
Cuan Dagang RI Melonjak Tapi Prospeknya Mengerikan

- Surplus perdagangan RI melonjak pada April 2023 menjadi US$ 3,94 miliar
- Ekspor dan impor anjlok di tengah melesatnya surplus
- Surplus diproyeksi masih bertahan hingga akhir tahun
Jakarta, CNBC Indonesia - Surplus neraca perdagangan Indonesia melonjak pada April 2023. Namun, surplus justru menimbulkan banyak pertanyaan dan kekhawatiran.
Indonesia mencatatkan surplus neraca perdagangan sebesar US$ 3,94 miliar pada April tahun ini, lebih tinggi dibandingkan pada Maret 2023 yang tercatat US$ 2,83 miliar.
Sayangnya, lonjakan surplus justru dibarengi dengan banyak data negatif, mulai dari jebloknya ekspor serta amblesnya impor.
Penurunan ekspor dan impor sebenarnya sudah diproyeksi.
Polling CNBC Indonesia yang melibatkan 12 instansi memperkirakan surplus neraca perdagangan pada April 2023 akan mencapai US$ 3,34 miliar.
Konsensus juga menunjukkan bahwa ekspor masih akan terkontraksi 19,31% (year on year/yoy) sementara impor turun 7%.
Baik ekspor dan impor akan terkoreksi karena ada libur panjang Lebaran pada 19-25 April2023 yang berdampak pada berkurangnya hari perdagangan dan aktivitas di pelabuhan.
Namun, data ekspor dan impor justru lebih jelek dibandingkan perkiraan pasar.
Nilai ekspor Indonesia April 2023 mencapai US$19,29 miliar atau ambles 17,62% (month to month/mtm) dan anjlok 29,4% (year on year/yoy).
Nilai ekspor pada April tahun ini adalah yang terendah sejak Januari 2022 (US$ 19,17 miliar) atau 15 bulan terakhir.
Dari sisi pertumbuhan tahunan, kinerja ekspor juga sangat mengecewakan. Pertumbuhan ekspor April 2023 (yoy) adalah yang terendah sejak Oktober 2020 (US$ 26,92%) atau sekitar 2,5 tahun terakhir.
Dilihat dari pertumbuhan bulanan, kinerja ekspor malah lebih mengecewakan.
Ekspor terkontraksi secara bulanan (mtm) dalam delapan bulan terakhir atau sejak September 2022. Pengecualian cuma terjadi pada Maret 2023 di mana ekspor tumbuh 9,82%.
Kinerja ekspor yang terus menerus terkontraksi dalam hampir delapan bulan tidak pernah terjadi, setidaknya sejak 2012 atau 10 tahun terakhir.
Kinerja impor juga tidak kalah mengecewakan. Nilai impor Indonesia pada April 2023 mencapai US$15,35 miliar.
Nilai tersebut adalah yang terendah sejak Juli 2021 (US$ 15,26 miliar).
Dari sisi pertumbuhan, impor April bahkan terkontraksi. Kontraksi impor April (yoy) yang mencapai 22,32% bahkan menjadi yang terdalam sejak Februari 2009 atau 14 tahun terakhir. Pada periode tersebut impor terkontraksi 32,35%.
Secara bulanan (mtm), impor April sudah terkoreksi dalam enam bulan beruntun. Pengecualian terjadi pada Januari 2023 di mana impor tumbuh 1,27% (mtm).
Ekspor Anjlok karena Permintaan dan Harga
Penurunan ekspor disebabkan oleh menurunnya permintaan serta melandainya harga komoditas andalan. Permintaan dari empat pasar utama anjlok, termasuk dari China, Jepang, Amerika Serikat (AS), dan India.
Ekspor ke China anjlok menjadi US$ 4,62 miliar atau terendah sejak Februari 2022 atau setahun lebih.
Ekspor juga melandai karena melemahnya harga komoditas andalan Indonesia seperti nikel, minyak sawit
Rata-rata harga minyak sawit mentah jatuh menjadi MYR 3.728,61 per ton pada April dibandingkan pada Maret yang tercatat MYR 3.935,74 per ton.
"Penurunan nilai ekspor komoditas batubara serta minyak kelapa sawit disebabkan oleh penurunan volume ekspor. Sementara untuk komoditas besi dan baja dipengaruhi oleh penurunan harga," tutur Deputi Bidang Metodologi dan Informasi Statistik BPS Imam Machdi dalam konferensi pers, Senin (15/5/2023).
Sementara itu, impor menurun untuk seluruh jenis penggunaan baik secara tahunan atau bulanan. Impor barang modal mengalami penurunan terdalam sebesar 36,66% (mtm).
Secara tahunan, impor bahan baku/penolong mengalami penurunan terdalam sebesar 25,33%.
Pelemahan impor barang modal dan bahan baku ini tentu bisa menjadi sinyal buruk karena bisa menjadi awal dari pelemahan investasi ke depan.
Namun, ekonom Bank Danamon Irman Faiz memperkirakan impor akan naik ke depan sejalan dengan membaiknya permintaan domestik.
Surplus Sampai Kapan?
Irman menjelaskan ekspor kemungkinan besar akan semakin melemah ke depan sejalan dengan melandainya harga komoditas serta perlambatan ekonomi global.
Karena itulah, surplus perdagangan akan terus tergerus ke depan.
"Kalau kami melihat tahun ini masih akan surplus mba tapi mengecil dari tahun lalu," tutur Irman, kepada CNBC Indonesia.
Senada, ekonom BCA Barra Kukuh Mamia juga memperkirakan surplus masih akan bertahan hingga akhir tahun. Namun, angkanya akan mengecil.
![]() Harga komoditas |
"Kalau dulu biasa surplus US$ 4-5 miliar per bulan maka next few months mungkin hanya akan US$ 2-3 miliar per bulan. Harga komoditas memang turun tapi masih cukup OK buat trade kita," ujar Barra, kepada CNBC Indonesia.
Sementara itu, ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan surplus akan mengecil secara perlahan dan bertahap karena pelemahan harga komoditas juga akan melandai perlahan.
Re-opening China juga akan membantu surplus untuk bisa bertahan lebih lama.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(mae/mae)