- Chairman The Fed membuat pasar keuangan guncang dengan pernyataan hawkishnya
- Powell kembali mengisyaratkan kenaikan suku bunga yang lebih ketat dalam jangka panjang
- Besarnya dampak pernyataan Powell sudah berkali-kali dirasakan pasar keuangan global
Jakarta, CNBC Indonesia - Bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) kembali menegaskan pengaruh besar mereka di pasar keuangan global. Besarnya pengaruh tercermin dari guncangan yang diakibatkan dari testimoni Chairman The Fed Jerome Powell.
Powell menyampaikan testimoni selama dua hari beruntun di depan kongres pada Selasa dan Rabu pagi waktu setempat (7-8/3/2023).
Dalam testimoninya, Powell menegaskan jika The Fed tidak ragu untuk menaikkan suku bunga acuan lebih besar dalam periode yang lebih lama untuk menekan inflasi.
Menurut Powell, inflasi AS saat ini masih jauh dari jangkauan target mereka di kisaran 2%. Inflasi AS menembus 6,4% pada Januari 2023 (year on year/yoy).
"Sebagaimana saya sebutkan, data ekonomi yang muncul terkini, lebihkuat dari yang saya diharapkan, yang mengarahkan tingkat akhir dari suku bunga sepertinya akan lebih tinggi dari yang sebelumnya diantisipasi," tutur Powell, di depan senat Komite Perbankan AS, Selasa (7/3/2023).
Pernyataan Powell sontak membuat pasar keuangan guncang. Tiga indeks utama Wall Street berakhir 'berdarah-darah' pada perdagangan Selasa (7/3/2023) waktu New York
Dow Jones Industrial Average turun 1,72%, indeks S&P 500 ambles 1,53%, sementara Nasdaq Composite terkoreksi 1,25%.
Dampak dari pernyataan Powell, rupiah ditutup ambles 0,55% ke posisi Rp 15.430/US$1 kemarin, Rabu (8/3/2023). Yield Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun naik ke 6,994% dari 6,97% pada hari sebelumnya.
IHSG sempat tidak bertenaga tetapi aksi borong asing menyelamatkan IHSG.
Pada saat detik-detik terakhir perdagangan Rabu (8/3/2023), IHSG secara tiba-tiba ditutup di zona hijau dan ditutup naik 0,14% ke posisi 6.776,37.
Dalam setahun terakhir, pernyataan Powell dan The Fed berkali-kali membuat pasar keuangan global ambruk. Namun, beberapa pernyataan mereka juga membuat pasar keuangan menghijau dan sangat bertenaga.
Besarnya dampak pernyataan Powell tak bisa dilepaskan dari status AS sebagai pusat pasar keuangan global. The Fed juga menjadi satu-satunya instansi yang berhak mencetak dolar AS yang merupakan mata uang terkuat di dunia.
Berikut beberapa pernyataan Powell di forum resmi yang mengguncang pasar:
1. Pidato di depan senat Komite Jasa Keuangan AS pada 2 Maret 2022
Testimoni tahunan The Fed di depan senat AS setahun lalu menjadi sorotan tajam. Perang Rusia-Ukraina yang baru meletus serta inflasi AS yang melonjak hingga 8,5% (yoy) pada Maret 2022 membuat publik menunggu kebijakan The Fed.
Dalam testimoninya. Powell menyampaikan perlu bagi The Fed untuk segera menaikkan suku bunga acuan karena inflasi yang melonjak.
Namun, dia menyatakan bahwa kenaikan suku bunga harus fleksibel dan hati-hati mengingat ada dampak ketidakpastian perang.
Powell dan kolega kemudian menaikkan suku bunga acuan pada 16 Maret 2022 sebesar 25 bps menjadi 0,25-0,50%. Itu adalah kenaikan pertama sejak Desember 2018.
Dampak pidato Powell ke pasar keuangan Indonesia bisa diredam karena tutup pada 3 Maret merayakan Hari Raya Nyepi.
2. Pidato Powell di depan senat pada 22 Juni 2022, menyinggung resesi
Powell berbicara di depan senat AS hanya beberapa hari setelah The Fed menaikkan suku bunga acuan dengan agresif yakni sebesar 75 bps pada 16 Juni 2022.
Untuk pertama kalinya, Powell menyampaikan ada risiko resesi untuk ekonomi AS. Lonjakan inflasi dan kenaikan suku bunga membuat risiko resesi meningkat.
