
China hingga Thamrin, Apa Kabar Pasar Keuangan RI Pekan Ini?

Beralih ke AS, mayoritas bursa saham Wall Street pada perdagangan pekan lalu terpantau melemah.
Secara point-to-point pada pekan lalu, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) terpantau melesat 1,15%. Namun untuk indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite terpantau ambles. S&P 500 ambles 1,55% dan Nasdaq ambruk 3,11%.
Pada perdagangan Jumat pekan lalu, Dow Jones ditutup ambles 1,34% ke posisi 29.634,83, S&P 500 ambruk 2,37% ke 3.583,07, dan Nasdaq anjlok 3,08% menjadi 10.321,39.
Wall Street kembali ambruk pada akhir pekan lalu setelah survei konsumen dari University of Michigan menunjukkan ekspektasi inflasi meningkat, sentimen yang kemungkinan diawasi oleh The Fed.
Nasdaq yang sarat teknologi memimpin penurunan karena perusahaan yang tumbuh paling sensitif terhadap kenaikan suku bunga.
Pada saat yang sama, yield obligasi melonjak, di mana Treasury AS tenor 10 tahun melampaui 4% untuk kedua kalinya dalam dua hari terakhir pekan lalu karena investor bereaksi terhadap ekspektasi inflasi yang lebih tinggi.
Pasar cenderung gelisah sepanjang pekan lalu karena investor menimbang data inflasi baru yang akan menginformasikan The Fed karena terus menaikkan suku bunga untuk mendinginkan kenaikan harga.
Pada Kamis pekan lalu, saham melakukan perubahan haluan besar. Dow Jones mengakhiri sesi Kamis dengan naik 827 poin setelah turun lebih dari 500 poin di level terendah intraday. Sedangkan S&P 500 naik 2,6% untuk memecahkan penurunan beruntun enam hari, dan Nasdaq Composite melonjak 2,2%.
Kamis menandai pembalikan intraday terbesar kelima dari terendah dalam sejarah indeks S&P 500, dan itu adalah yang terbesar keempat untuk Nasdaq, menurut SentimenTrader.
Pergerakan tersebut merespons rilis data IHK AS, di mana pembacaan IHK utama AS pada bulan lalu lebih panas dari yang diharapkan. Pada awalnya, sentimen ini sempat membebani pasar karena investor bersiap untuk The Fed untuk melanjutkan rencana kenaikan suku bunga yang agresif. Namun kemudian, mereka mengabaikan kekhawatiran itu.
Namun, inflasi yang persisten tetap menjadi masalah bagi The Fed dan kekhawatiran investor seputar pengetatan kebijakan bank sentral.
"Dengan IHK inti yang masih bergerak ke arah yang salah dan pasar tenaga kerja yang kuat, kondisi tidak sesuai untuk poros kebijakan The Fed, yang akan menjadi salah satu kondisi untuk reli berkelanjutan di pasar ekuitas," kata Mark Haefele, manajemen kekayaan global dan kepala investasi UBS dalam catatan Jumat (14/10/2022).
Sementara itu, penjualan ritel AS naik 8,2% (yoy) pada September, melandai dibandingkan Agustus yang tercatat 9,4% (yoy). Secara bulanan, penjualan ritel stagnan dari tumbuh 0,4% pada Agustus.
Sedangkan, penjualan kendaraan bermotor dan bagiannya turun 0,4% pada September, dibandingkan tumbuh 2,8% pada Agustus. Penjualan bensin di SPBU turun 1,4% pada Agustus, dari koreksi 5,2% pada Agustus.
(chd/chd)