Newsletter

IMF dan AS Bawa Kabar Buruk, Awas IHSG Nyungsep Lagi

Maesaroh, CNBC Indonesia
12 October 2022 06:00
Financial Markets Wall Street
Foto: AP/Courtney Crow

Beralih ke bursa saham Negeri Paman Sam, mayoritas Wall Street masih berkutat di zona merah dan hanya Indeks Dow Jones yang berakhir di zona hijau. Amblesnya Wall Street kemarin semakin memperpanjang tren negatifnya selama lima harri beruntun.

Pada perdagangan Selasa (11/10/2022), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup menguat 36,31 poin atau 0,12% ke 29.239,19.  Penguatan sekaligus mengakhiri tren pelemahan yang sudah berlangsung sejak Rabu pekan lalu hingga Senin pekan ini.

Sementara itu, indeks S&P 500 turun 23,55 poin atau 0,65% ke 3.588,84 dan indeks Nasdaq Composite ambruk 115,91 poin atau 1,1% ke 10.426,19.
Saham Meta  dan Microsoft jatuh ke titik terendah selama 52 minggu sebagai dampak lanjutan dari pembatasan ekspor chip AS ke China.

Harga obligasi pemerintah AS juga jatuh kemarin, di tandai dengan lonjakan yield. Yield surat utang pemerintah AS tenor 10 tahun melonjak ke 3,947% pada penutupan perdagangan kemarin. Posisi tersebut adalah yang tertinggi sejak 27 September 2022.

Terpuruknya saham utamanya dipicu oleh isu resesi serta keputusan bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) yang akan mengakhiri pembelian obligasi pemerintah Inggris. 

Sebelumnya, BoE mengatakan akan melakukan pembelian obligasi hingga 65 miliar pound (US$71 miliar) sampai dengan 14 Oktober mendatang untuk menstabilkan pasar. BoE bahkan bilang akan memborong berapapun gilt di pasar yang diperlukan untk menenangkan pasar yang panik karena kebijakan stimulus PM Liz Truss.

Pelaku pasar Wall Street kini menunggu data inflasi AS untuk September yang akan keluar pada Kamis pekan ini.  Hari ini, mereka akan menunggu data indeks harga produsen sementara pada Jumat akan ada pengumuman indeks kepercayaan konsumen.

Semua data tersebut akan menjadi pegangan pasar untuk membaca arah kebijakan The Fed yang akan menggelar rapat pada 1-12 November mendatang.

"Kondisi pasar saat ini sangat menyedihkan di tengah perlambatan ekonomi, ketidakpastian laporan keuangan, serta berapa lama kebijakan ketat The Fed. Sentimen penghindaran risiko (risk averson) juga meningkat tajam," tutur chief investment officer The Bahnsen Group David Bahnsen, kepada CNBC Internasional.

Isu resesi juga semakin kencang menggoyang Wall Street. CEO JPMorgan, Jamie Dimon pada Senin (10/10/2022) memperkirakan AS akan jatuh ke jurang resesi dalam 6-9 bulan ke depan atau pada 2023. AS tidak hanya mengalami perlambatan ekonomi ringan tetapi mengarah ke kondisi yang serius.

Nomura juga memperkirakan ekonomi AS akan segera memasuki resesi pada kuartal IV-2022. Resesi diproyeksi akan berlangsung selama lima kuartal. akan berlanjut sepanjang 2023.

Nomura juga memperkirakan The Fed akan mengerek suku bunga secara agresif hingga 5,25-5,5%.

Pekan ini merupakan awal dari musim pengumuman laporan keuangan kuartal III untuk perusahaan di bursa AS. Brad McMillan, chief investment officer Commonwealth Financial Network, memperkirakan pendapatan perusahaan yang terdaftar di bursa S&P akan tumbuh 6-7%. Perkiraan tersebut lebih rendah dari proyeksi awal yakni 9,9%.

"Kinerja keuangan perusahaan akan sangat menentukan pergerakan ke depan. Kendati tidak sebagus proyeksi awal, setidaknya pendapatan perusahaan masih bisa tumbuh dan kita menang di sini,"  tutur McMillan, kepada CNBC International.

(mae/luc)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular