5 Faktor Ini Buat Rupiah Menguat Rp 100 Perak dalam 30 Menit

mae, CNBC Indonesia
03 November 2023 10:40
Pekerja pusat penukaran mata uang asing menghitung uang Dollar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Melawai, Jakarta, Senin (4/7/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia -Nilai tukar rupiah sangat perkasa terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada hari ini. Penguatan terutama ditopang oleh kebijakan suku bunga di Amerika Serikat A(S).

Dilansir dari Refinitiv, rupiah dibuka di posisi Rp 15.820/US$1 pada perdagangan hari ini, Jumat (3/11/2023) atau menguat 0,35%.
Mata uang Garuda terus menguat tajam hingga menembus Rp 15.755 pada pukul 09:28. Artinya, rupiah menguat tajam 0,60% atau Rp 95 perak atau hampir Rp 100 perak hanya dalam waktu kurang dari 30 menit.

Rupiah kemudian kembali ke posisi Rp 15.760/US$1 pada pukul 10:10 WIB atau menguat 0,57%.
Dengan penguatan tersebut, rupiah kembali ke level psikologis baru Rp 15.700/US$1. Terakhir kali rupiah ada di level tersebut adalah 18 Oktober 2023 atau 13 hari perdagangan terakhir.

Penguatan hari ini melanjutkan tren positif kemarin, Kamis (2/11/2023) di manarupiah ditutup di angka Rp15.850/US$ atau menguat 0,50%.

Rupiah menguat dengan ditopang banyak sentimen dari luar dan dalam negeri, di antaranya sebagai berikut:

1. The Fed menahan suku bunga
Bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di level 5,25-5,50%. Keputusan The Fed menahan suku bunga pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia (2/11/2023) adalah yang kedua kalinya dalam dua pertemuan terakhir. The Fed terakhir kali menaikkan suku bunga pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) 25 Juli 2023.
Keputusan menahan suku bunga juga sejalan dengan ekspektasi pelaku pasar.

Chairman Jerome Powell pada saat konferensi pers usai rapat FOMC menjelaskan jika upaya untuk membawa inflasi kembali ke kisaran 2% masih jauh.
Sebagai catatan, inflasi AS mencapai 3,7% (yoy) pada September 2023. Inflasi inti masih bergerak di 4,1%.
Powell juga mengingatkan jika The Fed belum membuat keputusan apapun terkait suku bunga untuk Desember mendatang. Semua keputusan akan sangat bergantung pada perkembangan data.
"Proses untuk menurunkan inflasi ke kisaran 2% masih jauh dari selesai. Kami akan menentukan kebijakan dari pertemuan ke pertemuan," tutur Powell, dikutip dari CNBC International.

Kendati belum memutuskan apapun, pelaku pasar mengatakan pernyataan Powell lebih dovish dari sebelumnya sehingga ada peluang suku bunga ditahan di 5,25-5,50% hingga akhir tahun.
Peter Cardillo, kepala ekonom market Spartan Capital Securities, juga menilai pernyataan The Fed lebih dovish.
"Pernyataan The Fed kini lebih dovish. Fakta bahwa The fed menahan suku bunga dua kali beruntun mengindikasikan ada kemungkinan The Fed juga akan melakukan hal sama di Desember. Jika memang demikian maka siklus kenaikan suku bunga memang sudah berakhir," ujar Cardillo, kepada CNN Busines.

Perangkat FedWatch Tool menunjukkan 80,2% pelaku pasar memperkirakan The Fed akan menahan suku bunga acuan pada Desember. Artinya, tidak aka nada perubahan suku bunga hingga akhir tahun. Sebanyak 19,8% pelaku pasar memperkirakan The Fed baru akan menaikkan suku bunga pada Januari 2024.

2. Imbal Hasil US Treasury dan Indeks Dolar Melandai
Imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun terus melandai hingga ke posisi 4,66% pada Kamis kemarin. Posisi tersebut menjadi yang terendah sejak 13 Oktober 2023 atay 13 hari perdagangan terakhir.
Imbal hasil US Treasury sempat melonjak ke 5% pada akhir Oktober yang menjadi rekor tertingginya dalam 16 tahun terakhir.
Pada saat yang bersamaan, indeks dolar juga turun ke 106,14 kemarin, dari 106,88 pada hari sebelumnya.

