
Kabar Buruk! The Fed Diprediksi Kerek Suku Bunga 3 Kali Lagi

Sentimen negatif datang dari Amerika Serikat setelah laporan inflasi Amerika Serikat dirilis. Ini membuat IHSG berpotensi bergerak makin fluktuatif.
Inflasi AS secara tahunan tercatat tumbuh 6,4% (yoy) sementara secara bulanan tumbuh 0,5% mom.
Pertumbuhan inflasi AS secara tahunan berada di atas ekpektasi para pelaku pasar yakni sebesar 6,2% yoy. Hal ini membuat goyah keyakinan para pelaku pasar bahwa The Fed akan mengambil jeda dalam menaikkan suku bunga.
Menurut perangkat FEDWATCH, para pelaku pasar memperkirakan akan terjadi kenaikan suku bunga setidaknya hingga tiga pertemuan ke depan.
Padahal sebelum pembacaan inflasi AS, pelaku pasar percaya bahwa kenaikan suku bunga The Fed akan terhenti pada pertemuan Juni nanti.
Hal ini yang membuat aset ekuitas berpotensi terkoreksi karena akan ada penyesuaian ekspektasi pasar terhadap kenaikan suku bunga.
Asal tahu saja, kenaikan suku bunga bakal membuat ekonomi semakin melambat bahkan jatuh ke jurang resesi.
Saat ini investor juga akan menunggu pengumuman inflasi Inggris yang akan diumumkan hari ini.
Menurut konsensus yang dihimpun oleh Trading economics, inflasi Inggri akan melandai ke 10,3% (yoy). Sebelumnya inflasi Inggris sebesar 10,5% (yoy).
Dari dalam negeri rilis data neraca perdagangan pada Rabu (15/2/2023) dan Bank Indonesia (BI) yang akan mengumumkan kebijakan moneter Kamis nanti dinantikan oleh investor karena dapat mempengaruhi pergerakan indeks.
Polling CNBC Indonesia yang melibatkan 12 lembaga/institusi memperkirakan surplus neraca perdagangan akan menembus US$ 3,47 miliar pada Januari 2023. Nilai tersebut lebih rendah dibandingkan pada Desember 2022 yang tercatat US$ 3,89 miliar.
Jika proyeksi menjadi kenyataan maka surplus akan menjadi yang terendah sejak Mei 2022.
Sejumlah lembaga menjelaskan menyempitnya surplus karena anjloknya harga komoditas andalan Indonesia.
Merujuk data Refinitiv, rata-rata harga batu bara pada Januari 2023 tercatat US$ 317,23 per ton, lebih rendah dibandingkan pada Desember 2022 yang tercatat US$ 379,2 per ton.
Sementara Gubernur BI, Perry Warjiyo sebelumnya sudah memberikan kode suku bunga tidak akan dinaikkan lagi jika tidak ada kejadian yang luar biasa. Dengan kondisi saat ini, pasar akan melihat apakah BI masih tetap dengan pendirian yang sama, atau memberikan sinyal suku bunga bisa naik lagi.
Dari 12 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus, 10 lembaga/institusi memperkirakan bank sentral akan menahan suku bunga di level 5,75%. Dua institusi memperkirakan BI akan mengerek BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 menjadi 6,00%.
Sebagai catatan, BI sudah mengerek suku bunga acuan sebesar 225 bps pada periode Agustus 2022-Januari 2023 menjadi 5,75%.
Institusi yang memperkirakan BI akan menahan suku bunga menjelaskan BI akan menahan suku bunga sejalan dengan melandainya inflasi. Mereka yang memproyeksi BI akan menaikkan suku bunga mengatakan masih ada peluang The Fed melanjutkan kebijakan hawkishnya.
