
Wall Street Libur, 'Naga-Naganya' IHSG Gimana?

Sebagai informasi, pasar akan tutup pada hari Kamis untuk liburan Thanksgiving dan akan tutup lebih awal pada hari Jumat.
Sementara itu, pelaku pasar diperkirakan masih terbawa suasana 'happy' pasca risalah The Fed yang membawa angin segar.
Dalam rilis risalah rapat kebijakan moneter edisi November para pejabat The Fed sepakat untuk segera mengendurkan laju kenaikan suku bunga.
Bank sentral paling powerful di dunia ini akan kembali mengadakan rapat kebijakan moneter pada pertengahan Desember mendatang. Pasar melihat The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin menjadi 4,25% - 4,5% dengan probabilitas sebesar 75%, berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group.
Seperti diketahui, The Fed di bawah pimpinan Jerome Powell sebelumnya sudah menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin empat kali beruntun hingga suku bunga saat ini menjadi 3,75% - 4%.
Risalah tersebut juga menunjukkan dengan kenaikan suku bunga yang lebih kecil, para pejabat The Fed bisa mengevaluasi dampak dari kenaikan agresif sebelumnya.
Sebelumnya harapan akan mengendurnya The Fed muncul setelah tingkat pengangguran di Amerika Serikat mengalami kenaikan pada Oktober, sementara inflasi menurun.
Mengacu pada FedWatch, sebanyak 75,8% analis memprediksikan adanya kenaikan sekitar 50 bps dan akan mengirim tingkat suku bunga acuan Fed menjadi 4,25%-4,5%.
Meski The Fed akan mengendurkan laju kenaikan suku bunganya, bukan berarti tekanan bagi rupiah selesai. Memang tekanan akan sedikit berkurang, tetapi kenaikan suku bunga The Fed seberapa pun itu tetap menjadi penekan rupiah.
Pelaku pasar dalam beberapa hari terakhir sudah memprediksi The Fed akan menaikkan 50 basis poin bulan depan, dan rupiah masih tetap sulit menguat.
Selain itu, yang menjadi fokus utama sebenarnya bukan berapa basis poin kenaikan, tetapi seberapa tinggi suku bunga The Fed di akhir periode pengetatan moneter.
Selain itu, data klaim pengangguran datang lebih tinggi dari yang diharapkan yakni tercatat sebesar 240.000 untuk pekan yang berakhir 19 November, di mana ekonom yang disurvei oleh Dow Jones memperkirakan 225.000.
Ini menandakan bahwa pasar tenaga kerja mungkin melemah. Namun, pada saat yang sama, pesanan barang tahan lama untuk bulan Oktober lebih kuat dari yang diperkirakan, sebesar 1%, lebih tinggi dari perkiraan 0,5%.
Tanda-tanda tersebut menunjukkan bahwa ekonomi AS mulai melambat karena efek dari keagresifan the Fed dalam menaikkan suku bunga acuannya pada tahun ini. Di sepanjang tahun ini, The Fed telah menaikkan suku bunga acuan hingga 375 bps dan mengirim tingkat suku bunga Fed ke 3,75%-4%.
Di sisi lain, investor juga tengah mengamati perkembangan kasus Covid-19 di China. Ia kembali melaporkan lebih dari 31.000 infeksi Covid pada hari Rabu, termasuk kasus tanpa gejala. Angka ini melampaui level tertinggi 29.317 yang terlihat pada pertengahan April, selama penguncian Shanghai, menurut perhitungan CNBC dari data Wind Information.
Namun, infeksi Covid harian dengan gejala tetap jauh di bawah angka tertinggi yang terlihat pada bulan April. Hampir 90% atau lebih dari total kasus Covid yang dilaporkan dalam beberapa hari terakhir tidak menunjukkan gejala.
Seperti sebelumnya, investor harus memantau perkembangan dengan hati-hati karena pelaksanaan rencana pembukaan kembali yang setia akan menjadi kunci prospek investasi
(aum/aum)