
Inflasi di Amerika Turun! Dunia Tak Jadi Resesi?

Beralih ke Amerika Serikat (AS), bursa saham Wall Street kembali ditutup cerah pada perdagangan Selasa (13/12/2022), di mana investor cenderung merespons positif dari data inflasi periode November 2022 yang kembali melandai dan lebih baik dari ekspektasi pasar.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup menguat 0,16% ke posisi 34.059,59, S&P 500 bertambah 0,58% ke 4.013,85 dan Nasdaq Composite terapresiasi 0,85% menjadi 11.238,82.
Penguatan Wall Street cenderung terpangkas kemarin, di mana pada awal perdagangan, Wall Street sempat beterbangan. Dow Jones sempat dibuka melonjak 1,93%, S&P 500 melejit 2,59%, dan Nasdaq meroket 3,62%.
Beberapa saham teknologi yang sebelumnya paling terpukul akibat kenaikan inflasi dan suku bunga, pada hari ini terpantau melesat.
Saham Apple, induk Google melesat 2,5%, sedangkan saham Meta Platforms melonjak 4,7%.
Tak hanya beberapa saham teknologi saja, beberapa saham bank besar Wall Street juga melesat setelah perilisan data inflasi AS.
Saham Goldman Sachs, Morgan Stanley dan Citigroup melonjak hingga lebih dari 1%, bahkan nyaris 2% pada perdagangan kemarin.
Data inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) atau indeks harga konsumen (IHK) AS periode November 2022 telah dirilis. Hasilnya kembali melandai dan lebih baik dari ekspektasi pasar.
Berdasarkan data dari Biro Statistik Tenaga Kerja AS, IHK AS pada bulan lalu mencapai 7,1% secara tahunan (year-on-year/yoy). Inflasi tersebut turun dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 7,7% (yoy). Hasil itu sekaligus menandai penurunan inflasi selama 5 bulan berturut-turut.
Tak hanya itu, inflasi tersebut lebih rendah dari proyeksi pasar dalam polling Reuters yang memperkirakan IHK turun menjadi 7,3% (yoy).
Adapun, IHK AS mencapai puncaknya pada tahun ini sebesar 9,1% (yoy) pada Mei lalu. Setelah itu, IHK berangsur turun seiring dengan penurunan harga di sejumlah sektor dan kebijakan fiskal yang terus diperketat.
Meskipun demikian, IHK diperkirakan masih akan di atas 6%, jauh di atas target bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) sebesar 2%.
Tekanan terbesar masih datang dari sektor jasa, sementara harga barang mulai menunjukkan penurunan seiring dengan membaiknya rantai pasok.
IHK inti, yang tidak termasuk harga bergejolak, tercatat sebesar 6% (yoy) pada November 2022. Hasil tersebut sedikit turun dari bulan sebelumnya sebesar 6,3% (month-to-month/mtm) dan di bawah ekspektasi sebesar 6,1% (mtm).
Sementara itu, secara bulanan (mtm), IHK AS tercatat sebesar 0,1%, lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 0,4% (mtm) dan juga di bawah proyeksi sebesar 0,3% (mtm).
"Itu adalah kejutan besar dan pasar bereaksi positif, sesuai dengan perkiraan sebelumnya," kata Steve Sosnick, kepala strategi di Interactive Brokers, dikutip dari CNBC International.
"Hari ini adalah hari di mana seluruh skenario bullish bekerja. Hasil lebih rendah pada cerita inflasi. Saham menyukai kisah The Fed yang tidak terlalu ketat dan dolar lebih lemah yang juga membantu saham," tambah Sosnick.
IHK yang kembali melandai dapat memainkan peran kunci dalam keputusan kenaikan suku bunga The Fed berikutnya, di mana The Fed akan mengumumkan kebijakan suku bunga acuan terbaru pada Kamis dini hari waktu Indonesia, atau setelah rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC).
Meski inflasi kembali melandai, tetapi pasar masih memperkirakan The Fed masih akan menaikkan suku bunga acuannya pada pertemuan Desember, meski laju kenaikannya cenderung menurun.
Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pasar melihat The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin (bp) menjadi 4,25%-4,5% dengan probabilitas sebesar 79,4%.
The Fed sudah menaikkan suku bunga acuan secara agresif sebesar 375 bp sepanjang tahun ini menjadi 3,75-4,0%.
Pasca melandainya kembali IHK AS, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) tenor 10 tahun turun 11 bp menjadi 3,501% pada penutupan perdagangan kemarin.
(chd/chd)