
Amerika Serikat Lepas Dari Resesi, The Fed "Pecah"!

Wall Street yang bervariasi tentunya memberikan membuat pelaku pasar menimbang-nimbang ke mana arah yang tepat.
Seperti disebutkan sebelumnya, harapan The Fed akan mengendurkan laju kenaikan suku bunganya kini mulai muncul. Apalagi jika melihat data inflasi berdasarkan personal consumption expenditure (PCE) yang menjadi acuan The Fed.
Bersamaan dengan rilis data PDB AS kemarin, inflasi PCE dilaporkan tumbuh 4,2% di kuartal III-2022, jauh lebih rendah dari kuartal sebelumnya 7,3%. Sementara inflasi inti PCE, yang tidak memasukkan sektor makanan dan energi tumbuh 4,5% sejalan dengan ekspektasi Wall Street.
The Fed diperkirakan akan kembali menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada November nanti menjadi 3,75% - 4%. Namun, setelahnya banyak yang melihat bank sentral pimpinan Jerome Powell ini akan mulai mengendur.
Sebabnya, ada risiko perekonomian AS akan kembali mengalami double dip recession. Kontraksi PDB dalam 2 kuartal sebelumya secara teknis sudah disebut resesi. Namun, resesi di awal tahun ini ringan, bahkan mungkin belum terasa sebab pasar tenaga kerja AS masih sangat kuat, tetapi yang parah akan datang.
Survei terbaru yang dilakukan Wall Street Journal terhadap para ekonom menunjukkan sebanyak 63% memprediksi Amerika Serikat akan mengalami resesi 12 bulan ke depan. Persentase tersebut naik dari survei bulan Juli sebesar 49%.
Double dip recession pernah dialami Amerika Serikat pada 1980an. Resesi pertama terjadi pada kuartal I sampai III-1980, kemudian yang kedua pada kuartal III-1981 dan berlangsung hingga kuartal IV-1982.
Risiko tersebut menjadi pemicu terbelahnya pejabat The Fed dalam menentukan kebijakan moneter ke depan, dan menghembuskan harapan kepada pelaku pasar jika pivot kebijakan The Fed akan segera terjadi.
Pivot merujuk pada kebijakan yang berbalik arah dengan cepat dari kebijakan ketat ke pelonggaran kebijakan atau sebaliknya dari kebijakan longgar ke kebijakan ketat. Kondisi ini terjadi jika kondisi ekonomi berubah secara drastis sehingga The Fed tidak bisa melanjutkan stance kebijakan sebelumnya.
Financial expert yang juga penulis tentang ekonomi AS dan Wall Street, Nomi Prins, memperkirakan The Fed akan mem-pivot kebijakan mereka dalam tiga tahap. Pertama adalah dengan memperlambat kenaikan suku bunga dari 75 bps menjadi 50 bps. Kedua adalah dengan menahan suku bunga acuan dan di tahap tiga mereka baru akan memangkasnya.
"Kenaikan suku bunga acuan sejauh ini telah berdampak kepada ekonomi riil masyarakat. Kenaikan suku bunga menambah ongkos pinjaman pada masyarakat umum, konsumen nyata sehari-hari," ujar Prins, dikutip dari CNBC International.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (2)
(pap/pap)