Newsletter

Dunia Terancam Resesi, RI Malah Jadi 'Surga' Investasi!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Selasa, 25/10/2022 06:00 WIB
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah sukses mencatat penguatan awal pekan kemarin.

Kabar baik datang dari dalam negeri. Di tengah ancaman resesi dunia, daya tarik investasi di Indonesia terbukti masih sangat tinggi. Ini memberikan optimisme perekonomian ke depannya masih akan kuat, investor asing memandang Indonesia sebagai "surga" investasi.

Besarnya investasi yang masuk ke dalam negeri hingga mencatat rekor kenaikan tertinggi, dan faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan pasar pada Selasa (25/10/2022) akan dibahas pada halaman 3 dan 4.

Senin kemarin, adanya peluang bank sentral Amerika Serikat (AS) atau yang dikenal dengan Federal Reserve/The Fed mengendurkan laju kenaikan suku bunganya menjadi pemicu penguatan IHSG dan rupiah.

IHSG tercatat mampu menguat 0,5% ke 7.053,044, dan sukses membukukan penguatan 6 hari beruntun. Sektor finansial lagi-lagi mendongkrak kinerja IHSG. Indeks sektor dengan bobot paling besar ini tercatat menguat 1,52%.

Sementara itu rupiah tercatat menguat 0,29% melawan dolar AS ke Rp 15.585/US$.

Wall Street Journal (WSJ) melaporkan beberapa pejabat The Fed mulai mengisyaratkan keinginan mereka untuk memperlambat laju kenaikan segera.

"Artikel Wall Street Journal yang menyebutkan laju kenaikan suku bunga sedang dipertimbangkan oleh para pelaku pasar," kata Daniel Ghali, ahli strategi komoditas di TD Securities, dikutip dari Reuters.

Presiden The Fed San Francisco, Mary Daly mengatakan bahwa The Fed harus menghindari menempatkan ekonomi AS ke dalam "penurunan paksa" dengan pengetatan yang berlebihan. Ia menambahkan bahwa The Fed mendekati titik di mana laju kenaikan suku bunga harus diperlambat.

Kabar tersebut disambut baik pelaku pasar. Bursa saham AS melesat pada perdagangan Jumat (21/10/2022) waktu setempat, yang akhirnya menular ke pasar Asia awal pekan kemarin.

Pergerakan tersebut menunjukkan pasar kembali ke aset-aset berisiko, yang membuat dolar AS agak tertekan, rupiah pun mampu mencuri kesempatan menguat.

Sayangnya, Surat Berharga Negara (SBN) masih mengalami tekanan, bahkan sangat kuat.

Pergerakan SBN menjadi indikasi pasar finansial Indonesia masih akan mengalami volatilitas tinggi.

Senin kemarin, hanya SBN tenor 1 tahun yang mengalami penguatan. Hal ini terlihat dari yield-nya yang mengalami penurunan 2,9 basis poin menjadi 5,566%.

Pergerakan harga SBN berbanding terbalik dengan yield. Ketika harga naik maka yield akan turun, begitu juga sebaliknya.

SBN tenor lainnya mengalami tekanan, yield tenor 10 tahun bahkan naik 9,9 basis poin menjadi 7,654% menjadi yang tertinggi sejak Mei 2020 lalu.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Kabar Baik, Wall Street Melesat Lagi




(pap/pap)
Pages