
Badai dari AS Belum Reda, RI Akan Pesta atau Mesti Waspada?

Tingginya inflasi pada Januari menjadi alasan Powell untuk menegaskan sikap hawkish The Fed.
Berbicara di depan senat pada pertengahan pekan lalu, Powell menegaskan jika The Fed tidak ragu untuk menaikkan suku bunga acuan lebih tinggi dalam periode yang lebih lama.
Namun, pasar kini berekspektasi The Fed akan melunak meski inflasi mungkin tidak akan turun secepat kemauan bank sentral AS.
Krisis SVB kemungkinan akan mengubah scenario kenaikan suku bunga acuan The Fed. Ekspektasi pasar mengenai kenaikan suku bunga AS dengan cepat berubah dari kenaikan sebesar 50 bps menjadi 25 bps.
The Fed sendiri akan menggelar rapat pada 21-22 Maret mendatang untuk menentukan suku bunga.
Pekan lalu, pasar berekspektasi The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 50 bps bulan ini. Namun, dengan apa yang terjadi pada SVB, ekspektasi kini melandai kepada kenaikan sebesar 25 bps.
Terlebih, angka pengangguran AS juga meningkat pada Februari 2023 menjadi 3,6%, dari 3,4% pada bulan sebelumnya.
Sebagian pelaku pasar bahkan memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga paling tidak sebesar 75 bps pada tahun ini sehingga suku bunga akan berada di 4-4,25% pada akhir tahun.
Sebagai catatan, The Fed sudah menaikkan suku bunga acuan sebesar 450 bps dalam setahun terakhir menjadi 4,5-4,75%.
"Krisis SVB benar-benar membuat shock dan akan menjadi pertimbangan The Fed. Krisis tersebut sudah menjadi game changer bagi kebijakan The Fed," tutur Gina Bolvin, president of Bolvin Wealth Management, dikutip dari CNBC International
Jika inflasi melandai AS melandai maka hal itu bisa menjadi katalis positif bagi pasar keuangan Indonesia.
Inflasi yang melandai akan menjadi pertimbangan The Fed mengurangi agresivitasnya.
Kebijakan moneter The Fed yang lebih dovish akan menguntungkan Indonesia karena arus modal asing diharapkan akan beras masuk ke pasar Indonesia sehingga kinerja IHSG, rupiah, dan pasar SBN akan terdongkrak.
Masih dalam negeri, hari ini juga ada tiga Rencana Umum Pemegang Saham (RUPS) yang dijadwalkan hari ini yakni RUPS PT Bank Ganesha (BGTG), PT Bank Mandiri (BMRI), dan PT Mora Telematika Indonesia(MORA).
Hasil RUPS Bank Mandiri adalah yang paling dinanti mengingat besarnya market cap pada BUMN tersebut.
Kementerian Keuangan hari ini juga akan menggelar kongerensi pers APBN Kita untuk memaparkan kinerja APBN hingga Februari 2023. Menteri Keuangan Sri Mulyani diperkirakan juga akan menyampaikan pandangannya mengenai krisis SVB dan dampaknya kepada ekonomi Tanah Air.
CEO Yugen Bertumbuh Sekuritas William Surya Wijaya memperkirakan IHSG akan bergerak di kisaran 6721-6802 pada hari ini.
"Pola pergerakan IHSG saat ini masih terlihat berada dalam rentang konsolidasi wajar di tengah peluang terjadinya koreksi minor. Hari ini IHSG berpeluang tertekan," tuturnya.
(mae/mae)