
Menanti Sinyal Kebangkitan China, Titik Cerah Bagi Dunia!

Pada hari ini, pelaku pasar bakal memantau beberapa sentimen, di mana salah satunya yakni pergerakan bursa saham Wall Street yang terkoreksi kemarin.
Amblesnya Wall Street terjadi karena investor cenderung wait and see sembari mempersiapkan dan memantau serangkaian rilis data, baik data ekonomi, tenaga kerja, dan kinerja keuangan perusahaan.
Namun yang utama, investor menanti keputusan terbaru dari suku bunga acuan The Fed, di mana The Fed akan melakukan pertemuan untuk pertama kalinya di tahun 2023 pada 31 Januari hingga 1 Februari dan hasilnya akan diumumkan pada Kamis dini hari waktu Indonesia.
Pelaku pasar sejauh ini berekspektasi The Fed hanya akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bp).
Namun, data-data ekonomi AS terbaru menunjukkan jika ekonomi AS masih panas dan kencang. Inflasi AS memang melandai pada Desember 2022 menjadi 6,5% (year-on-year/yoy).
Sedangkan data tenaga kerja AS juga masih ketat, di mana pada pekan lalu, data klaim pengangguran pada pekan yang berakhir 21 Januari. Klaim yang diajukan sebanyak 186.000 atau terendah sejak April 2022.
Ekonomi AS juga masih mampu tumbuh 2,9% pada kuartal IV-2022, di atas proyeksi pasar di 2,6%.
Selain The Fed, bank sentral Eropa (ECB) juga akan mengumumkan kebijakan suku bunga acuan terbaru pada pekan ini, tepatnya pada Kamis.
ECB diprediksi akan kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin menjadi 3% kali ini, berdasarkan polling dari Trading Economics.
Bank sentral Inggris (BoE) juga diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin menjadi 4%.
Banyaknya pengumuman suku bunga pada pekan ini, dan akan semakin tinggi tentunya membuat pasar berhati-hati. Proyeksi kondisi ekonomi terbaru dari para bank sentral akan menjadi perhatian utama, apakah Negara Barat akhirnya mengalami resesi, atau bisa lolos.
Gubernur ECB, Christine Lagarde dalam World Economic Forum (WEF) di Davos dua pekan lalu juga mengatakan wajah perekonomian Eropa saat ini jauh lebih bagus, tidak seperti yang ditakutkan sebelumnya.
Pada kesempatan yang sama, deputi direktur pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Gita Gopinath mengatakan keputusan China untuk melonggarkan kebijakan zero Covid-19 menjadi salah satu alasan IMF menjadi lebih optimistis.
Jika para bank sentral menunjukkan sikap lebih optimistis, sentimen pelaku pasar tentunya akan membaik.
Selagi menanti kebijakan suku bunga terbaru dari The Fed, ECB, dan BoE, investor pada hari ini akan memantau serangkaian rilis data ekonomi dan agenda yang cukup penting.
Di kawasan Asia-Pasifik, beberapa data ekonomi akan dirilis pada hari ini, seperti data produksi industri di Korea Selatan dan Jepang, data keuntungan industri di China, dan data PMI manufaktur dan non-manufaktur China versi NBS. PMI manufaktur China sebelumnya sudah mengalami kontraksi dalam 3 bulan beruntun, di mana angka indeks selalu di bawah 50. PMI manufaktur diprediksi akan kembali berekspansi (angka indeks di atas 50) bulan ini, yang tentunya bisa memberikan sentimen positif ke pasar finansial global.
Berikutnya ada data penjualan ritel di Korea Selatan, Jepang, dan Australia, data tingkat pengangguran di Jepang dan Singapura, dan indeks keyakinan konsumen di Jepang.
Sedangkan di Eropa, ada rilis data pertumbuhan ekonomi Prancis dan Uni Eropa periode kuartal IV-2022, penjualan ritel Jerman, inflasi di Prancis dan Jerman, dan lain-lainnya.
Adapun di AS, ada data biaya ketenagakerjaan dan indeks keyakinan konsumen versi Conference Board (CB).
Selain itu, Dana Moneter International (IMF) juga akan menggelar agenda yakni Press briefing World Economic Outlook Update Januari 2023.
Sedangkan di dalam negeri, belum ada rilis data ekonomi pada hari ini. Namun, perilisan kinerja keuangan emiten masih berlanjut pada pekan ini, di mana emiten perbankan berkapitalisasi pasar terbesar keempat yakni PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) direncanakan akan merilis kinerja keuangannya pada kuartal IV-2022 dan full year 2022.
Selain itu, ada agenda Peluncuran Road Map Pasar Modal Indonesia Tahun 2023-2027 dan Apresiasi Hasil Penilaian ASEAN Corporate Governance Scorecard (ACGS) Tahun 2021.
Berikutnya ada agenda dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dan CNBC Indonesia, yang akan menggelar event launching program Implementasi Biodiesel B35.
(chd/chd)