CNBC Indonesia Research

Asing Masih 'Ogah' Masuk ke Bursa RI, Ada Apa?

Market - Putra, CNBC Indonesia
23 February 2023 13:32
Karyawan melintas di depan papan elektronik buursa efek Indonesia Foto: Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Asing masih ogah-ogahan untuk masuk ke bursa RI. Hal tersebut turut menahan laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di awal tahun ini.

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), per penutupan sesi I, Kamis (23/2/2023), IHSG berada di level 6.816,58. Di angka tersebut indeks minus 0,50% secara year to date (YtD).

Investor asing juga mencatatkan jual bersih (net sell) mencapai Rp240,84 miliar di pasar reguler secara YtD. Secara harian, asing melakukan net sell sebanyak 19 hari dan net buy 18 hari, per Rabu (22/2).

Bahkan asing sempat melakukan net sell selama 5 hari beruntun di Februari ini, tepatnya pada 15, 16, 17, 20, dan 21 Februari.

Aksi jual asing dan ketidakpedean investor lokal menjadi dua alasan yang padu untuk melihat pergerakan IHSG yang loyo hingga jelang akhir Februari ini.

Sejumlah analis dan fund manager memang menyebut sejak awal Januari lalu, asing sedang meninggalkan pasar saham Asia Tenggara, terutama market yang sudah melaju kencang dan punya valuasi premium pada 2022 macam Indonesia dan Singapura.

Asing tampaknya sedang mencari alternatif untuk parkir dana di kawasan Asia lainnya yang sedang rebound dan valuasi yang menarik, seperti Taiwan hingga Hong Kong.

Seiring dengan itu, IHSG juga diproyeksikan akan bergerak volatil pada paruh pertama 2023, sebelum akhirnya mencoba bounce back di paruh kedua nanti.

Sebagai latar belakang, aksi kerek suku bunga oleh The Fed dan risiko resesi masih terus menghantui pasar global.

Khusus Indonesia, investor, termasuk asing, akan terus melihat tren harga komoditas. Ini karena harga komoditas, terutama batu bara, dianggap akan memuncak dan mulai mengalami normalisasi pada tahun ini.

Padahal, batu bara adalah penyelamat RI dan bursa saham Tanah Air lantaran menyumbang angka ekspor dan penjualan yang tinggi. Indeks saham energi (IDXENERGY) menjadi termoncer dengan kenaikan lebih dari 100% pada 2022, mengindikasikan bullish-nya investor pada tahun lalu.

Situasi memang berbeda di awal 2023 ini. IDXENERGY menjadi pecundang di antara sektor lainnya, dengan anjlok 10,18%.

Karena volatilitas sektor energi tersebut dan situasi makro yang belum stabil, investor cenderung memilih sektor defensif yang bertopang pada kekuatan daya beli dan konsumsi masyarakat RI.

Bisa dibilang, kondisi ekonomi makro dalam negeri yang tangguh dan resiliensi sektor defensif, terutama perbankan (banking), bisa menahan pasar modal RI dari badai ketidakpastian global di tahun ini.

Pulihnya konsumsi masyarakat menjelang tahun politik juga menjadi sentimen positif untuk pasar saham RI tahun ini.

Sektor perbankan yang menjadi backbone ekonomi RI dan IHSG tetap menjanjikan pada tahun ini.

Bank Indonesia (BI) sendiri memprediksi, pertumbuhan kredit untuk 2023 di kisaran 10-12 secara tahunan (YoY). Raksasa bank Tanah Air juga pede dengan proyeksi peningkatan kredit di kisaran 10,5-10,9% secra tahunan. Sedangkan, laba perbankan diprediksi akan meningkat 12-17% selama 2023.

Sektor consumer goods hingga telekomunikasi yang punya katalis pertumbuhan di tengah sentimen jelang Pemilu 2024 diprediksi bisa tahan banting tahun ini di tengah risiko resesi yang menghantui.

Apabila hal tersebut mampu menahan gejolak global, asing bisa kembali dan bukan tidak mungkin ikut membantu IHSG menuju 7.000 lagi tahun ini.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

IHSG Jatuh Lagi ke Bawah 7.000


(trp/trp)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading