
Duh! Super Thursday Bakal Jadi "Badai" di Pasar Finansial?

Beberapa waktu yang lalu, petinggi Bank Indonesia (BI), yakni Deputi Gubernur Senior, Destry Damayanti menyatakan bahwa kondisi dunia saat ini mengalami VUCA.
VUCA merupakan singkatan dari volatility, uncertainty, complexity, dan ambiguity. Singkatan ini menggambarkan kondisi dunia yang saat ini tengah kita rasakan, dimana terjadi perubahan yang sangat cepat, sulit diprediksi, dipengaruhi banyak faktor, dan realitas menjadi sangat subjektif.
"Jadi ini sudah tumpuk-tumpuk kalau kita bilang global ini mengalami kondisi yang namanya VUCA, volatility tinggi, uncertainty tinggi, complexity sangat kompleks, dan ambiguity," terang Destry, dalam kegiatan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan Bali Nusra, dikutip Senin (12/12/2022).
Senada, Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo juga mengingatkan adanya ancaman global yang akan terjadi pada tahun depan.
Adapun Indonesia akan terkena dampaknya. Hal ini karena Indonesia merupakan negara dengan ekonomi terbuka, sehingga dampak dari gejolak ekonomi global turut membawa dampak pada perekonomian Indonesia.
"Indonesia tak terlepas dari gejolak global yang dapat mengancam tekanan perlambatan ekonomi di Indonesia dan menimbulkan instabilitas pada perekonomian kita," jelas Dody dalam Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Regional Kalimantan, dikutip Selasa (13/12/2022).
Meski begitu, BI menekankan bahwa semua risiko baik itu stagflasi dan resflasi masih bisa dimitigasi. Kuncinya adalah dengan mengkomunikasikan secara jelas arah kebijakan, sinergi, dan inovasi.
Berbeda dengan negara maju tersebut, sejumlah indikator perekonomian dalam negeri terbilang cukup apik. Angka inflasi dalam negeri yang masih cukup terjaga di 5,71% (yoy), bahkan angka inflasi per Oktober 2022 lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yaitu 5,95%.
Selain itu, pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal III 2022, pun sukses melesat ke 5,72% (yoy).
Pada hari ini di dalam negeri, pasar akan memantau rilis data neraca perdagangan pada periode November 2022.
Pasar dalam polling Trading Economics memperkirakan neraca perdagangan RI akan mengalami penurunan menjadi US$ 4,3 miliar.
Sebelumnya, neraca perdagangan per Oktober 2022 juga sukses mencetak surplus mencapai US$ 5,67 miliar dan menjadi rekor surplus selama 30 bulan beruntun.
Adapun data ekspor diprediksi turun menjadi 9,5% pada bulan lalu dan impor juga diprediksi turun menjadi 7%. Sebelumnya pada Oktober lalu, ekspor RI mencapai 12,3%, sedangkan impor Tanah Air mencapai 17,44%.
Kendati fundamental perekonomian Tanah Air terbilang mentereng di saat dunia tengah kacau, tapi investor masih tetap harus waspada sebab gejolak ekonomi global tampaknya masih akan berlangsung hingga tahun depan.
(chd/chd)