Newsletter

China Membaik, Tapi Amerika Bikin 'Ngeri', Waspadalah IHSG!

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
06 March 2023 06:00
Pencatatan perdana saham PT Hillcon Tbk di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (1/3/2023).
Foto: Pencatatan perdana saham PT Hillcon Tbk di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (1/3/2023). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Dengan tertekannya kinerja pasar keuangan minggu lalu, pastinya membawa kekhawatiran bagi para pelaku pasar. Namun, setidaknya ada beberapa hal yang penting dicermati oleh para investor baik dari dalam negeri maupun sentimen eksternal.

Wall Street yang ditutup menguat pada perdagangan akhir pekan lalu tentunya membuka peluang penguatan IHSG pada hari ini.Sentimen pasar utama masih diselimuti oleh implikasi atas pengumuman sejumlah data ekonomi.

Ketegangan antara suku bunga dan harga saham akan tetap terjadi di minggu ini, karena investor terus mencerna indikasi sikap The Fed yang cenderung masih hawkish hingga beberapa bulan ke depan.Selain itu, ada ekonomi dua raksasa dunia yang juga merupakan partner dagang utama RI, China dan Amerika Serikat.

Dari Negeri Tirai Bambu, ekonominya mampu 'mengaum' dan mencatatkan peningkatan tajam selama 2 bulan beruntun. Ini mengisyaratkan bahwa negara yang pimpin Xi Jinping ini akan bangkit lebih cepat dari yang diperkirakan setelah sempat terseret akibat pembatasan ketat Covid-19.

Sebelumnya, aktivitas manufaktur naik pada laju tercepat dalam lebih dari satu dekade pada Februari, sementara pesanan ekspor meningkat untuk pertama kalinya dalam hampir dua tahun, Biro Statistik Nasional mengatakan Rabu lewat laporan Purchasing Managers Indeks (PMI).

Indeks manajer pembelian (PMI) manufaktur resmi China naik menjadi 51,6 bulan lalu dari 50,1 pada Januari, survei sektor swasta juga menunjukkan aktivitas meningkat untuk pertama kalinya dalam 7 bulan.

 

Kondisi serupa juga terlihat dari survei PMI tidak resmi versi Caixin yang mengukur aktivitas di lebih banyak sektor swasta dan perusahaan kecil juga menunjukkan peningkatan dalam pesanan, harga, pekerjaan dan rantai pasokan, dengan kepercayaan bisnis naik ke level tertinggi sejak Maret 2021.

Sementara itu, untuk jangka panjang ekonomi China yang diharapkan tumbuh lebih cepat tahun ini dapat memberikan dorongan bagi banyak negara, termasuk Indonesia.

Tahun lalu ekonomi China hanya tumbuh 3%, salah satu tingkat paling lambat dalam beberapa dekade, karena pandemi menyebabkan penutupan pabrik, menekan penjualan rumah, dan menggerus konsumsi rumah tangga. Tahun ini dengan data ekonomi terbaru yang ciamik China diharapkan mampu melampaui target pertumbuhan 5% yang telah direncanakan sebelumnya.

 

Menurut laporan kerja pemerintah Perdana Menteri Li Keqiang yang dirilis Minggu (5/3/2023). China menetapkan target pertumbuhan "sekitar 5%" untuk tahun 2023.

China juga menetapkan sasaran sebesar 3% untuk indeks harga konsumen, dan tingkat pengangguran 5,5% untuk orang-orang di perkotaan dengan penciptaan sekitar 12 juta pekerjaan perkotaan baru. Itu lebih dari target tahun lalu "lebih dari 11 juta".

Sementara dari Amerika Serikat (AS), data ekonomi masih menunjukkan kekuatan. Namun kabar baik ini menjadi kabar buruk di masa akan datang sebab, akan mendorong The Fed untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut dan menjaganya tetap tinggi demi meredam inflasi.

Artinya pelaku pasar sebenarnya mengharapkan perekonomian AS memburuk, agar inflasi tidak menanjak lagi.

Dari dalam negeri, pelaku pasar patut mencermati secara spesifik emiten yang satu-persatu mulai mengumumkan kinerja keuangan tahunan. Capaian positif diharapkan mendorong naik kinerja saham yang secara luas dapat menjadi dorongan positif bagi IHSG.

Selain itu, pekan ini tepatnya pada Selasa (6/3/2023) pelaku pasar tengah mencermati rilis data cadangan devisa Tanah Air untuk periode Februari yang di proyeksi berada di US$ 139 miliar atau turun dari posisi Januari sebesar 139,4 miliar.

Kemudian, pada Rabu (8/3/2023) dan Kamis (9/3/2023), dari domestik juga akan ada rilis data indeks keyakinan konsumen per Februari dan data survei penjualan eceran Januari.

Terakhir, pekan ini investor dapat mencerna sejumlah data ekonomi global penting, mulai dari PDB zona Eropa, jepang, PMI Eropa, Australia, data inflasi, cadangan devisa, serta patut mencermati pidato pejabat-pejabat bank sentral The Fed, ECB, BoJ, dan lainnya.

(aum/aum)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular