Newsletter

Menanti Sinyal Kebangkitan China, Titik Cerah Bagi Dunia!

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
31 January 2023 06:05
Bursa Amerika
Foto: Bursa Amerika (AP/Mark Lennihan)

Beralih ke Amerika Serikat (AS), bursa saham Wall Street ditutup terkoreksi pada perdagangan Senin (30/1/2023), karena investor tengah bersiap untuk pekan tersibuk di mana musim pendapatan masih berlanjut dan adanya kemungkinan kenaikan suku bunga bank sentral AS.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melemah 0,77% ke posisi 33.717,09, S&P 500 ambles 1,29% ke 4.017,9 dan Nasdaq Composite ambruk 1,96% menjadi 11.393,81.

Saham teknologi menjadi pemberat indeks S&P 500, di mana saham mega cap seperti Meta Platforms ambles 3,08%, sedangkan saham Alphabet (Google) merosot 2,45%.

Tak hanya saham teknologi saja, saham semikonduktor, Advanced Micro Devices juga ambrol 3,91% pada perdagangan awal pekan ini.

Musim rilis kinerja keuangan perusahaan di AS kembali berlanjut pada pekan ini, di mana Sekitar 20% emiten di indeks S&P 500 akan melaporkan pendapatan pekan ini, diantaranya McDonald's dan General Motors pada Selasa. Kemudian pada akhir pekan ini, ada raksasa teknologi Apple, Meta Platforms, Amazon dan Alphabet.

Sejauh ini, lebih dari 25% perusahaan di indeks S&P sudah melaporkan keuangan terbaru mereka. Dari jumlah tersebut, 69% mampu mencatatkan kinerja yang lebih baik dari ekspektasi.

Analis kini memperkirakan agregat earnings dari laporan keuangan kuartal IV-2022 akan turun 2,7%, lebih rendah dibandingkan koreksi 1,6% yang diproyeksikan pada 1 Januari lalu.

Di lain sisi, investor menanti dan memantau pekan tersibuk di global dan mereka juga menanti hasil dari pertemuan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), di mana pertemuan The Fed terbaru akan dilaksanakan pada Selasa hingga Rabu waktu AS.

The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar seperempat poin persentase atau 25 basis poin (bp). Menurut perangkat CME FedWatch, ada kemungkinan 99,9% dari kenaikan The Fed yang relatif kecil pada pekan ini.

Investor pun akan mencari petunjuk tentang seberapa tinggi suku bunga yang akan diambil The Fed dalam perang melawan inflasi.

Pasar telah mendorong saham lebih tinggi tahun ini sebagian karena laporan inflasi yang lebih lemah, yang mereka duga dapat menyebabkan The Fed segera menghentikan kampanye 'perang inflasi'.

"Anda melihat dorongan dan tarikan harga saham ini antara apakah The Fed akan mempertahankan suku bunga di tempatnya sepanjang tahun, atau apakah mereka akan berporos untuk memangkas suku bunga. Itulah yang Anda lihat dalam hal mungkin sedikit lebih banyak kenaikan harga saham jangka menengah," kata Tom Hainlin, ahli strategi investasi senior di Bank AS, dikutip dari CNBC International.

Investor juga akan memantau serangkaian data ekonomi dan tenaga kerja penting lainnya seperti data aktivitas manufaktur dan jasa, data penggajian non-pertanian (non-farm payroll/NFP), dan tingkat pengangguran.

Data-data tersebut akan dipantau ketat oleh pasar untuk menjadi petunjuk apakah The Fed akan terus memperlambat laju kenaikan suku acuannya di pertemuan berikutnya.

Di awal pekan yang cukup sibuk, imbal hasil (yield) obligasi AS (US Treasury) terpantau mengalami kenaikan, dengan yield Treasury tenor 10 tahun naik untuk sesi ketiga berturut-turut, yakni naik 2,6 basis poin menjadi 3,544%.

Selain itu, The Greenback, yang bersiap untuk bulan keempat penurunan karena ekspektasi telah meningkat The Fed mendekati akhir siklus kenaikan suku bunga, naik untuk sesi ketiga berturut-turut dihadapan mata uang utama lainnya.

(chd/chd)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular