Newsletter

Inflasi di Amerika Turun! Dunia Tak Jadi Resesi?

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
14 December 2022 06:13
Jerome Powell
Foto: Reuters

Pada hari ini, pelaku pasar bakal memantau beberapa sentimen, di mana salah satunya yakni pergerakan bursa saham Wall Street yang kembali menghijau setelah inflasi bulan lalu kembali melandai

Kemarin, data inflasi berdasarkan indeks harga konsumen (IHK) telah dirilis, di mana hasilnya kembali melandai dan lebih baik dari ekspektasi pasar.

Berdasarkan data dari Biro Statistik Tenaga Kerja AS, IHK AS pada bulan lalu mencapai 7,1% secara tahunan (year-on-year/yoy). Inflasi tersebut turun dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 7,7% (yoy). Hasil itu sekaligus menandai penurunan inflasi selama 5 bulan berturut-turut.

Tak hanya itu, inflasi tersebut lebih rendah dari proyeksi pasar dalam polling Reuters yang memperkirakan IHK turun menjadi 7,3% (yoy).

Adapun, IHK AS mencapai puncaknya pada tahun ini sebesar 9,1% (yoy) pada Mei lalu. Setelah itu, IHK berangsur turun seiring dengan penurunan harga di sejumlah sektor dan kebijakan fiskal yang terus diperketat.

Meskipun demikian, IHK diperkirakan masih akan di atas 6%, jauh di atas target bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) sebesar 2%.

Tekanan terbesar masih datang dari sektor jasa, sementara harga barang mulai menunjukkan penurunan seiring dengan membaiknya rantai pasok.

IHK inti, yang tidak termasuk harga bergejolak, tercatat sebesar 6% (yoy) pada November 2022. Hasil tersebut sedikit turun dari bulan sebelumnya sebesar 6,3% (month-to-month/mtm) dan di bawah ekspektasi sebesar 6,1% (mtm).

Sementara itu, secara bulanan (mtm), IHK AS tercatat sebesar 0,1%, lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 0,4% (mtm) dan juga di bawah proyeksi sebesar 0,3% (mtm).

Sebelumnya pada Jumat pekan lalu, inflasi berdasarkan producer price index (PPI) atau indeks harga produsen (IHP) AS periode November 2022 juga kembali melandai, yakni menjadi 7,4% (yoy), dari sebelumnya pada Oktober lalu sebesar 8,1%.

Namun, IHP secara bulanan (mtm) tidak berubah alias stabil di 0,3% pada bulan lalu, sama seperti Oktober lalu yang sebesar 0,3%.

IHK yang kembali melandai dapat memainkan peran kunci dalam keputusan kenaikan suku bunga The Fed berikutnya, di mana The Fed akan mengumumkan kebijakan suku bunga acuan terbaru pada Kamis dini hari waktu Indonesia, atau setelah rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC).

Meski inflasi kembali melandai, tetapi pasar masih memperkirakan The Fed masih akan menaikkan suku bunga acuannya pada pertemuan Desember, meski laju kenaikannya cenderung menurun.

Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pasar melihat The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin (bp) menjadi 4,25%-4,5% dengan probabilitas sebesar 79,4%.

Suku Bunga The Fed

The Fed sudah menaikkan suku bunga acuan secara agresif sebesar 375 bp sepanjang tahun ini menjadi 3,75-4,0%.

Meski laju kenaikan suku bunga yang dikendurkan, tetapi risiko Amerika Serikat mengalami resesi masih besar. Namun ada harapan resesi yang dialami tidak dalam dan panjang jika suku bunga tidak semakin tinggi.

Selain itu, proyeksi ekonomi terbaru The Fed dan konferensi pers Ketua, Jerome Powell juga akan ditunggu oleh pasar, di mana hal ini dapat menjadi sinyal utama untuk apa yang ingin dilakukan The Fed dalam beberapa bulan mendatang.

Pasar juga tengah bersiap untuk menyambut Super Thursday, di mana beberapa bank sentral selain The Fed juga akan mengumumkan kebijakan suku bunga terbarunya pada pekan ini.

Adapun bank sentral tersebut yakni bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) dan bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB). Sama dengan The Fed, kedua bank sentral tersebut diperkirakan akan kembali menaikkan suku bunga. Dengan nyaris semua bank sentral utama menerapkan suku bunga tinggi, dunia terancam resesi, tetapi seberapa dalam akan tergantung dari seberapa tinggi suku bunga tersebut.

(chd/chd)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular