
Amerika Resesi - China Nyungsep! 2023 Bakal Penuh Gejolak

Pada perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen yang datang baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Ambruknya kinerja bursa saham AS serta meningkatnya kekhawatiran resesi diproyeksi akan mempengaruhi pergerakan bursa hari ini. Dari dalam negeri, Bank Indonesia akan mengumumkan Laporan Survei Konsumen November 2022.
Masih suramnya bursa Amerika Serikat dikhawatirkan akan menjadi sentimen negatif kepada pasar keuangan saham dalam negeri. Aksi jual atau net sell oleh investor asing dalam jumlah besar bisa kembali terulang pada hari ini. Dalam dua hari terakhir, net sell di seluruh pasar selalu di atas Rp 1 triliun.
Ancaman resesi juga diperkirakan masih akan membebani pergerakan IHSG hari ini. Sejumlah lembaga multinational terus mengingatkan ancaman resesi ke depan akibat dari agresifnya kebijakan suku bunga di tingkat global.
CEO Bank of America Brian Moynihan memperkirakan ekonomi AS akan terkontraksi pada kuartal I-III tahun depan sebelum tumbuh positif pada kuartal IV-2022.
Sebelumnya, CEO Goldman Sachs David Solomon juga mengingatkan perekonomian global akan menghadapi ketidakpastian serta periode yang bergejolak pada tahun depan. Goldman memperkirakan jika ekonomi global akan melambat ke 1,9% pada 2023. Proyeksi ini jauh di bawah proyeksi Dana Moneter Internasional (IMF) yakni 2,7%.
Sinyal perlambatan global semakin nyata dilihat dari data perdagangan China. Surplus perdagangan China mencapai US$ 69,84 miliar pada November 2022, terendah sejak April 2022.
Ekspor China melandai 8,7% (year on year/yoy) sementara impor mereka anjlok 10,6% (yoy) pada November 2022.
Aktivitas perdagangan China yang melemah menjadi salah satu sinyal dari perlambatan ekonomi global mengingat China adalah produsen barang terbesar di dunia serta eksportir terbesar kedua di dunia setelah AS.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) berulang kali menegaskan Indonesia harus mewaspadai hal tersebut.
"Hati-hati (ekspor) tahun depan bisa turun, karena problem di Tiongkok yang belum selesai," ujar Jokowi saat berpidato di Pertemuan Tahunan Bank Indonesia, Rabu (30/11/2022).
Tidak hanya Indonesia, negara-negara lain yang memiliki tingkat ekspor tinggi ke China, seperti Singapura, Malaysia, Australia dan lainnya juga akan terkena imbas negatifnya. Bahkan dunia juga kena, apalagi pertumbuhan ekonomi China diperkirakan tidak akan tinggi lagi dalam beberapa tahun ke depan. Oxford Economics memprediksi pada dekade ini rata-rata PDB China sebesar 4,5% saja.
Hari ini, Amerika Serikat akan mengumumkan data initial jobless claims untuk pekan yang berakhir pada 3 Desember 2022. Data tersebut diharapkan bisa memberi gambaran yang lebih jelas mengenai perkembangan data tenaga kerja serta ekonomi di Negara Paman Sam.
Tradingeconomics memperkirakan akan ada 250.000 permohonan klaim tunjangan pengangguran. Pada pekan sebelumnya yang berakhir pada 26 November, ada tambahan klaim sebanyak 225.0000.
Pada situasi saat ini, berita baik pada data ekonomi AS akan menjadi berita buruk karena mencerminkan bahwa pasar tenaga masih ketat, sehingga meningkatkan potensi Fed untuk kembali agresif untuk meredam inflasi.
Pasar tenaga kerja yang ketat karena angka lowongan kerja lebih banyak dari angka pengangguran akan membuat para pelaku bisnis untuk menaikkan upah guna mendapatkan calon karyawan yang potensial. Sehingga, masyarakat akan tetap konsumtif, di tengah angka inflasi yang tinggi.
(mae/mae)