- IHSG sudah empat hari secara beruntun melemah diikuti juga rupiah karena investor menanti sinyal kebijakan FFR dan inflasi China
- Malam ini Jerome Powell akan memberikan pernyataan, diharapkan ada sinyal mengenai FFR
- Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memastikan, kebijakan suku bunga acuan BI Rate akan terus dijaga di level 6%
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham dan nilai tukar rupiah kompak melemah pada sesi perdagangan kemarin, Selasa (5/3/2024). Bahkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah terkoreksi selama empat hari beruntun.
IHSG ditutup melemah 0,4% ke posisi 7.247,46 pada perdagangan kemarin. Untungnya IHSG masih berada di level psikologis 7.200.
Nilai transaksi indeks pada akhir perdagangan hari ini mencapai sekitar Rp 9,5 triliun dengan melibatkan 17 miliaran saham yang diperdagangkan sebanyak 1,2 juta kali. Sebanyak 198 saham menguat, 340 saham melemah, dan 236 saham cenderung mendatar.
Secara sektoral, sektor utilitas dan properti menjadi pemberat terbesar IHSG pada akhir perdagangan hari ini, yakni mencapai 3,31% dan 1,6%.
Pada sisi lain, dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup melemah 0,19% di angka Rp15.765/US$. Posisi ini merupakan yang terlemah sejak 31 Januari 2024.
Sikap investor yang masih cenderung wait and see menanti pernyataan dari Ketua bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell, khususnya perihal suku bunga mengerem aliran dana masuk ke pasar keuangan.
The Fed masih konsisten dengan suku bunganya yang berada di level 5,25-5,5%. Para pengambil kebijakan di The Fed menilai bahwa tingkat suku bunga kebijakan kemungkinan besar akan berada pada titik puncaknya dalam siklus pengetatan ini.
Suku bunga yang ditahan di level tinggi ini salah satunya disebabkan karena inflasi AS yang masih berada di angka 3,1% secara tahunan (year-on-year/yoy) atau di atas ekspektasi pasar di angka 2,9% yoy serta di atas target The Fed sendiri di level 2%.
Kondisi ini yang kemudian membuat indeks dolar Amerika Serikat atau DXY menguat dan kemudian menekan rupiah.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan bahwa untuk beberapa saat ke depan, dolar akan menguat, tetapi kita akan melihat bahwa dolar akan melemah pada semester kedua seiring dengan perubahan arah kebijakan The Fed.
Perry mengatakan, Fed Fund Rate atau FFR yang saat ini di kisaran 5,25%-5,5% akan turun sebesar 75 basis points (bps) pada semester II-2024. Dengan demikian, kebijakannya akan lebih dovish saat itu.
Beralih ke Asia, pada pekan ini, China akan merilis data laju CPI baik secara tahunan dan bulanan.
Sebelumnya pada Januari 2024 tercatat China berada dalam kondisi deflasi 0,8% yoy atau penurunan terbesar dalam 14 tahun terakhir dan lebih buruk dari perkiraan pasar yang memperkirakan penurunan sebesar 0,5%.
Data ini adalah penurunan CPI selama empat bulan berturut-turut, penurunan terpanjang sejak Oktober 2009.
Namun hingga kini konsensus memperkirakan bahwa CPI China akan naik dan inflasi terjadi ke level 0,4%.
Jika hal ini terjadi, maka indikasi bahwa roda perekonomian China mulai bergerak dan dapat berdampak baik bagi negara yang menjadi mitra dagangnya, salah satunya Indonesia.
Saham-saham di bursa Amerika Serikat melemah pada pembukaan perdagangan Selasa (6/3/2024), ditekan oleh saham Apple dan harga saham emiten lain di sektor teknologi mengalami penurunan.
Indeks yang dipenuhi saham teknologi yakni Nasdaq anjlok sebesar 1,65% menjadi 15.939,59. Rata-rata Industri Dow Jones pun melemah 404,64 poin, atau 1,04% menjadi 38.585,19 dan S &P 500 melorot 1,02% ditutup di 5.078,65%.
Apple tergelincir hampir 3% karena laporan dari Counterpoint Research yang menemukan penjualan iPhone anjlok di China dalam enam minggu pertama pada 2024.
Beberapa saham teknologi 'mega-cap' lainnya termasuk Tesla, Netflix dan Microsoft melemah lebih dari 2%. Sektor teknologi di dalam indeks S&P 500 memimpin penurunan indeks secara luas dengan penurunan lebih dari 2%.
Terpantau harga saham AMD turun lebih dari 1% setelah laporan bahwa pembuat chip tersebut mengalami hambatan peraturan yang akan mencegahnya menjual chip kecerdasan buatan (AI) ke China.
"Ini seperti perdagangan yang mengambil alih kendali," kata Kevin Gordon, ahli strategi investasi senior di Charles Schwab.
"Kami mulai melihat beberapa aspek dari investor yang menambahkan sedikit, dan mengurangi yang tinggi."
Penurunan pada Selasa terjadi ketika investor mulai melakukan konsolidasi paska reli pasar yang membawa indeks mencapai level tertinggi sepanjang masa, yang didukung oleh optimisme seputar AI.
Pasar saham Indonesia pada perdagangan hari ini akan ditopang oleh berbagai sentimen baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
IHSG sendiri berpotensi bergerak di rentang 7.250 sebagai area support hingga 7.360 sebagai area resisten. Jika kemudian IHSG kembali melemah hari ini, penurunan bisa berlanjut menuju 7.200.
Dari dalam negeri sebenarnya kabar baik bagi investor karena bulan ini dipenuhi dengan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST). Pada rapat tahunan tersebut para emiten biasanya mengumumkan besaran dividen yang akan dibagikan kepada investor.
Tentu saja hal ini menarik perhatian karena investor bisa memperkirakan berapa keuntungan dari dividen yang didapatkan.
Hari ini PT Bank Tabungan Negara Tbk (Persero) atau BBTN akan menggelar RUPST. Diharapkan bank himbara ini akan mengumumkan dividen kepada investor seperti dua bank BUMN sebelumnya yakni BBRI dan BBNI.
Mengutip Refinitiv, perkiraan dividen yang akan dibagikan oleh BBTN pada 2024 mengacu tahun buku 2023 senilai Rp39,33 per lembar.
Setelah itu BMRI akan melakukan RUPST pada Kamis (7/3/2024). Tim riset CNBC Indonesia memperkirakan dividen BMRI akan mencapai Rp280,29 per lembar.
Adapun satu saham big bank lainnya yakni BBCA akan menggelar RUPST pada Kamis (14/7/2024) dengan prakiraan pembagian dividen senilai Rp181,6 per saham.
Sebelumnya, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada Jumat (1/3/2024) menyetujui penggunaan laba bersih konsolidasi sebesar 80% atau senilai Rp 48,1 triliun sebagai dividen yang dibagikan ke pemegang saham. Nilai tersebut setara Rp319 per lembar saham.
Secara nominal, jumlah dividen yang dibagikan tahun ini lebih tinggi dibandingkan tahun lalu senilai Rp231,22 per saham.
Sementara itu PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. membagikan dividen sebesar 50% dari laba tahun buku 2023 atau senilai Rp 10,45 triliun, setara dengan Rp 280,49 per lembar saham.
Selain kabar mengenai pembagian dividen, pernyataan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menenai kebijakan suku bunga BI juga menarik perhatian investor.
Perry memastikan, kebijakan suku bunga acuan BI Rate akan terus dijaga di level 6%, sampai ada ruang penurunan pada semester II-2024.
Dia menjelaskan, suku bunga itu akan ditahan di level itu untuk memastikan stabilitas ekonomi Indonesia terjaga, seperti inflasi yang terus terjaga rendah di kisaran target, hingga pergerakan rupiah terjaga.
"Itu kenapa untuk beberapa saat akan mempertahankan policy rate di level 6%," kata Perry dalam acara Mandiri Investment Forum 2024, Selasa (5/3/2024).
BI Rate di level 6% telah BI pertahankan sejak 19 Oktober 2023. Level suku bunga acuan itu naik setelah BI mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75% sejak 19 Januari 2023.
Meski begitu, Perry mengatakan, melihat ruang untuk mulai menurunkan suku bunga acuan pada semester II tahun ini. Salah satunya karena inflasi berpotensi terjaga di kisaran target 2,5% plus minus 1% tahun ini.
Perry juga memperkirakan pergerakan dolar Amerika Serikat (AS) akan melemah pada Semester II-2024.
Ini seiring dengan arah kebijakan bank sentral AS, yakni The Federal Reserve atau The Fed yang ia prediksi mulai melonggarkan kebijakan suku bunganya pada periode itu.
Perry mengatakan, Fed Fund Rate atau FFR yang saat ini di kisaran 5,25%-5,5% akan turun sebesar 75 basis points (bps) pada semester II-2024 dipengaruhi oleh melemahnya tekanan inflasi di AS yang saat ini mulai melandai, meskipun masih di level yang tinggi di kisaran 3%. Dengan demikian, kebijakannya akan lebih dovish saat itu.
Melihat peluang penurunan suku bunga berdasarkan perangkat Fedwatch, The Fed memiliki peluang besar untuk penurunan suku bunga pada Juni 2024.
 Foto: FEDWatch Peluang Penurunan Suku Bunga |
Malam ini akan rilis data yang bisa menjadi salah satu pertimbangan dalam menentukan kebijakan suku bunga The Fed, yakni data pembukaan lowongan baru.
Berdasarkan konsensus Trading Economics pembukaan lowongan pekerjaan pada Januari akan melandai ke 8,9 juta dari 9,03 juta.
Mengenai data pekerjaan juga akan dipublikasikan non farm payrolls yang diperkirakan akan turun ke 200 ribu pada Februari dari sebelumnya 353 ribu.
Di saat yang bersamaan, ada testimoni Jerome Powell, ketua The Fed, yang mungkin akan memberikan kisi-kisi mengenai cut rate.
Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:
1. Neraca Dagang Jerman Januari 2024 (14.00 WIB),
2. Pernyataan Jerome Powell (22.00 WIB),
3. Pembukaan Lowongan Baru JOLTs (22.00 WIB)
Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:
1. Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) BBTN
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
CNBC INDONESIA RESEARCH