Imbal hasil US Treasury dan indeks dolar juga turun karena pelaku pasar semakin optimis The Fed akan segera mengakhiri siklus bunga tinggi.

Melandainya imbal hasil dan indeks dolar ini menjadi kabar positif bagi Indonesia karena ada peluang bagi inflow di pasar saham, rupiah, dan Surat Berharga Negara (SBN).
Dengan imbal hasil yang lebih rendah maka return berinvestasi di US Treasury juga akan lebih kecil sehingga investor bisa mencari pasar yang lebih menarik seperti Indonesia.

3. Data Tenaga Kerja AS Memburuk
AS melaporkan klaim pengangguran naik 5.000 menjadi 217 ribu pada pekan yang berakhir pada 28 Oktober. Jumlah ini ada di atas ekspektasi pasar yakni 210.000.

Laporan ketenagakerjaan Nasional ADP yang melacak tingkat lapangan kerja swasta non-pertanian di AS menunjukkan pertumbuhan gaji pekerja turun 8,4% pada Oktober. Angka tersebut menjadi yang terendah sejak Juli 2021.
Hari ini, AS
akan mengumumkan dua data tenaga kerja penting yakni tingkat pengangguran dan non-farm payrolls untuk Oktober 2023.

Sebagai catatan, sektor tenaga kerja AS menjadi sorotan tajam pada Oktober lalu karena demo besar-besaran yang dilakukan ribuan pekerja sektor otomotif, hiburan, hingga tenaga kesehatan.
Data Tenaga Kerja AS menyebut sekitar 48.100 pekerja melakukan demo Oktober lalu. Angka tersebut menjadi rekor tertingginya sejak Februari 2004 atau 19 tahun lalu.

4. Kenaikan Suku Bunga BI
Bank Indonesia secara mengejutkan mengerek suku bunga sebesar 25 bps ke 6,00% pada 19 Oktober lalu. Kenaikan tersebut menjadi yang pertama sejak Januari 2023.
Kenaikan suku bunga dilakukan untuk menjaga nilai tukar rupiah dan membuat return di investasi Indonesia lebih menarik.

Sebelum kenaikan suku bunga BI, spread antara suku bunga acuan BI dan suku bunga tertinggi The Fed hanya 25 bps.
Selisih yang kecil ini menjadi alasan banyaknya capital outflow.

Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan, Jumat (3/11/2023), menegaskan kenaikan suku bunga untuk memperkuat stabilitas nilai tukar dari meningkatnya ketidakpastian global dan langkah preemptif memitigasi dampaknya terhadap inflasi barang impor.

" Kebijakan suku bunga itu didukung oleh penguatan stabilisasi nilai rupiah melalui intervensi pasar valas di pasar spot, dan pembelian surat berharga di pasar sekunder," tutur Perry.


Data BI berdasarkan transaksi 23-26 Oktober 2023 menunjukkan investor asing sudah mencatat net buy sebesar Rp 1,04 triliun. Hal ini berbanding terbalik dengan pekan-pekan sebelumnya di mana asing mencatat net sell.
Lelang Surat Utang Negara (SUN) pada Selasa (31/10/2023) juga menunjukkan asing sudah mulai melirik Surat Berharga Negara (SBN).

Hasil penawaran yang masuk, baik dari investor lokal dan asing pada lelang sebesar Rp35,87 triliun, dengan nilai serapan dari pemerintah sebesar Rp19,3 triliun. Dari nilai tersebut baik dari penawaran hingga yang terserap berhasil melampaui target indikatif sebesar Rp19 - 28,5 triliun.

Minat asing juga terpantau mulai kembali masuk ke Tanah Air, ditandai dengan penawaran pada lelang SUN kali ini mencapai nilai yang tertinggi sejak tiga bulan terakhir, mencapai Rp4,85 triliun, dengan yang terserap sebesar Rp3,41 triliun.Kepemilikan asing pada SBN juga mulai menanjak ke 14,71% per 1 November 2023, dari 14,68% per 31 Oktober 2023.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(mae/mae)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation