
Duh! Super Thursday Bakal Jadi "Badai" di Pasar Finansial?

Selain The Fed, pasar juga bersiap dengan kebijakan suku bunga terbaru bank sentral lainnya yakni bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) dan bank sentral Eropa (Europe Central Bank/ECB).
Tetapi, The Fed menjadi perhatian utama, karena sikap The Fed juga akan mempengaruhi bank sentral di negara lainnya.
The Fed kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 50 bp menjadi 4,25% - 4,5%, sesuai dengan prediksi pasar sebelumnya.
Dengan ini, maka The Fed sudah menaikkan suku bunga acuannya hingga 425 bp sepanjang tahun ini. Sebelum pertemuan terakhir, The Fed sempat menaikkan suku bunga acuannya hingga 75 bp dalam empat kali beruntun.
Adapun, agresifnya The Fed dalam menaikkan suku bunga bertujuan untuk mengendalikan inflasi ke target 2%. Kendati begitu, angka inflasi di AS mulai menunjukkan perlambatan.
Departemen Tenaga Kerja AS mencatat Indeks Harga Konsumen (IHK) per November 2022 kembali melandai ke 7,1% secara tahunan (year-on-year/yoy). Melandai dibandingkan dengan bulan sebelumnya di 7,7% (yoy).
Hasil itu sekaligus menandai penurunan inflasi selama 5 bulan berturut-turut.
Tak hanya itu, inflasi tersebut lebih rendah dari proyeksi pasar dalam polling Reuters yang memperkirakan IHK turun menjadi 7,3% (yoy).
Setelah The Fed kembali menaikkan suku bunga acuannya, dua bank sentral ternama lainnya juga dijadwalkan akan mengumumkan kebijakan moneter terbarunya.
Sama halnya, Inggris dan Eropa juga berjibaku dengan angka inflasi yang tinggi. Bahkan, angka inflasi di kedua negara maju tersebut mencapai double digit.
Kantor Statistik Inggris (ONS) mengumumkan angka inflasi per Oktober sebesar 11,1% secara tahunan (yoy) dan menjadi angka inflasi tertinggi sejak Oktober 1981.
Inflasi tersebut naik dari 10,1% yoy pada bulan sebelumnya. Inflasi ini juga di atas ekspektasi para ekonom yang meramalkan inflasi sebesar 10,7%. Tekanan inflasi datang terutama dari jasa perumahan dan rumah tangga yang naik hingga 26,6% yoy, gas 128,9%, dan listrik 65,7%.
Adapun, ada yang sedikit menyelamatkan Inggris dari inflasi yang lebih tinggi, jaminan harga energi yang dipatok pemerintah. Harga makanan dan minuman nonalhokol juga naik 16,2%.
Sementara itu, secara bulanan (month-to-month/mtm), inflasi Inggris pada Oktober 2022 tercatat sebesar 2%, jauh di atas bulan sebelumnya sebesar 0,5% (mtm). Inflasi itu juga di atas ekspektasi para ekonom sebesar 1,7% (mtm).
Tidak heran jika BoE pun bertindak agresif untuk menaikkan suku bunga acuannya. Di sepanjang tahun ini, BoE tercatat sudah menaikkan suku bunga sebesar 275 bp dan mengirim tingkat suku bunga BoE berada di 3%.
Konsensus analis Trading Economics memprediksikan bahwa BoE akan kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 50 bp pada pertemuannya di 15 Desember 2022.
Serupa, angka inflasi di Eropa menyentuh 10,6% (yoy) pada Oktober 2022 sekaligus rekor tertinggi sepanjang sejarah pencatatan.
Berdasarkan data yang dirilis EUROSTAT, Kamis (17/11/2022), inflasi tersebut naik dari realisasi bulan sebelumnya sebesar 9,9% (yoy). Namun, sedikit di bawah estimasi awal sebesar 10,7%.
Inflasi tersebut jauh di atas target ECB yang menargetkan inflasi sebesar 2% pada tahun ini.
Pelemahan mata uang euro dan melambungnya sejumlah harga komoditas menjadi biang keladi tingginya inflasi tersebut.
Inflasi di sektor energi, misalnya, naik hingga 41,5%, diikuti oleh makanan, alkohol, dan rokok sebesar 13,1%.
Sementara itu, inflasi inti tahunan yang tidak termasuk barang dengan harga bergejolak tercatat sebesar 5% (yoy), naik dari bulan sebelumnya sebesar 4,8%.
Secara bulanan (mtm), inflasi zona Eropa tercatat sebesar 1,5%, juga naik dari bulan sebelumnya sebesar 1,2% (mtm).
Pada hari ini, ECB juga dijadwalkan akan mengumumkan kebijakan moneter terbarunya. Konsensus analis memprediksikan bahwa ECB akan mengekor dua bank sentral lainnya dengan menaikkan suku bunga acuannya sebesar 50 bp.
Di sepanjang tahun ini, ECB juga agresif menaikkan suku bunga acuannya sebesar 200 bp dan membawa tingkat suku bunga acuan berada di 2%.
Inflasi tinggi yang terjadi di berbagai negara memang menjadi momok yang menakutkan, sehingga wajar saja bank sentral hampir di seluruh dunia pun kompak mengetatkan kebijakan moneternya.
Namun, kenaikan suku bunga akan berdampak pada meningkatnya volatilitas pasar keuangan global.
(chd/chd)