Newsletter

Ekonomi Amerika Masih Melaju Kencang, Berkah Apa Musibah?

Maesaroh, CNBC Indonesia
27 January 2023 06:00
Bursa efek Indonesia
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia mencatatkan kinerja positif kemarin. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah berakhir di zona hijau tetapi yield Surat Berharga Negara (SBN) menguat tipis. Pada perdagangan Jumat (27/1/2023) banyak sentimen yang akan mempengaruhi pergerakan, salah satunya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat. Faktor-faktor tersebut dan ke mana arah pasar keuangan Indonesia hari ini di bahas pada halaman 4 dan 5.

Kembali menghijaunya pasar keuangan Indonesia kemarin ditopang oleh prospek ekonomi domestik yang masih cerah, pengumuman daftar baru penghuni LQ45, serta kencangnya laju saham perbankan.

Pada perdagangan Kamis (26/1/2023), IHSG kemarin ditutup di posisi 6.864,82. Indeks menguat 34,99 poin atau 0,51%. Penguatan ini memutus tren negatif sebelumnya di mana IHSG melemah selama dua hari beruntun.



Sebanyak 299 saham menguat, 228 saham melemah dan 187 saham stagnan. Nilai perdagangan tercatat Rp 10,9 triliun dengan melibatkan lebih dari 20,6 miliar saham.

Kabar positif lainnya adalah investor asing mencatatkan net buy sebesar Rp 853,39 miliar di seluruh pasar. Kondisi ini berbanding terbalik pada hari sebelumnya di mana investor mencatatkan net sell.

Indeks sektor transportasi memimpin penguatan dengan naik 3,72% disusul dengan sektor keuangan yang naik 1,58%.

Saham sektor lain yang menguat adalah bahan baku, non siklikal, siklikal, properti, teknologi, dan infrastruktur. Tiga sektor melemah yakni energi, industri, dan kesehatan.

Menguatnya sektor keuangan ditopang oleh kinclongnya kinerja Bank Negara Indonesia (BBNI) dan BCA (BBCA) pada 2022.

BCA kemarin melaporkan laba bersih sebesar Rp 40,7 triliun sepanjang 2022. Perolehan laba meningkat 29,6% dibanding 2021.

BBNI mencatatkan laba bersih sebesar Rp18,3 triliun sepanjang 2022, melesat 68% dibandingkan 2021. Nilai laba tersebut juga menjadi rekor tertinggi sepanjang sejarah BNI.

Saham BBCA ditutup menguat 3,35%, BBNI naik 4,41%, Bank Mandiri (BBMRI) menanjak 1,29%, sementara Bank Rakyat Indonesia (BBRI) terapresiasi 0,66%.

Bursa saham juga semarak oleh pengumuman daftar baru LQ45. Enam perusahaan masuk sebagai penghuni baru daftar blue chips yaitu PT Ace Hardware Indoneesia Tbk (ACES), PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), dan PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA).

Tiga lainnya adalah PT Surya Citra Media Tbk (SCMA), PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO), dan PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG).





Sementara itu, mayoritas bursa Asia-Pasifik ditutup menguat pada perdagangan Kamis (26/1/2023).  Indeks Hang Seng Hong Kong ditutup melejit 2,37%, Straits Times Singapura menguat 0,73%, dan KOSPI Korea Selatan melesat 1,6%.

Sebaliknya, indeks Nikkei 225 Jepang pada hari ini ditutup melemah 0,12%.

Pasar saham China masih belum dibuka karena masih libur Imlek, sedangkan indeks ASX 200 Australia tidak dibuka pada hari ini karena sedang libur nasional memperingati Australia Day.

Dari pasar uang, nilai tukar rupiah bergerak liar melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (26/1/2023). Meski demikian, mata Uang Garuda berhasil menguat pada penutupan perdagangan.

Sebelumnya rupiah sempat menguat ke Rp 14.900/US$, kemudian berbalik melemah ke 14.985/US$. Pada akhir perdagangan, mata uang Garuda ditutup menguat 0,1% diposisi Rp 14.945/US$1.



Pergerakan rupiah dipengaruhi sentimen dari luar dan dalam negeri. Termasuk didalamnya adalah kembali memanasnya perang Rusia-Ukraina, ekspektasi pasar terkait suku bunga di AS, serta rencana revisi aturan Devisa Hasil Ekspor (DHE).

Pasar kini berekspektasi jika bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) hanya akan menaikkan suku bunga sebesar 25 bps pada pekan mendatang.

Ekspektasi ini membuat indeks dolar merosot ke level terendah dalam sembilan bulan terakhir.

Sementara itu, pemerintah terus menggodok revisi aturan DHE. Melalui revisi, pemerintah berencana menahan dolar ekspor selama tiga bulan dalam sistem keuangan Indonesia, dari sebelumnya hanya kewajiban pelaporan dan pencatatannya.

Dari pasar SBN, yield atau imbal hasil SBN tenor 10 tahun seri benchmark naik tipis menjadi 6,68% dari  hari sebelumnya 6,66%.  Imbal hasil yang naik ini menandai meningkatnya jumlah SBN yang diobral investor.



 

Beralih ke Amerika Serikat (AS), bursa Wall Street kompak mengakhiri perdagangan di zona hijau. Kondisi ini berbanding terbalik pada dua hari sebelumnya di mana hanya Indeks Dow Jones yang ditutup menguat sementara indeks Nasdaq dan S&P ambruk.

Indeks Dow Jones menguat 205,57 poin atau 0,61% ke posisi 33.949,41. Indeks S&P 500 naik 44,21 poin atau 1,1% ke 4.060,43 sementara Nasdaq melesat 199,06 poin atau 1,76% ke posisi 11.512,41.

Penguatan saham Wall Street ditopang oleh data pertumbuhan ekonomi AS yang di atas ekspektasi serta cemerlangnya kinerja keuangan perusahaan-perusahaan raksasa AS.

Berbeda dengan hari sebelumnya, perusahaan AS yang melaporkan keuangan kemarin relatif mengumumkan hasil yang lebih baik dibandingkan proyeksi analis.

Di antara perusahaan raksasa AS yang melaporkan kinerja keuangan lebih baik dari analis adalah Tesla, American Airlines, produsen baja Nucor, serta Chevron.

Pendapatan Tesla pada kuartal IV-2022 menembus US$ 24,3 miliar, jauh di atas ekspektasi analis yang memperkirakan pendapatan sebesar US$ 21,2 miliar.

American Airlines melaporkan jika mereka sudah membukukan profit sebesar US$ 127 juta pada 2022. Profit tersebut adalah yang pertama kalinya sejak 2019.

Perusahaan lain seperti IBM dan produsen cat Sherwin Williams sebenarnya mencatatkan laporan keuangan di atas ekspektasi. Namun, mereka memberikan forecast suram untuk bisnis mereka ke depan.

Lebih dari 25% perusahaan di indeks S&P sudah melaporkan keuangan terbaru mereka. Dari jumlah tersebut, 69% mampu mencatatkan kinerja yang lebih baik dari ekspektasi.

Analis kini memperkirakan agregat earnings dari laporan keuangan kuartal IV-2022 akan turun 2,7%, lebih rendah dibandingkan koreksi 1,6% yang diproyeksikan pada 1 Januari lalu.

Pada Kamis malam (26/1/2023), AS mengumumkan ekonomi mereka tumbuh 2,9% (quarter to quarter/qtq) pada kuartal IV-2022. Pertumbuhan tersebut di atas ekspektasi pasar yang berada di kisaran 2,6%.

Sepanjang 2022, ekonomi Negara Paman Sam tumbuh 2,1%. Angka tersebut memang jauh di bawah pertumbuhan pada 2021 yang mencapai 3,2%. Namun, pertumbuhan terbilang tinggi di tengah hantaman tingginya inflasi dan suku bunga di AS.

Kamis malam AS juga mengumumkan data klaim pengangguran pada pekan yang berakhir 21 Januari. Klaim yang diajukan sebanyak 186.000 atau terendah sejak April 2022.

Leih rendahnya klaim pengangguran menunjukkan pasar tenaga kerja AS masih tumbuh kuat di tengah tingginya suku bunga.

Sebagai catatan, bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga acuan sebesar 425 bps pada 2022.

Kepala ekonom Spartan Capital Securities, Peter Cardillo, mengingatkan kendati ekonomi AS masih tumbuh cukup kuat, sinyal resesi masih terlihat. Kondisi ini tercermin dari banyaknya PHK serta aktivitas manufaktur yang masih lemah.

"Data bulanan jelas menunjukkan jika ekonomi AS kehilangan momentum pertumbuhan pada kuartal IV dan sepertinya akan berlanjut ke depan. Mungkin ini menjadi pertumbuhan positif terakhir sebelum ekonomi melemah. Kami masih memperkirakan jika ekonomi AS akan resesi di semester I," tutur Cardillo, dikutip dari Reuters.

Untuk perdagangan terakhir pada pekan ini, investor perlu mencermati sejumlah sentimen yang diperkirakan akan berdampak kepada pergerakan pasar keuangan domestik. 

Dari luar negeri, sentimen negatif yang perlu dicermati adalah meningkatnya ketegangan perang Rusia dan Ukraina serta penyebaran kasus Covid-19 di China.

Namun, sejumlah sentimen positif juga tidak kalah banyak mulai dari membaiknya kinerja bursa Wall Street hingga ekonomi AS.

Dari dalam negeri, sentimen yang perlu dicermati adalah prospek ekonomi RI yang masih cerah serta sejumlah kebijakan untuk mengangkat kinerja rupiah.

Kembali naiknya harga batu bara serta kinclongnya kinerja perbankan Indonesia juga bisa menopang pergerakan pasar keuangan RI.

Sentimen terkencang pagi ini diperkirakan datang dari Wall Street.

Setelah dua hari membukukan kinerja yang beragam, seluruh bursa Wall Street kompak menguat pada perdagangan Kamis (26/1/2023).

Baik indeks Dow Jones, indeks S&P, maupun indeks Nasdaq berlari kencang. Indeks menghijau karena membaiknya kinerja perusahaan raksasa AS mulai dari Tesla, Chevron, hingga American Airlines.

Kabar ini diharapkan ikut menggerakkan pasar dalam negeri mengingat besarnya pengaruh bursa dan perusahaan AS di pasar global.

Berbeda dengan Wall Street, membaiknya ekonomi AS bisa berdampak ganda kepada pasar keuangan dalam negeri. 
Ekonomi AS yang masih tumbuh 2,9% (qtq) pada kuartal IV-2022 memang memberikan harapan jika AS masih jauh dari resesi.

AS merupakan negara perekonomian terbesar di dunia dan tujuan ekspor terbesar kedua bagi Indonesia. Masih tumbuhnya ekonomi AS menjadi kabar baik bagi eksportir Tanah Air.

Namun, ekonomi AS yang masih kencang juga bisa membuat The Fed menunda pelonggaran kebijakan moneter mereka. Terlebih, indikator lain seperti tenaga kerja juga masih mendukung pengetatan moneter.

Pasar keuangan RI bisa kembali ambruk dan investor asing bisa kembali kabur dari Indonesia jika The Fed tetap memberlakukan kebijakan moneter agresifnya.

Kamis malam AS mengumumkan data klaim pengangguran pada pekan yang berakhir 21 Januari. Klaim yang diajukan sebanyak 186.000 atau terendah sejak April 2022.

Jumat malam nanti AS akan mengumumkan data Indeks Pengeluaran Pribadi (PCE) untuk Desember dan data Michigan Consumer Expectation untuk Januari.

Data-data tersebut akan menjadi pertimbangan The Fed saat  menggelar rapat FOMC pada 31 Januari-1 Februari mendatang.

Ekspektasi pasar sejauh ini memperkirakan suku bunga akan dinaikkan sebesar 25 bps.  Namun, dengan data-data yang masih menunjukkan kencangnya ekonomi AS maka The Fed bisa saja tetap menaikkan suku bunga sebesar 50 bps.

Meningkatnya perang Rusia-Ukraina dan penyebaran kasus Covid-19 juga bisa menahan laju pasar keuangan RI hari ini.  Seperti diketahui, perang makin memanas setelah Jerman dan AS mengirim tank-tank mereka untuk membantu Ukraina melawan AS.

Jika perang memanas maka perlambatan ekonomi global bisa berjalan lebih cepat dan ancaman resesi menjadi kenyataan.

Sementara itu, Chinese Center for Disease Control (CDC) pekan lalu melaporkan hampir 13.000 orang telah meninggal akibat terjangkit Covid pada periode 13-19 Januari.

China memang mengklaim jika jumlah kematian kini sudah turun 80% tetapi angkanya tetap tinggi.

Jika kasus Covid-19 terus meningkat maka hal itu bisa membuat ekonomi China melemah. Padahal, China diharapkan mampu bangkit setelah melonggarkan banyak kebijakan Covid-19.


Dari dalam negeri, sentimen positif datang dari proyeksi pertumbuhan ekonomi. Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik (BS) akan mengumumkan data pertumbuhan kuartal IV-2022 dan full year 2022 pada 6 Februari mendatang.

Gubernur Bank Indonesia (BI) memperkirakan ekonomi Indonesia masih tumbuh di sekitar 5% pada 2022.

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2022 akan mencapai 5,3% pada 2022. Angka ini lebih baik dari proyeksi sebelumnya sebesar 5,2%.

"Fondasi perekonomian masih kuat. Konsumsi, investasi, dan ekspor menggerakkan perekonomian nasional," kata Airlangga dalam Rapat Koordinasi Nasional Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PC PEN) di Jakarta, Kamis (26/1/2023).

Pemerintah dan BI juga menegaskan jika mereka tengah menggodok aturan baru untuk menahan devisa hasil ekspor (DHE). Kebijakan tersebut diharapkan bisa menambah pasokan dolar AS sekaligus memperkuat posisi rupiah.

Selama ini, eksportir hanya diwajibkan melaporkan dan memasukkan DHE ke perbankan dalam negeri. Namun, tidak ada kewajiban untuk menahannya sehingga DHE bisa langsung keluar begitu dilaporkan.

Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) kemarin menaikkan suku bunga penjaminan sebesar 25 bps. Bunga untuk bank umum naik menjadi sebesar 4%, valas 2% dan BPR 6,5%.

Kenaikan bunga simpanan valas diharapkan semakin menarik eksportir untuk menahan dolar mereka di perbankan dalam negeri. Kendati demikian, angkanya masih jauh kecil dibandingkan yang ditawarkan perbankan Singapura di kisaran 4%.

Sentimen lain datang dari kembali menguatnya harga batu bara. Setelah melemah enam hari  beruntun, harga batu bara naik sekitar 2,37% menjadi US$ 259 per ton.

Kenaikan harga batu bara ini diharapkan mampu menopang saham-saham emiten batu bara.

Berikut beberapa data ekonomi penting yang akan dirilis hari ini:

*  Menteri Keuangan Sri Mulyani akan mengunjungi PT. Samsung dan Cikarang Dry Port (11:15 WIB)

* AS akan mengumumkan data Indeks Pengeluaran Pribadi (PCE) untuk Desember (20:30 WIB)

* AS akan mengumumkan data Michigan Consumer Expectation untuk Januari (22: 00 WIB).

 Berikut agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

* PT Jasa Berdikari Logistics (LAJU) akan melakukan Pencatatan Perdana Saham (IPO) pukul 09:00 WIB

*  Tanggal Pembayaran Dividen Tunai Interim PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI)

* Tanggal cum HMETD Sentul City (BKSL)

* RUPS Rencana PT Golden Plantation (14:00 WIB)

* Tanggal Pembayaran Dividen Tunai Interim Roda Vivatex (RDTX)

Terakhir, berikut adalah sejumlah indikator perekonomian nasional:

 

Indikator

Tingkat

Pertumbuhan Ekonomi (Q III-2022 YoY)

5,72%

Inflasi (Desember 2022) YoY)

5,51%

BI 7 Day Reverse Repo Rate (Januari 2023)

5,75%

Defisit Anggaran (per Desember APBN 2022)

(2,38% PDB)

Surplus Transaksi Berjalan (Q III-2022)

1,30% PDB

Defisit Neraca Pembayaran Indonesia (Q III-2022)

(US$ 1,3 miliar)

Cadangan Devisa (Desember 2022)

US$ 137,2 miliar

TIM RISET CNBC INDONESIA


(mae/mae) Next Article Ada Sidang MK, Gerak IHSG Seperti Roller Coater Pekan Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular