Newsletter

Duh! Microsoft PHK 10 Ribu Karyawan, BI Mau Tahan Suku Bunga?

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
Kamis, 19/01/2023 05:54 WIB
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Tanah Air mencatatkan kinerja yang beragam pada perdagangan Rabu kemarin. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona merah, mata uang garuda kembali melemah, serta imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) kembali turun.

Pada perdagangan Kamis (19/1/2023), pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur BI akan menjadi perhatian utama. Selain itu beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan pasar hari ini di bawah pada halaman 3.

Indeks Acuan Tanah Air kembali berakhir di zona merah memangkas perdagangan 2 hari beruntun di pekan ini. IHSG ditutup di zona merah dengan koreksi tipis 0,02% di posisi 6.765,78.

Jalan terjal cukup dilalui IHSG pada perdagangan kemarin, setelah sempat berada di zona hijau di sesi I, indeks sempat jatuh cukup dalam, kemudian memangkas perlemahan di sesi II.

Para pelaku pasar tengah fokus menanti pengumuman kebijakan moneter Bank Indonesia (BI). Saat ini pelaku pasar mulai berekspektasi Bank Indonesia (BI) akan melonggarkan kebijakan moneter agresifnya dengan menahan suku bunga acuan pada bulan ini.

Nilai transaksi IHSG kemarin mencapai Rp 10,44 triliun dan melibatkan 22,56 miliar saham dan berpindah tangan 1,16 juta kali.

Sementara, investor asing juga tercatat melakukan aksi jual bersih (net sell) jumbo senilai Rp 204,84 miliar di pasar reguler.

Statistik perdagangan menunjukkan ada 229 saham yang mengalami penguatan, 279 saham melemah dan 200 saham stagnan.

Empat saham raksasa (big four) terpantau bergerak bervariasi pada di mana variasinya saham bank raksasa membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung 'galau'.

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) terpantau melemah 0,56%, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) ambles lebih dari 2%, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) melemah 0,3%. Hanya PT Bank Rakyat Indonesia(Persero) Tbk (BBRI) yang tercatat menghijau dengan apresiasi 0,88%.

Secara sektoral, sektor industri memimpin perlemahan sebesar 0,74% pada perdagangan kemarin, posisi kedua disusul oleh sektor basic materials dengan perlemahan 0,73%, dan sektor finansial melemah 0,29%.

Pergerakan Indeks acuan Tanah Air justru berlawanan arah dengan mayoritas bursa Asia-Pasifik. Mayoritas bursa Asia-Pasifik ditutup di zona hijau pada perdagangan Rabu (18/1/2023), setelah bank sentral Jepang memutuskan untuk tidak merubah kebijakan suku bunga ultra longgarnya dan merubah kebijakan kontrol imbal hasil.

Indeks Nikkei 225 Jepang ditutup melejit 2,5% ke posisi 26.791,1, Hang Seng Hong Kong menguat 0,47% ke 21.678, Shanghai Composite China naik tipis 0,01% ke 3.224,41, Straits Times Singapura bertambah 0,28% ke 3.289,55, dan ASX 200 Australia terapresiasi 0,1% menjadi 7.393,4.

Sedangkan untuk indeks KOSPI Korea Selatan ditutup melemah 0,47% ke 2.368,32 dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir turun tipis 0,02% menjadi 6.765,79.

Selanjutnya, Mata uang garuda sukses menguat melawan melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan kemarin, mendekati lagi level psikologis Rp 15.000/US$. Perhatian rupiah memang tertuju pada pengumuman kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) esok hari.

Melansir data Refinitiv, rupiah mengakhiri perdagangan di Rp 15.085/US$ menguat 0,49% di pasar spot. Sebelumnya rupiah sempat menyentuh Rp 15.060/US$.

Terakhir, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Indonesia atau Surat Berharga Negara (SBN) berbalik menurun pada perdagangan Rabu (18/1/2023), menandakan bahwa harga SBN cenderung naik.

Untuk diketahui, pergerakan harga obligasi berbanding terbalik dengan yield. Ketika yield turun, maka harga akan naik, begitu juga sebaliknya. Saat harga naik, artinya ada aksi beli atau koleksi oleh investor

Melansir data dari Refinitiv, SBN tenor 5 tahun menjadi yang paling besar penurunan yield-nya pada hari ini, yakni sebesar 7,1 basis poin (bp) ke posisi 6,422%.

Sementara untuk yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara juga turun 6,8 bp menjadi 6,716%.


(aum/aum)
Pages