Newsletter

Wall Street Ditutup Mix, Pasar Keuangan RI Bisa Bangkit?

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
Rabu, 28/09/2022 06:20 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Tanah Air masih tak bergairah pada perdagangan Selasa (27/9/2022) kemarin. Namun sudah menunjukkan sedikit kemajuan dibandingkan gejolak awal pekan lalu.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah tipis setelah konsisten memerah sepanjang perdagangan. Sementara mata uang Garuda masih saja anjlok melawan dolar AS, sementara SBN nyaris tak berubah.

Indeks acuan bursa domestik kemarin ditutup di zona merah 0,21% ke 7.112,44. Sepanjang perdagangan indeks sempat jatuh ke level 7.000-an di sesi pertama, kemudian IHSG sukses memangkas koreksi di sesi kedua dan berhasil bertahan di atas level 7.100.

Mayoritas saham siang ini terpantau mengalami kenaikan. Statistik perdagangan mencatat ada 263 saham yang melemah dan 279 saham yang mengalami kenaikan dan sisanya sebanyak 147 saham stagnan.

Nilai transaksi indeks kembali turun dan relatif sepi di sekitar Rp 13,69 triliun. Angka tersebut turun signifikan dari rata-rata harian pekan lalu yang mencapai lebih dari Rp 20 triliun. Sebanyak 26 miliaran saham yang berpindah tangan 1,2 juta kali.

Saham PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) menjadi saham yang paling besar nilai transaksinya siang ini, yakni mencapai Rp 965,2 miliar. Sedangkan saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menyusul di posisi kedua dengan nilai transaksi mencapai Rp 873,7 miliar dan saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) di posisi ketiga sebesar Rp 749,9 miliar.

Namun pelaku pasar was-was terhadap ungkapan Ketua The Fed yang memberikan sinyal akan membawa suku bunga menjadi 4,4% pada akhir 2022 mendatang dan menaikkan 4,6% untuk perkiraan tahun depan. Efek pengetatan ini, konsensus memperkirakan akan ada kenaikan 75 bp di bulan November.

Inilah yang menjadi ketakutan di pasar dan akan terasa di seluruh pasar baik itu pasar saham, tenaga kerja, serta perumahan.

Namun dalam meredam inflasi yang telah mencapai level tertingginya, Powell tidak pernah mengatakan bahwa resesi adalah proyeksinya, meskipun para ekonom di Nomura memperkirakan AS akan masuk ke jurang resesi tahun ini.

Potensi resesi global semakin nyata dan nyaring bunyinya. Pelaku pasar makin khawatir akan perekonomian global yang kembali lesu ke depannya.


(aum/aum)
Pages