CNBC Indonesia Outlook 2023

CPO Hingga Nikel Lewat, 2023 Bakal Jadi Tahunnya Emas!

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
02 January 2023 13:00
Tambang Merdeka Copper/Youtube BSI
Foto: Tambang Merdeka Copper/Youtube BSI

PT Merdeka Cooper Gold Tbk (MDKA) menjadi salah satu saham yang memiliki potensi ikut terdorong oleh kenaikan harga emas dunia. Ini karena lini bisnis MDKA yang menjual emas dapat terkerek pendapatannya dari peningkatan rata-rata harga jual (average selling price) ASP yang turut meningkat.

Pendapatan emas dari tambang Tujuh Bukit masih menjadi tulang punggung keuangan MDKA dengan kontribusi 40% lebih. Hingga September 2022 pendapatan emas MDKA tercatat US$222,1 juta. Jumlah tersebut meningkat 36% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy).

Menurut konsensus Refinitiv, pendapatan MDKA pada 2022 akan tercatat US$813 juta, meroket 114% dari pendapatan 2021 sebesar US$381 juta. Pendapatan ini kembali meningkat sekitar dua kali lipat menjadi US$1.536 juta.

Begitu pun dengan laba bersih sebelum depresiasi, pajak dan amortisasi pada 2023 yang diperkirakan meningkat 71% pada 2023 menjadi US$540 juta dari kinerja 2021 sebesar US$315 juta.

Kinerja apik 2023 juga didorong oleh sektor nikel yang dimiliki MDKA saat ini setelah memasuki tambang mengakuisisi sebagian saham milik Hamparan Logistik Nusantara melalui anak usaha PT Batutua Tambang Abadi yang dimiliki 99,99%. Batutua akan mendapatkan saham sebesar 55,67% dari modal yang ditempatkan dan disetor dengan membeli saham baru yang diterbitkan Hamparan Logistik sebesar Rp 5,36 triliun.

Hamparan Logistik berinvestasi di PT J&P Indonesia dan PT Jcorps Industri Mineral yang dimiliki Hamparan Logistik sebesar 95,3% dan 99,9%. Dalam perjanjian ini secara bersama-sama disebut dengan aset-aset akuisisi.

Aset-aset Akuisisi terdiri dari berbagai investasi PT J&P Indonesia dan PT Jcorps Industri Mineral. PT J&P Indonesia memiliki 51% saham di PT Sulawesi Cahaya Mineral yang memegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) untuk salah satu sumber daya nikel terbesar di dunia yang belum berkembang.

PT Sulawesi Cahaya Mineral juga jadi pemilik 49% PT Cahaya Smelter Indonesia dan 28,4% PT Bukit Smelter Indonesia yang merupakan pabrik nikel Rotary Klin-Electric Furnace (RKEF).

PT Jcorps Industri Mineral sebagai pengendali saham mayoritas di berbagai perusahaan yang memiliki IUP Batu gamping dan proyek pembangkit listrik tenaga air. PT Jcorps Industri Mineral juga merupakan pemegang saham minoritas sebesar 32% saham Indonesia Konawe Industrial Park.

Lini bisnis nikel bisa jadi sumber pendapatan potensial MDKA selain dari emas dan tembaga. Sebab harga nikel dunia yang tinggi ditambah permintaan nikel yang akan membludak untuk memenuhi kebutuhan energi hijau seperti baterai kendaraan listrik.

MDKA juga menjalin komitmen dengan CATL sehingga proses pengolahan nikel dari hilir ke hulu oleh MDKA telah tersambung dengan output sebagai baterai kendaraan listrik.

CATL sendiri adalah produsen baterai kendaraan listrik nomor satu dunia dengan 47% produknya disalurkan ke Tesla.

Akan tetapi MDKA memiliki risiko-risiko yang perlu diperhatikan oleh investor seperti resesi global yang bisa menggerus permintaan nikel pada 2023. Selain itu nilai ESG yang memiliki risiko tinggi juga bisa mempengaruhi penilaian investor umum terhadap MDKA sehingga bisa mempengaruhi kinerja saham MDKA.

(ras/ras)
Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular