
Inflasi September Diramal Meledak! Tertinggi Nyaris 8 Tahun

Jakarta, CNBC Indonesia- Inflasi Indonesia diperkirakan akan melonjak pada September 2022 sebagai imbas kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Subsidi.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 14 institusi memperkirakan inflasi September akan menembus 1,20% dibandingkan bulan sebelumnya (month to month/mtm).
Jika ramalan ini benar maka ini akan menjadi inflasi tertinggi sejak Desember 2014 atau dalam 93 bulan atau nyaris 8 tahun Sebagai catatan, tingginya inflasi pada Desember 2014 juga disebabkan dampak lanjutan dari kenaikan harga BBM Subsidi yang dilakukan pada November 2014.
Hasil polling juga memperkirakan inflasi secara tahunan (year on year/yoy) akan menembus 5,98% atau tertinggi sejak Oktober 2015 atau tujuh tahun terakhir.
Polling CNBC juga sejalan dengan proyeksi Bank Indonesia (BI). Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu IV September 2022, BI memperkirakan inflasi September menembus 1,1% (mtm).
Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data inflasi September pada Senin (3/10/2022). Sebagai catatan, Indonesia mencatatkan deflasi sebesar 0,21% (mtm) sementara inflasi tahunannya menembus 4,69% pada Agustus 2022.
Lonjakan inflasi pada September sudah diramal banyak analis dan ekonomi begitu Presiden Joko Widodo, atau Jokowi, mengumumkan kenaikan harga BBM Subsidi pada 3 September lalu.
Harga BBM Subsidi Pertalite naik dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10.000 per liter. Disusul, harga Solar subsidi dikerek menjadi Rp 6.800 per liter dari Rp 5.150 per liter. Dua BBM Subsidi terset rata-rata naik 31,4%. Pemerintah juga menaikkan harga Prtamax non subsidi dari Rp 12.500 per liter menjadi 14.500 per liter.
"Kenaikan harga BBM membuat ongkos transportasi naik dan jasa distribusi juga naik. Kondisi ini membuat harga-harga barang dan jasa lain ikutan merangkak naik (setelah kenaikan harga BBM)," tutur ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman dalam Macro Preview: Expecting Inflation to Jump in Sep-22 amid Fuel Price Adjustment.
Ekonom BNI Sekuritas Damhuri Nasution memperkirakan kenaikan harga BBM akan menambah inflasi hingga 1,82%. Selain harga BBM, pemerintah juga menaikkan tarif ojek online rata-rata 7-10% berlaku efektif 11 September 2022.
Kenaikan tarif membuat laju inflasi akan sangat kencang pada September. Dia menjelaskan inflasi kelompok volatile kemungkinan akan melandai sejalan dengan semakin murahnya sejumlah bahan pangan.
Namun, melandainya inflasi pangan tidak mampu menahan lonjakan inflasi dari kelompok administered price sehingga inflasi umum pada September tetap kencang.
"Inflasi akan tetap tinggi meskipun harga bahan pangan semakin turun. Beberapa bahan pangan mengalami deflasi seperti daging ayam, daging sapi, bawang merah, dan gula," ujar Damhuri, kepada CNBC Indonesia.
Melandainya harga pangan terbantu oleh membaiknya pasokan seiring dengan datangnya musim panen serta tidak adanya perayaan khusus pada September seperti hari besar keagamaan.
Merujuk data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPSN). Harga sejumlah bahan pangan memang mengalami penurunan yang cukup signifikan pada September dibandingkan Agustus.
Rata-rata harga daging ayam pada September ada di Rp 34.700 per kg atau turun 0,82% dibandingkan pada Agustus. Rata-rata hara cabai merah keriting dibanderol Rp 65.471 per kg atau turun 1,98% dibandingkan Agustus. Harga bawang merah anjlok pada September menjadi Rp 36.138 per kg.
Namun, harga beras nak 1,35% menjadi Rp 12.030 per kg pada September sementara harga telur ayam juga meningkat 0,35% pada September menjadi Rp 30.238 per kg.
Secara historis, kenaikan harga BBM Subsidi akan melambungkan inflasi pada tahun berjalan. Pasalnya, dampak kenaikan harga BBM Subsidi bukan hanya datang dari dampak langsung tetapi juga dari dampak lanjutannya seperti kenaikan ongkos transportasi, ongkos logistik, hingga harga makanan jadi.
Contohnya adalah pada 2014 di mana pemerintah menaikkan harga BBM pada November 2014. Inflasi bulanan (mtm) pada November mencapai 1,56% sementara pada Desember menyentuh 2,46%. Inflasi pada 2014 menembus 8,36%.
Harga bensin juga menjadi penyumbang inflasi terbesar pada 2014 yakni sebesar 1,04% meskipun kenaikan harga baru berlaku pada 18 November. Harga bensin juga mendongkrak inflasi pada 2013 dengan sumbangan hingga 1,17% pada 2013 saat ada harga kenaikan BBM Subsidi.
Tingginya sumbangan inflasi BBM disebabkan besarnya bobot nilai komoditas tersebut dalam perhitungan inflasi serta banyaknya masyarakat yang menggunakan BBM tersebut.
Merujuk data BPS, bensin memiliki bobot sebesar 3,8% sementara solar sebesar 0,13% dalam perhitungan inflasi. Konsumsi Pertalite diperkirakan mencapai 47% dari total konsumsi BBM di tanah air sehingga kenaikan komoditas tersebut akan langsung mengerek inflasi.
Faisal memperkirakan inflasi Indonesia akan tetap tinggi ke depan karena dampak lanjutan harga BBM masih tetap terasa. Menurutnya, inflasi tahun ini bisa menembus 6,27% pada tahun ini, jauh di atas tahun lalu yang tercatat 3,72%.
Senada, ekonom Bank Danamon Irman Faiz juga mengingatkan dampak lanjutan kenaikan harga BBM akan menambah tekanan kepada inflasi inti.
Poling CNBC memperkirakan inflasi inti akan menembus 3,6% pada September 2022 atau tertinggi sejak Januari 2016.
"Kita lihat permintaan domestik membaiknya cukup signifikan dan terlihat dari survei Bank Indonesia pelaku usaha yang mulai mau menaikkan harga semakin meningkat," ujar Irman.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/cha) Next Article Harga Beras Selangit, Inflasi Februari pun Sulit Dijinakkan