Pejabat berusia 70 tahun tersebut menegaskan The Fed akan menekan inflasi AS yang pada Juni melambung hingga 9,1% (yoy) atau level tertinggi dalam 41 tahun lebih.
Pernyataan Powell membuat bursa Wall Street kembali kebakaran yang berdampak ke pasar keuangan global, termasuk Indonesia.
Nilai tukar melemah 0,07% ke posisi Rp 14.845/US$1 pada 24 Juni. Namun, IHSG tetap menghijau karena pada saat bersamaan BI memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 3,50%.
3. Pidato 8 menit Powell membuat pasar keuangan hancur pada Agustus
Powell memberikan komentar yang singkat, sangat hawkish, dan blak-blakan pada simposium tahunan di Jackson Hole, Wyoming pada 26 Agustus 2022.
Pejabat bernama lengkap Jerome Hayden "Jay" Powell tersebut menegaskan The Fed akan terus menaikkan suku bunga meskipun itu menyebabkan "kesakitan" pada ekonomi AS.
"Suku bunga yang lebih tinggi, pertumbuhan yang lebih lambat, dan kondisi pasar tenaga kerja yang lebih lemah akan menurunkan inflasi. Itu akan memberi rasa sakit di sektor rumah tangga dan bisnis. Ini adalah biaya yang tidak menguntungkan untuk mengurangi inflasi," tutur Powell saat itu.
Pidatonya yang hanya berlangsung delapan menit membuat indeks dolar AS melesat ke rekor tertinggi dalam 20 tahun terakhir.
Indeks Dow Jones terkoreksi lebih dari 3% dan menjadi hari terburuknya sejak Mei 2022. Sedangkan, indeks S&P 500 dan Nasdaq tergelincir yang masing-masing sebesar 3,4% dan 3,9%. Penurunan tersebut menjadi yang terburuk secara harian sejak Juni 2022.
Efek pidato Powell tidak langsung dirasakan karena disampaikan pada Jumat malam waktu Indonesia. Namun, nilai tukar rupiah ambruk 0,54% pada perdagangan Senin pekan berikutnya yakni 29 Agustus.
IHSG ambruk 0,04% pada 29 Agustus sementara yield SUN tenor 10 tahun melonjak ke 7,14% dari 7,07% pada hari sebelumnya.
Bursa Asia dan nilai tukar mata uang di Asia juga jeblok. Yen Jepang menjadi yang terburuk di Asia dengan pelemahan 0,87%, disusul yuan China 0,68% dan baht Thailand sebesar 0,66%.
Indeks Nikkei Jepang memimpin koreksi bursa Asia-Pasifik pada hari ini, yakni ambruk 2,66%. Indeks KOSPI Korea Selatan dan ASX 200 Australia juga ditutup ambles di kisaran 2%. KOSPI anjlok 2,18%, dan ASX 200 ambrol 1,95%.
4. Pidato dovish Powell menjadi cahaya cerah pada akhir tahun
Powell menyampaikan pernyataan yang sangat dovish pada acara yang digelar di Hutchins Center on Fiscal and Monetary Policy, Brookings Institution, Washington, D.C pada 30 November 2022.
Lulusan Princeton University dan Georgetown University Law Center tersebut mengindikasikan adanya penurunan terhadap besaran kenaikan suku bunga acuan pada pertemuan Desember 20222.
Powell juga menyatakan inflasi AS sudah menuju kepada tren pelemahan. Inflasi AS memang sudah melandai ke 7,1% (yoy) pada November 2022, jauh lebih rendah dibandingkan puncaknya di 9,1% pada Juni 2022.
The Fed memang akhirnya menaikkan suku bunga sebesar 50 bps pada Desember 2022 dan 25 bps pada Januari 2023 setelah mengerek suku bunga acuan sebesar 75 bps pada empat pertemuan sebelumnya.
Pada 30 November 2022 atau setelah pidato dovish Powell, indeks Dow Jones Industrial ditutup melesat 2,2%, indeks S&P 500 lompat 2,7%, dan Nasdaq Composite naik tajam 4,2%.
Pada 1 Desember 2022, rupiah ditutup menguat 1,09% ke Rp 15.560 sementara yield SUN tenor 10 tahun menguat tajam ke 6,86% dari hari sebelumnya ke 6,95%.
Namun, kebijakan dovish The Fed tidak berlangsung lama. Pada Selasa pekan ini, Powell kembali mengguncang pasar keuangan global dengan pernyataan yang sangat hawkish.
Kebijakan hawkish sepertinya akan berlangsung lebih lama dari perkiraan pasar sebelumnya.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]