Newsletter

Kabar Gembira dari Amerika, Sudah Saatnya Berpesta?

Feri Sandria, CNBC Indonesia
13 January 2023 05:55
Bendera Amerika Serikat
Foto: Bendera Amerika Serikat (Photo by Win McNamee/Getty Images)

Sentimen utama yang dapat diperhatikan pada perdagangan hari ini adalah terkait data inflasi AS yang kembali mendingin dan memperpanjang tren penurunan menjadi enam bulan beruntun. Hal ini turut meningkatkan kepercayaan investor global dengan tiga indeks utama Wall Street ditutup menguat.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan indeks harga konsumen (IHK) AS untuk bulan Desember naik 6,5% secara tahunan (yoy). Lebih rendah dibandingkan catatan November sebesar 7,1%.

Level tersebut (secara bulanan) membawa inflasi AS kini setara pada posisi April 2020, seiring kebijakan penguncian dikarenakan serangan covid-19 yang menghantam seluruh dunia.

Secara bulanan IHK AS turun 0,1% di Desember dan menjadi penurunan bulanan terbesar sejak April 2020 atau di awal pandemi kala diberlakukannya kebijakan penguncian untuk mengekang penyebaran virus Covid-19.

Efek domino tersebut tampaknya dapat menjalar ke bursa saham dunia lainnya, dengan manajer investasi dan manajer hedge fund diharapkan kembali aktif melakukan pembelian aset di pasar ekuitas.

Meski demikian, di saat bersamaan investor juga patut menyimak dampak dari pembukaan kembali ekonomi China secara lebih luas, yang pada dasarnya merupakan berita positif bagi perekonomian RI Hal ini mengingat negara pimpinan Xi Jinping ini merupakan mitra dagang utama.

Namun, kondisi ini juga dapat menjadi tantangan tersendiri bagi pasar ekuitas domestik. Pembukaan ekonomi tersebut dapat memperparah sentimen buruk yakni kaburnya investor asing dari pasar saham dalam negeri. Investor asing bisa saja keluar dari pasar keuangan Indonesia dan masuk ke China untuk membeli aset yang masih dianggap undervalued, atau murah secara valuasi.

Masih dari China, kemarin inflasi negeri Panda dilaporkan naik 1,8% secara tahunan (yoy), namun melambat secara bulanan. Kemudian Indeks Harga Produsen (IHP) juga kembali dilaporkan tumbuh negatif 0,7% secara tahunan (yoy) di tengah melemahnya permintaan domestik karena pembatasan COVID yang ketat dan penurunan harga komoditas.

Selanjutnya investor juga patut memperhatikan pergerakan harga sejumlah komoditas utama dunia, termasuk yang menjadi unggulan di Indonesia. Sejumlah emiten di sektor energi, pertambangan hingga perkebunan pergerakannya sering kali ditopang oleh naik turunnya harga di pasar global.

Emas menjadi salah satu komoditas yang belakangan rajin menguat, didorong oleh ambruknya indeks dolar. Indeks dolar sendiri mulai mengalami penurunan karena investor berharap The Fed akan segera berhenti menaikkan suku bunga acuannya.

Sementara itu, dua komoditas ekspor unggulan RI yakni batu bara dan CPO masih berada dalam tren penurunan sepanjang tahun ini.

Selain itu, investor juga perlu mewanti-wanti sejumlah data ekonomi penting dari mancanegara yang akan diumumkan akhir pekan ini. Data tersebut dapat menjadi proksi bagi kondisi ekonomi yang lebih luas serta pegangan bagi bank sentral untuk menentukan arah kebijakan moneter.

Siang ini Inggris akan mengumumkan data pertumbuhan ekonomi atau Produk Domestik Bruto (PDB) pada November 2022 yang diperkirakan mengalami kontraksi sebesar 0,2%. Turunnya PDB Inggris dapat memberikan gambaran ekonomi Eropa yang diperkirakan akan segera masuk ke jurang resesi.

Lalu malam ini ada juga pembacaan awal sentimen konsumen AS untuk periode Januari 2022. Indeks sentimen konsumen yang dipublikasikan oleh University of Michigan merupakan salah satu indikator yang paling dapat diandalkan untuk memprediksi terjadinya resesi di AS.

(fsd/fsd)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular