CNBC Indonesia Outlook 2023

CPO Hingga Nikel Lewat, 2023 Bakal Jadi Tahunnya Emas!

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
02 January 2023 13:00
Baja
Foto: REUTERS/Stringer

Jakarta, CNBC Indonesia - Resesi global yang diramal akan terjadi pada 2023 adalah hal yang ditakuti oleh investor saham. Sebab berpotensi membuat rugi investasi.

Sektor perkebunan seperti sawit diperkirakan akan menurun performanya. Begitu juga dengan perlogaman seperti nikel yang sempat berjaya di awal 2022. Akan tetapi resesi memberikan peluang bagi emas untuk bersinar.

Isu resesi global pada 2023 sudah ramai dibicarakan sejak 2022. Resesi membuat ekonomi menjadi melambat dan membawa ekonomi ke dalam jurang ketidakpastian. Oleh karena itu emas sebagai investasi tradisional dijagokan sebagai tempat berlindung investor.

Harga emas dunia diperkirakan akan kembali menembus level US$2.000 per troy ons pada 2023. Lembaga investasi Wells Fargo dalam 2023 Outlook: Recession, Recovery, and Rebound memperkirakan emas dunia pada 2023 akan bergerak di rentang US$1.900 per troy ons hingga US$2.000 per troy ons.

Bahkan Saxo Bank, institusi keuangan terkenal memperkirakan harga emas dunia bisa menyentuh US$3.000 per toy ons pada 2023.

Emas diuntungkan dengan kondisi dunia saat ini yang berada di era inflasi tinggi. Ditambah pada 2023 tren kenaikan suku bunga acuan oleh bank sentral diperkirakan akan tidak seagresif 2022. Sehingga peluang logam mulia untuk kembali mengkilap terbuka lebar.

Kenaikan suku bunga acuan oleh para bank sentral selama ini menjadi momok menyeramkan bagi emas. Sempat menempati posisi ke US$2.000/troy ons pada awal 2022, investor harus mengelus dada tatkala emas jatuh ke level US$1.600 per troy ons.

Bank sentral yang agresif dalam menaikkan suku bunga membuat emas menjadi tidak menarik karena tidak memberikan imbal hasil atau bunga. Ini yang membuat emas tidak bersinar selama 2022 meskipun inflasi memanas.

Bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve/The Fed sudah menaikkan suku bunga sebesar 425 basis points (bps) sejak Maret hingga Desember dan saat ini berada di posisi 4,25%-4,5%. Dalam periode tersebut, harga emas sudah ambruk US4105,5 troy ons.

The Fed mulai menaikkan suku bunga sebesar 25 bps pada Maret. Saat itu, harga emas terkoreksi walau tidak besar.Guncangan kepada harga emas dimulai sejak The Fed menaikkan suku bunga sebesar 75 bps pada 16 Juni 2022.

Tren kenaikan suku bunga acuan The Fed tersebut diperkirakan akan melandai pada 2023. J.P.Morgan dalam laporannya mengatakan bahwa dengan asumsi inflasi utama dan inflasi upah mereda, J.P.Morgan melihat suku bunga AS naik menjadi sekitar 4,5% - 5,0% pada kuartal pertama 2023 dan berhenti di sana.

"ECB juga diperkirakan akan berhenti di 2,5% -3,0% pada kuartal pertama. Bank of England mungkin membutuhkan waktu sedikit lebih lama untuk mencapai puncaknya, mengingat inflasi kemungkinan akan terbukti lebih lengket di Inggris. Kami melihat tingkat bunga Inggris puncak 4,0% -4,5% pada kuartal kedua," ungkap J.P.Morgan.

Sejalan dengan J.P. Morgan, Credit Suisse pun memperkirakan tren kenaikan suku bunga acuan oleh para bank sentral dunia akan melandai pada 2023.

Sehingga faktor yang selama ini membebani laju kenaikan harga emas berkurang dan emas dunia diharapkan bisa melaju. Lantas saham mana yang berpotensi saat harga emas melaju?

PT Merdeka Cooper Gold Tbk (MDKA) menjadi salah satu saham yang memiliki potensi ikut terdorong oleh kenaikan harga emas dunia. Ini karena lini bisnis MDKA yang menjual emas dapat terkerek pendapatannya dari peningkatan rata-rata harga jual (average selling price) ASP yang turut meningkat.

Pendapatan emas dari tambang Tujuh Bukit masih menjadi tulang punggung keuangan MDKA dengan kontribusi 40% lebih. Hingga September 2022 pendapatan emas MDKA tercatat US$222,1 juta. Jumlah tersebut meningkat 36% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy).

Menurut konsensus Refinitiv, pendapatan MDKA pada 2022 akan tercatat US$813 juta, meroket 114% dari pendapatan 2021 sebesar US$381 juta. Pendapatan ini kembali meningkat sekitar dua kali lipat menjadi US$1.536 juta.

Begitu pun dengan laba bersih sebelum depresiasi, pajak dan amortisasi pada 2023 yang diperkirakan meningkat 71% pada 2023 menjadi US$540 juta dari kinerja 2021 sebesar US$315 juta.

Kinerja apik 2023 juga didorong oleh sektor nikel yang dimiliki MDKA saat ini setelah memasuki tambang mengakuisisi sebagian saham milik Hamparan Logistik Nusantara melalui anak usaha PT Batutua Tambang Abadi yang dimiliki 99,99%. Batutua akan mendapatkan saham sebesar 55,67% dari modal yang ditempatkan dan disetor dengan membeli saham baru yang diterbitkan Hamparan Logistik sebesar Rp 5,36 triliun.

Hamparan Logistik berinvestasi di PT J&P Indonesia dan PT Jcorps Industri Mineral yang dimiliki Hamparan Logistik sebesar 95,3% dan 99,9%. Dalam perjanjian ini secara bersama-sama disebut dengan aset-aset akuisisi.

Aset-aset Akuisisi terdiri dari berbagai investasi PT J&P Indonesia dan PT Jcorps Industri Mineral. PT J&P Indonesia memiliki 51% saham di PT Sulawesi Cahaya Mineral yang memegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) untuk salah satu sumber daya nikel terbesar di dunia yang belum berkembang.

PT Sulawesi Cahaya Mineral juga jadi pemilik 49% PT Cahaya Smelter Indonesia dan 28,4% PT Bukit Smelter Indonesia yang merupakan pabrik nikel Rotary Klin-Electric Furnace (RKEF).

PT Jcorps Industri Mineral sebagai pengendali saham mayoritas di berbagai perusahaan yang memiliki IUP Batu gamping dan proyek pembangkit listrik tenaga air. PT Jcorps Industri Mineral juga merupakan pemegang saham minoritas sebesar 32% saham Indonesia Konawe Industrial Park.

Lini bisnis nikel bisa jadi sumber pendapatan potensial MDKA selain dari emas dan tembaga. Sebab harga nikel dunia yang tinggi ditambah permintaan nikel yang akan membludak untuk memenuhi kebutuhan energi hijau seperti baterai kendaraan listrik.

MDKA juga menjalin komitmen dengan CATL sehingga proses pengolahan nikel dari hilir ke hulu oleh MDKA telah tersambung dengan output sebagai baterai kendaraan listrik.

CATL sendiri adalah produsen baterai kendaraan listrik nomor satu dunia dengan 47% produknya disalurkan ke Tesla.

Akan tetapi MDKA memiliki risiko-risiko yang perlu diperhatikan oleh investor seperti resesi global yang bisa menggerus permintaan nikel pada 2023. Selain itu nilai ESG yang memiliki risiko tinggi juga bisa mempengaruhi penilaian investor umum terhadap MDKA sehingga bisa mempengaruhi kinerja saham MDKA.

Saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) juga menarik karena dengan katalis yang sama, memiliki valuasi yang lebih murah dibandingkan dengan MDKA. Price to Book Value (PBV) ANTM saat ini adalah 2,12x sementara MDKA sebesar 6,39x.

Kinerja ANTM sepanjang periode Januari hingga September bisa dikatakan mentereng. Pendapatan ANTM melonjak 27% yoy, sementara laba meningkat 53,6%.

Perbandingan ANTM dan MDKAFoto: Berbagai sumber dan diolah
Perbandingan ANTM dan MDKA

Kedua saham tersebut dikenal selain saham emas juga saham nikel karena mendapatkan pendapatan dari nikel juga. Sayangnya pada 2023 akan ada tekanan pendapatan dari segmen nikel karena proyeksi komoditas nikel global yang diperkirakan akan turun. Hal ini akan berpengaruh terhadap turunnya harga rata-rata jual atau (average selling price).

Resesi global menjadi faktor penghambat permintaan nikel dunia sehingga diperkirakan akan terjadi surplus pasokan. Kondisi surplus terjadi kala jumlah permintaan lebih sedikit dibandingkan dengan produksi. Saat hal itu terjadi maka harga akan turun.

Goldman Sachs memperkirakan rata-rata harga nikel dunia pada 2023 sebesar US$18.500 per ton, turun dari perkiraan rata-rata harga 2022 sebesar US$24.300 per ton. Sementara bank dunia dalam laporannya memperkirakan rata-rata harga nikel dunia pada 2023 sebesar US$21.000 per ton, turun dari rata-rata 2022 sebesar US$25.000 per ton.

Sama seperti nikel, harga minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil) juga diperkirakan akan melandai pada 2023 karena terdampak resesi global serta ketidakpastian prospek ekonomi China.

Kenangan Investment Bank Bhd Malaysia memperkirakan harga CPO pada 2023 akan lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya.

Kenanga memproyeksikan rata-rata harga CPO akan mencapai 4.000 ringgit/ton tahun depan, kini dalam proyeksi terbarunya diturunkan menjadi 3.800 ringgit/ton.

"Kami memperkirakan rata-rata harga CPO di 3.800 ringgit/ton pada 2023, 5% lebih rendah dari proyeksi kami sebelumnya 4.000 ringgit/ton. Meski proyeksi diturunkan, tetapi harga CPO masih tetap tinggi sebab permintaan minyak nabati untuk kebutuhan sehari-hari masih tinggi," kata bank investasi tersebut, sebagaimana dikutip The Edge Markets, Jumat (16/12/2022).

Meski lebih rendah dari level saat ini, tetapi 3.800 ringgit per ton, masih tergolong tinggi jika melihat harga 10 tahun terakhir. Namun akan cenderung stagnan bahkan turun jika dibandingkan tahun lalu.

Investor CPO juga harus melihat kebijakan Covid-19 China khususnya terkait pembatasan mobilitas. Sebab pelonggaran kebijakan saat ini malah menimbulkan kasus infeksi lebih banyak. Sehingga berpotensi terjadi pengetatan kembali sehingga dapat mengebiri permintaan CPO untuk minyak goreng.

Potensi datang dari dalam negeri karena PPKM yang sudah dicabut oleh Presiden Indonesia Joko Widodo karena dapat meningkatkan permintaan CPO untuk industri pengolahan minyak goreng. Permintaan minyak goreng berpotensi datang dari restoran, kafe, dan hotel yang sudah bisa diakses 100% pengunjung.

Jadi rekomendasi saat ini untuk saham-saham CPO seperti AALI, LSIP, dan SIMP dengan mempertimbangkan tren harga CPO berpotensi turun yakni netral.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Sanggahan: Berita ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli atau menjual saham/aset terkait. Keputusan investasi sepenuhnya ada pada diri anda, dan CNBC Indonesia tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular