebih luas dari krisis SVB dan Signature Bank.
Dampak penutupan kedua bank sudah merembet ke bank-bank lain, berupa penurunan saham yang sangat tajam. Di antaranya adalah saham First Republican Bank yang ambruk 61,8% dan saham Western Alliance Bancorp yang terjun 47,1%.
Ditutupnya Signature Bank juga menimbulkan kekhawatiran baru karena bank tersebut banyak bergerak di sektor real estate yang banyak menopang sektor lain.
Kekhawatiran tersebut dikhawatirkan akan menular ke Indonesia mengingat besarnya dampak krisis SVB dan Signature Bank ke pasar AS.
Namun, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memastikan penutupan SVB tidak akan berdampak langsung terhadap industri perbankan Indonesia yang memiliki kondisi yang kuat dan stabil.
Perbankan Indonesia juga tidak memiliki hubungan bisnis, facility line maupun investasi pada produk sekuritisasi SVB.
Bank-bank Tanah Air juga memberikan kredit dan investasi kepada perusahaan technology startups maupun kripto.
"Oleh karena itu, OJK mengharapkan agar masyarakat dan Industri tidak terpengaruh terhadap berbagai spekulasi yang berkembang di kalangan masyarakat," tutur Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae, dalam keterangan resmi.
Selain sentimen dari krisis SVB, investor juga mesti mencermati laju inflasi AS.
Malam nanti, AS akan mengumumkan data inflasi Februari 2023. Sebagai catatan, inflasi AS menembus 6,4% (year on year/yoy) pada Januari 2023 atau di atas ekspektasi pasar.
Ekspektasi pasar memperkirakan inflasi AS akan melandai ke 6,0% pada Februari 2023.
(mae/mae)