Newsletter

Amerika Resesi - China Nyungsep! 2023 Bakal Penuh Gejolak

maesaroh, CNBC Indonesia
08 December 2022 06:00
Emiten Wall Street. AP
Foto: AFP via Getty Images/SAUL LOEB

Beralih ke bursa Amerika Serikat (AS), dua bursa utama mereka kembali mengakhiri perdagangan di zona merah. Indeks Dow Jones ditutup pada posisi 33.597,92. Posisi itu nyaris tidak bergerak dan hanya menguat tipis 1,58 poin dari penutupan hari sebelumnya.

Sementara itu, indeks Nasdaq melandai 0,51% atau 56,34 poin ke 10.958,55 sementara indeks S&P 500 melemah 7,34 poin atau 0,19% ke 3.933,92. Artinya, indeks S&P bahkan sudah mengakhiri lima perdagangan di zona merah. 

Mayoritas indeks kembali melemah di tengah meningkatnya kekhawatiran resesi di AS serta global. Masih kencangnya data PMI sektor jasa dan non-farm payroll membuat pelaku pasar AS pesimis jika bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) akan segera mengendurkan laju kenaikan suku bunganya.

Dengan data PMI sektor jasa  dan non-farm payroll yang masih kencang maka inflasi diperkirakan masih tinggi ke depan sehingga harapan The Fed diproyeksi masih akan memperpanjang kebijakan moneter ketatnya. Kondisi ini dikhawatirkan membawa AS ke jurang resesi.

Namun, data dari permintaan kredit rumah menunjukkan permintaan yang semakin turun. Data Mortgage Bankers Association menunjukkan permohonan kredit rumah turun 1,8% pada pekan lalu dibandingkan pekan sebelumnya. Penurunan ini menjadi sinyal jika kebijakan agresif The Fed sudah mulai membuat ekonomi AS melambat.

Seperti diketahui, The Fed telah mengerek suku bunga acuan sebesar 375 bps menjadi 3,75-4,0% pada tahun ini.

Portfolio manager Kingsview Asset Management, Paul Nolte, mengatakan bursa Wall Street goyah karena investor harus menyesuaikan proyeksi pendapatan perusahaan dengan memasukkan faktor resesi.

"Sebelumnya mereka tidak mempertimbangkan resesi pada 2023. Akan ada penyesuaian proyeksi earning untuk 12 bulan ke depan dan ini membuat pasar tertekan," tutur Nolte, kepada CNBC International.

Pelaku pasar kini menunggu data inflasi yang akan keluar pada Selasa pekan depan (13/12/2022) atau sehari sebelum The Fed menggelar rapat Federal Open Market Committee (FOMC).

"Jelas sekali terlihat perlambatan ekonomi. Itu tidak perlu dipertanyakan lagi. Kami memperkirakan ekonomi memang akan melemah pada tahun ini," tutur CEo Wells Fargo CEO, Charlie Scharf, dikutip dari CNBC International.

Scharf memperkirakan AS akan terseret ke jurang resesi pada 2023. CEO Bank of America Brian Moynihan memperkirakan ekonomi AS akan terkontraksi pada kuartal I-III tahun depan sebelum tumbuh positif pada kuartal IV-2022.

(mae/mae)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular