Newsletter

Duhh... Kabar 'Panas' Ekonomi AS Bisa Ganggu Mood Pasar

Putra, CNBC Indonesia
17 February 2023 06:00
Bendera Amerika Serikat
Foto: Bendera Amerika Serikat (Photo by Win McNamee/Getty Images)

Sejatinya, koreksi IHSG terbilang wajar pada Kamis kemarin di tengah BI menahan suku bunga dan optimisme yang dibawa oleh BI.

Apalagi, nilai tukar rupiah menguat di hadapan dollar AS dan diproyeksikan akan tangguh sepanjang tahun ini.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo meyakini, pergerakan rupiah akan terus menguat ke depannya. Hal ini sejalan dengan terjaganya tingkat inflasi di Tanah Air.

"Ke depan, Bank Indonesia memperkirakan rupiah menguat sejalan dengan pemulihan ekonomi yang baik dan fundamental yang kuat sehingga menurunkan inflasi lebih lanjut," kata Perry dalam Rapat Dewan Gubernur BI, Kamis (16/2/2023).

BI mencatat apresiasi nilai tukar rupiah terus berlanjut di awal 2023, sehingga mendukung stabiilitas nilai tukar. Dari catatan BI, rupiah menguat 2,39% (year to date/ytd), dibandingkan akhir Desember 2022.

Hanya saja, dorongan aksi beli asing yang belum kencang sepanjang awal 2023 masih belum memberikan daya ungkit yang maksimal untuk pasar saham RI.

Hari ini, investor masih akan menimbang-nimbang keputusan BI soal suku bunga.

Selain itu, pelaku pasar juga akan menunggu efek Wall Street yang memerah seiring rilis data indeks harga produksi, data klaim pengangguran, dan ucapan bos The Fed Cleveland yang masih keras kepala menyarankan agar bank sentral AS mengerek suku bunga secara agresif.

Seperti dijelaskan di halaman sebelumnya, data PPI naik 0,7% pada Januari di atas ekspektasi pasar (0,4%).

"Data ini hanyalah pengingat bahwa pertempuran melawan inflasi tidaklah mudah," tulis Peter Boockvar, kepala investasi di Bleakley Financial Group.

"Tekanan biaya pada dasarnya masuk ke setiap sudut dan celah ekonomi selama beberapa tahun terakhir dan itu tidak hilang begitu saja, terutama karena banyak perusahaan masih berusaha untuk memulihkan margin keuntungan yang sebelumnya hilang," beber Peter.

Sementara, Steve Chiavarone, senior portfolio manager and head of multi-asset solutions di Federated Hermes, menjelaskan, pasar tenaga kerja yang ketat akan sulit membuat inflasi turun hingga 2%.

"Anda tidak akan secara berkelanjutan mencapai inflasi 2% ketika Anda memiliki pasar tenaga kerja yang seketat ini," kata Steve.

Selain data AS, secara minor investor juga akan melihat data penjualan ritel Britania Raya pada Januari, yang akan dirilis siang nanti.

(trp/trp)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular