Powell Picu Badai di Pasar Keuangan, Rupiah Kembali Jeblok

Research - M Malik Haknuh, CNBC Indonesia
08 March 2023 15:04
Pekerja pusat penukaran mata uang asing menghitung uang Dollar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Melawai, Jakarta, Senin (4/7/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki) Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia -Nilai tukar rupiah terus terpuruk di hadapan dolar Amerika Serikat (AS). Pada penutupan perdagangan hari ini, Rabu (8/3/2023), rupiah ditutup di posisi Rp 15.430/US$1. Rupiah anjlok 0,55%.

Penurunan hari ini memperpanjang tren pelemahan menjadi dua hari. Pada perdagangan Selasa (7/3/2023), rupiah juga anjlok 0,36% ke posisi Rp 15.345/US$1.

Dalam dua hari terakhir, rupiah melemah 0,92%.

Pelemahan rupiah tak bisa dilepaskan dari kekhawatiran pelaku pasar mengenai agresifnya bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) untuk memerangi inflasi yang terlihat masih sulit untuk turun.

Chairman The Fed Jerome Powell, dalam pidatonya kepada Kongres semalam, mengatakan serangkaian data ekonomi AS justru menunjukkan laju yang lebih kuat dari perkiraan.

Hal ini mengindikasikan "kenaikan tingkat suku bunga kemungkinan akan lebih tinggi dari yang diperkirakan sebelumnya."

"Data ekonomi terbaru datang lebih kuat dari yang diharapkan, ini menunjukkan bahwa tingkat suku bunga akhir kemungkinan akan lebih tinggi dari yang diantisipasi sebelumnya," kata Powell dalam sambutannya di hadapan Senat AS, Selasa waktu setempat.

Pernyataan Powell langsung membuat dolar AS melesat. Pada perdagangan Selasa indeks dolar AS melesat 1,2% ke 105,6. Level tersebut merupakan yang tertinggi sejak November tahun lalu.

Powell dijadwalkan akan kembali menyampaikan testimoni di depan kongres AS malam nanti.

Pada Desember lalu, The Fed memproyeksikan puncak suku bunga berada di kisaran 5% - 5,25%, dengan pernyataan Powell tersebut artinya kemungkinan lebih tinggi lagi.

Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pelaku pasar melihat puncak suku bunga The Fed berada di kisaran 5,5% - 5,75%. Artinya 50 basis poin lebih tinggi dari proyeksi The Fed akhir tahun lalu.

Pelaku pasar kini menunggu laporan ketenagakerjaan AS bulan Februari yang akan dirilis pada Jumat akhir pekan ini. Salah satunya yang paling penting adalah Non Farm Payroll, setelah sebelumnya data NPF menunjukkan tambahan tenaga kerja baru 517 ribu.

Laporan dari Institute of Supply Management mengenai iklim bisnis jasa di AS atau Service PMI  naik menjadi 55,1. Indeks lebih lebih tinggi dari konsensus yang sebesar 54,5 poin.

Tingginya indeks mengindikasikan masih ekspansifnya  bisnis jasa di AS dari segi output, produksi, bahkan ketenagakerjaan.

Jeff Ng, analis mata uang senior di MUFG, mengatakan bank-bank sentral diperkirakan akan melakukan pengetatan kebijakan moneter lebih lanjut untuk mengendalikan inflasi. Pada gilirannya, hal ini akan memacu volatilitas di pasar negara berkembang Asia.

"Untuk saat ini, saya pikir tren saat ini masih menunjukkan penguatan dolar, terutama pada paruh pertama tahun ini, tetapi kami mengantisipasi bahwa akan ada stabilitas pada paruh kedua," kata Jeff, dikutip dari Reuters.

Ambruknya rupiah juga sejalan dengan anjloknya kebanyakan nilai mata uang negara di Asia pasifik.

Per pukul 02:37, ringgit Malaysia menjadi mata uang dengan penurunan terparah mencapai 1,12%, diikuti mata uang rupiah, kemudian di posisi ketiga rupee Pakistan terdepresiasi 0,54% melawan dolarAS.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Hati-Hati Terpuruk, Rupiah!


(mae/mae)
Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading