Newsletter

Wahai Devisa, Kamu Di Mana? Banyak Yang Rindu!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
27 October 2022 06:06
Ketua Federal Reserve Board Jerome Powell
Foto: Ketua Federal Reserve Board Jerome Powell (REUTERS/Yuri Gripas)

Selain isu pelemahan rupiah, pasar juga menanti rilis data pertumbuhan Amerika Serikat malam ini. Berdasarkan hasil polling Reuters, PDB AS diprediksi akan tumbuh 2% di kuartal III-2022. Artinya, Amerika Serikat akan lepas dari resesi.

PDB Amerika Serikat sebelumnya mengalami kontraksi dua kuartal beruntun, sehingga secara teknis disebut mengalami resesi.

Pertumbuhan yang terjadi di kuartal III-2022 tidak serta merta akan disambut baik oleh pelaku pasar. Apalagi jika pertumbuhan tersebut lebih tinggi dari ekspektasi. Sebab, bank sentral AS (The Fed) akan terus agresif menaikkan suku bunga.

Berdasarkan data dari perangkat FedWatch milik CME Group, pasar melihat ada probabilitas sebesar 50% suku bunga The Fed berada di level 4,75% - 5% pada Februari 2023.

IDRFoto: CME Group

Hal ini masih memicu volatilitas di pasar finansial global, termasuk di dalam negeri.

Namun ada secercah harapan The Fed bakal mengurangi agresivitasnya. Bank sentral Kanada (Bank of Canada/BoC) kemarin kembali menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin menjadi 3,75% tetapi lebih rendah dari ekspektasi pasar sebesar 75 basis poin.

BoC menjadi bank sentral yang juga agresif dalam menaikkan suku bunga. Hingga saat ini, tercatat sudah ada 6 kali kenaikan, bahkan pada Juli lalu sebesar 100 basis poin dan September 75 basis poin.

Sore nanti ada bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) yang akan mengumumkan suku bunga. Pasar juga melihat ECB akan menaikkan suku bunga 75 basis poin, tetapi jika di bawah ekspektasi maka harapan The Fed akan mengendur akan semakin kuat.

Sebelumnya Wall Street Journal (WSJ) melaporkan beberapa pejabat The Fed mulai mengisyaratkan keinginan mereka untuk memperlambat laju kenaikan segera.

"Artikel Wall Street Journal yang menyebutkan laju kenaikan suku bunga sedang dipertimbangkan oleh para pelaku pasar," kata Daniel Ghali, ahli strategi komoditas di TD Securities, dikutip dari Reuters Jumat lalu.

Presiden The Fed San Francisco, Mary Daly mengatakan bahwa The Fed harus menghindari menempatkan ekonomi AS ke dalam "penurunan paksa" dengan pengetatan yang berlebihan. Ia menambahkan bahwa The Fed mendekati titik di mana laju kenaikan suku bunga harus diperlambat.

Jika tanda-tanda The Fed akan mengendurkan laju kenaikan suku bunganya semakin banyak muncul, ada peluang rupiah akan menguat. Hal ini bisa juga berdampak positif ke IHSG dan SBN.


HALAMAN SELANJUTNYA >>> Simak Rilis Data dan Agenda Hari Ini

(pap/pap)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular