Newsletter

Kabar Baik dari Amerika Jadi Berita Buruk Lagi Bagi Dunia

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
Jumat, 24/02/2023 06:13 WIB
Foto: Demo warga Michigan, Amerika Serikat wujud kekecewaan warga setelah Gubernur Michigan memerintahkan warga tetap di rumah guna mencegah penyebaran virus corona (Covid-19). (AP Photo/Paul Sancya)
  • Pasar keuangan Indonesia menguat saat investor khawatir resesi, IHSG catat outflow dana asing sepanjang 2023
  • Data tenaga kerja AS masih kuat jadi booster The Fed hawkish. 
  • Dalam kondisi normal, turunnya klaim tunjangan pengangguran akan menjadi kabar baik. Tetapi dalam kondisi perang lawan inflasi, itu menjadi berita buruk. Pasar tenaga kerja yang kuat artinya inflasi sulit turun. 

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia menguat di kala kekhawatiran investor atas arah kebijakan suku bunga bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve/The Fed.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan Kamis (23/2/23) berakhir di 6.839,45 atau terapresiasi 0,43% secara harian. Kenaikan kali ini sekaligus memutus rantai pelemahan indeks selama tiga hari beruntun.

Adapun 270 saham melemah, 246 saham mengalami kenaikan dan 198 lainnya stagnan. Perdagangan menunjukkan nilai transaksi sekitar Rp 9,92 triliun dengan melibatkan 14,86 miliar saham.

Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia via Refinitiv, tujuh dari sepuluh sektor positif. Sektor teknologi menjadi yang paling menguntungkan indeks dengan kenaikan sebesar 1,59%. Sementara itu, sektor barang pokok dan konsumen primer menjadi sentimen negatif turun 0,5%.

Kenaikan IHSG hari ini tak bisa dilepaskan dari saham-saham dengan kapitalisasi jumbo dengan kinerja harian yang bergairah.

Lima diantaranya adalah saham TLKM yang mengangkat indeks paling tinggi sebesar 13,40 indeks poin.

Kemudian disusul BBRI sebesar 4,94 indeks. Saham BBCA dan BMRI secera bersamaan mendukung IHSG 3,5 indeks poin.

Terakhir, Saham Milik Orang Terkaya di Indonesia, BYAN berkontribusi 2,42 indeks poin.

Di sisi lain, Rupiah sukses menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) berakhir di Rp 15.185/US$, menguat tipis 0,1% melansir data Refinitiv.

Pelaku pasar merespon rilis notula rapat kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed). Dalam notula tersebut para pejabat The Fed memang melihat inflasi mulai menurun tetapi masih perlu melihat banyak bukti agar pede tren tersebut berlanjut.

"Para anggota mencatat data inflasi dalam tiga bulan terakhir menunjukkan penurunan kenaikan harga secara bulanan, tetapi menekankan masih perlu bukti substansial yang menunjukkan inflasi turun lebih luas sehingga bisa yakin tren penurunan akan berlanjut," tulis notula tersebut sebagaimana dikutip CNBC International.

Para pejabat The Fed juga menegaskan periode kenaikan suku bunga masih perlu dilanjutkan.

Dalam notula tersebut juga terungkap beberapa pejabat The Fed sebenarnya ingin suku bunga dinaikkan sebesar 50 basis poin pada awal Februari lalu.


(ras/ras)
Pages