CNBC Indonesia Research

Sinyal Buruk! 'Durian Runtuh' Habis, RI Terancam Defisit

Maesaroh, CNBC Indonesia
17 January 2023 06:51
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso, Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi memantau bongkar muatan 5.000 ton beras impor asal Vietnam di Pelabuhan Tanjung Priok, Jumat (16/12/2022).
Foto: Pekerja dengan menggunakan alat berat melakukan bongkar muat Electric Multiple Unit (EMU) atau kereta untuk proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) yang tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Jumat (2/8/2022). (CNBC Indoensia/Andrean Kristianto)

Makin tergerusnya surplus tidak bisa dilepaskan dari anjloknya ekspor serta harga komoditas andalan Indonesia, mulai dari batu bara hingga CPO.

Secara nilai, ekspor batu bara tercatat US$ 3,71 miliar pada Desember 2022, anjlok sebesar 10,93% dibandingkan November. 
Secara volume, ekspor batu bara tercatat 27,72 juta ton pada Desember 2022. Jumlah tersebut melandai 6,64% dibandingkan November 2022.

Nilai ekspor CPO dan produk turunannya turun 8,47% (mtm) menjadi US$ 2,14 miliar. Volume produk turunan CPO dan produk turunnya anjlok 11,46% menjadi 2,41 juta ton.

Kepala BPS Margo Yuwono juga menjelaskan perlambatan ekspor disebabkan oleh melemahnya ekonomi di negara mitra dagang utama, seperti China dan Amerika Serikat.
"Pertumbuhan ekonomi di negara tujuan utama memang melambat. Tren harga CPO juga menurun," ujar Margo, saat konferensi pers, Senin (16/1/2023).

Secara keseluruhan nilai ekspor sepanjang 2022 tercatat US$ 291,98 miliar atau melonjak 26,07% dibandingkan 2021. Sementara itu, nilai total impor Indonesia sepanjang 2022 menembus US$ 237, 52 miliar. Nilai tersebut naik 21,07% dibandingkan 2021.

Dengan demikian, surplus neraca perdagangan pada 2022 menembus US$ 54,46 miliar. Nilai tersebut menjadi yang tertinggi sepanjang sejarah.

Tahun 2022 juga menjadi yang pertama kalinya bagi Indonesia mencatatkan nilai impor kumulatif hingga US$ 200 miliar.  Nilai tertinggi sebelumnya tercatat pada 2021 (US$ 196,19 miliar) dan pada 2012 (US$191,67 miliar).

Lima komoditas dengan nilai impor tertinggi adalah plastik dan barang dari plastic, kendaraan dan bagiannya, ampas dan ssa industri makanan, serealia, dan barang dari besi dan baja.

"Pertumbuhan impor diperkirakan akan melandai pada 2023 tetapi akan lebih kencang dibandingkan ekspor. Imppor akan melandai karena melemahnya harga minyak mentah dunia dan antisipasi memudarnya ekspor," tutur kepala ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro, kepada CNBC Indonesia.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(mae/mae)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular