- IHSG, rupiah hingga SBN kompak menguat Rabu kemarin, tetapi ada risiko akan kembali berbalik arah pada perdagangan Kamis.
- Para pelaku pasar kembali mencerna penyataan Jerome Powell terkait penurunan inflasi di AS, tetapi juga menyebut suku bunga yang bisa lebih tinggi dari prediksi sebelumnya.
- Ekonom peraih Nobel, Paul Krugmen, menyebut prediksi ekonomi 2023 suram hanya "permainan moral" dari para ekonom, nyatanya perekonomian AS kuat, dan inflasi lebih rendah dari data yang ada. Tetapi jika The Fed salah mengambil kebijakan maka resesi pasti terjadi.
Jakarta, CNBC Indonesia - Pernyataan ketua bank sentral Amerika Serikat (AS) atau yang dikenal dengan Federal Reserve (The Fed) membuat pasar finansial global ceria, Namun, efeknya ternyata hanya sehari saja, ada risiko pasar finansial termasuk Indonesia kembali mengalami tekanan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan pasar finansial hari ini di bahas pada halaman 3 Newsletter ini.
Kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sukses menguat tipis kurang dari 0,1% ke 6.940,124. Rupiah yang anjlok lebih dari 1,7% melawan dolar AS selama dua hari sukses menguat 0,3% ke Rp 15.095/US$.
Pasar obligasi juga dalam kondisi yang bagus, terlihat dari penurunan mayoritas imbal hasil. Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun misalnya, turun 1,1 basis poin menjadi 6,706%.
Pergerakan yield berbanding terbalik dengan harga obligasi. Ketika yield turun harganya naik, begitu juga sebaliknya.
Ketua The Fed, Jerome Powell pada Selasa siang waktu setempat menyatakan Amerika Serikat mulai mengalami disinflasi.
Disinflasi artinya laju kenaikan harga yang lebih rendah dari sebelumnya. Pasar melihat inflasi di Amerika Serikat sudah mencapai puncaknya, dan kini mulai dalam tren penurunan.
"Proses disinflasi, proses di mana inflasi mulai menurun sudah dimulai, dan ini dimulai dari sektor barang yang berkontribusi seperempat ke perekomian. Tetapi jalan masih panjang, dan ini baru tahap paling awal" kata Powell sebagaimana dikutip CNBC International.
Pernyataan tersebut mendongkrak sentimen pelaku pasar dan kembali masuk ke aset berisko.
Sementara itu dari dalam negeri juga ada kabar baik.
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Januari 2023 yang naik menjadi 123, lebih tinggi dari 119,9 pada Desember 2022.
Survei Konsumen Bank Indonesia pada Januari 2023 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi meningkat dibandingkan dengan capaian pada bulan sebelumnya.
"Menguatnya keyakinan konsumen pada Januari 2023 didorong oleh Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang tercatat meningkat pada seluruh komponen pembentuknya, terutama Indeks Ekspektasi Kegiatan Usaha dan Indeks Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja," ungkap Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), Rabu (8/2/2023).
Kenaikan IKK bisa menjadi indikasi konsumen akan meningkatkan belanja. Mengingat konsumsi rumah tangga berkontribusi sekitar 50% dari PDB, maka kenaikan IKK bisa memberikan sentimen positif ke pasar finansial.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Wall Street Anjlok Lagi
Lega setelah mendengar pernyataan ketua The Fed Jerome Powell, bursa saham AS (Wall Street) kini fokus pada laporan laba/rugi emiten. Ketiga indeks utama pun kembali masuk ke zona merah pada perdagagan Rabu (8/2/2023) waktu setempat.
Indeks Dow Jones, turun 0,6%, S&P 500 merosot 1,1% dan Nasdaq jeblok 1,7%.
Sehari sebelumnya Wall Street sukses mengakhiri kemerosotan dua hari beruntun setelah Powell, seperti disebutkan sebelumnya menyatakan Amerika Serikat mulai mengalami disinflasi.
Tetapi seperti biasa, pelaku pasar tentunya terus mencerna detail demi detail apa yang diutarakan Powell. Hal ini membuat Wall Street kembali volatil.
Selain itu para investor juga melihat laporan earnings.
Chipotle yang melaporkan penjualan dan laba di bawah ekspektasi, membuat sahamnya rontok 5%. Lumen Technology bahkan jeblok hingga 21% setelah melaporkan kerugian US$ 3,1 miliar.
Sebaliknya CSV dan Uber mampu melampaui prediksi, sahamnya naik masing-masing 3% dan 5%.
Sejauh ini berdasarkan data Refinitiv yang dikutip CNBC International sebanyak 42 emiten di S&P 500 memberikan panduan yang negatif untuk kinerja kuartal I-2023, delapan emiten memberikan gambaran positif, sementara sebagian besar tidak berubah.
Data yang sama menunjukkan 69% dari 297 emiten di S&P 500 membukukan kinerja yang positif di kuartal IV-2022, meski sebagian besar akibat para analis menurunkan ekspektasi mereka. 27% emiten melaporkan kinerja negatif.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini
Kembali jebloknya Wall Street tentunya mengirimkan sinyal negatif ke pasar finansial Indonesia. IHSG yang kemarin kesulitan menguat berisiko kembali turun.
Pelaku pasar kini lebih berhati-hati melihat prospek kinerja emiten ke depannya.
Salah satu yang membuat pelaku pasar berhati-hati adalah pernyataan tambahan dari Powell, yang menyebut suku bunga bisa naik lebih tinggi dari prediksi sebelumnya jika inflasi kembali meningkat.
"Kenyataannya kami bertindak berdasarkan data. Jadi jika kita terus melihat data, misalnya pasar tenaga kerja yang kuat atau inflasi yang kembali meninggi, itu akan membuat kami kembali menaikkan suku bunga dan bisa saja lebih tinggi dari yang diprediksi sebelumnya," ujar Powell.
Artinya, data inflasi AS yang akan dirilis Selasa depan akan menjadi perhatian besar, sebab data tenaga kerja masih sangat kuat.
Hasil polling dari Refinitiv menujukkan inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) tumbuh 0,5% pada Januari dari bulan sebelumnya (month-to-month/mom). Ini berkebalikan dengan Desember 2022 yang terjadi deflasi (penurunan harga) sebesar 0,1% (mom).
Selain itu, CPI inti juga diprediksi tumbuh 0,4% (mom), lebih tinggi dari pertumbuhan Desember 0,3% (mom).
Ekspektasi pasar terkait suku bunga The Fed kembali naik.
Sebelumnya berdasarkan perangkat FedWatch CME Group, pelaku pasar melihat puncak suku bunga The Fed tidak akan lebih dari 5%. Tetapi kini, ekspektasi tersebut kembali ke awal yakni 5% - 5,25%.
 Foto: FedWatch/CME Group |
Bahkan, ada probabilitas sebesar 31% suku bunga The Fed berada di 5,25% - 5,5% pada Juni 2023. Probabilitas ini tentunya bisa semakin meningkat jika inflasi di Amerika Serikat kembali menunjukkan kenaikan.
Jika The Fed menaikkan suku bunga ke level itu, maka Amerika Serikat diprediksi akan mengalami resesi.
Ekonom dan peraih Nobel, Paul Krugman, mengatakan inflasi di AS kenyataannya lebih rendah dari data yang ada. Sehingga, jika The Fed merespon data tersebut dengan menaikkan suku bunga, maka perekonomian akan mengalami resesi.
Menurutnya inflasi saat ini berada di kisaran 4% year-on-year (yoy), bukan 6,5% (yoy) seperti yang tercatat pada Desember 2022 lalu.
"Inflasi memang belum bisa dikendalikan penuh, tetapi turun dengan cukup cepat tanpa adanya kenaikan tingkat pengangguran," kata Krugman, sebagaiman dilansir Business Insider, Selasa (7/2/2023).
Krugmen juga berspekulasi prediksi suram dan "gelapnya" dunia pada 2023 yang diproyeksikan pada tahun lalu sebenarnya adalah "permainan moral" para ekonom, agar masyarakat tidak menganggap remeh tingginya inflasi.
Nyatanya, hingga saat ini perekonomian Amerika Serikat memang masih kuat, tingkat pengangguran kembali turun pada Januari lalu, penyerapan tenaga kerja serta rata-rata upah per jam masih tinggi.
Krugmen menambahkan isu stagflasi yang terjadi hanya imajenasi, dan jika The Fed salah meresponnya dengan agresif menaikkan suku bunga, maka resesi pasti terjadi.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia akan merilis data survei penjualan ritel untuk bulan Desember 2022. Mengingat akhir tahun, penjualan ritel seharusnya mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi. Apalagi dengan inflasi yang melandai daya beli masyarakat tentunya lebih baik.
Tetapi jika realisasi pertumbuhannya ternyata rendah, tentunya bisa memberikan dampak negatif ke pasar finansial.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Simak Rilis Data Ekonomi dan Agenda Hari Ini
Berikut agenda yang terjadwal untuk hari ini:
- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto akan menggelar pertemuan dengan Deputi Perdana Menteri dan Menteri Perladangan dan Komoditas Malaysia Dato' Sri Haji Fadillah bin Hj. Yusof (13:20 WIB)
Berikut sejumlah rilis data yang terjadwal untuk hari ini:
- Data penjualan ritel Indonesia (10:00 WIB)
- Data inflasi Jerman (14:00 WIB)
- Data klaim tunjangan pengangguran AS (20:30 WIB)
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
Indikator | Tingkat |
Pertumbuhan Ekonomi (Q4-2022 YoY) | 5,01% |
Inflasi (Januari 2023 YoY) | 5,28% |
BI-7 Day Reverse Repo Rate (Januari 2023) | 5,75% |
Defisit Anggaran (APBN Desember 2022) | -2,38% PDB |
Surplus Transaksi Berjalan (Q3-2022 YoY) | 1,3% PDB |
Surplus Neraca Pembayaran Indonesia (Q3-2022 YoY) | US$ 1,3 miliar |
Cadangan Devisa (Januari 202) | US$ 139,4 miliar |
CNBC INDONESIA RESEARCH
research@cnbcindonesia.com