
Janji BI Mulai Terbukti, Rupiah "Bantai" Dolar Lagi

Kedigdayaan dolar AS perlahan-lahan mulai terkikis, bahkan tidak menutup kemungkinan akan merosot ke depannya. Hal ini terlihat dari posisi spekulatif para investor, yakni jual bersih (net short) dolar AS untuk pertama kalinya sejak pertengahan Juli 2021.
Indeks dolar AS pun belakangan sudah terus menurun. Pada akhir September lalu, indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini berada di kisaran 114, tertinggi dalam lebih dari 20 tahun terakhir, kini berada di 104.8.
Berdasarkan data dari Commodity Futures Trading Commission (CFTC), pada pekan yang berakhir 15 November, posisi dolar AS terhadap mata uang utama berbalik menjadi net short sebesar US$ 10,5 juta, dari pekan sebelumnya net long (beli bersih) US$ 2,36 miliar.
Posisi net short artinya lebih banyak investor mengambil posisi jual dolar AS melawan mata uang utama seperti yen, euro, poundsterling, franc Swiss, dolar Kanada dan lain-lain.
Berbaliknya posisi spekulatif tersebut akibat munculnya ekspektasi The Fed (bank sentral AS) akan mengendurkan laju kenaikan suku bunganya setelah tingkat pengangguran mengalami kenaikan, dan inflasi menurun.
Sementara itu, posisi spekulatif dolar AS terhadap semua mata uang, termasuk di dalamnya emerging market masih net long, tetapi mengalami penurunan tajam menjadi US$ 1,37 miliar pada pekan yang berakhir 31 Oktober, turun jauh dari pekan sebelumnya US$ 8,68 miliar.
Jika posisi tersebut berubah menjadi net short,ada peluang rupiah bisa menguat ke depannya.
(pap/pap)