'Hantu' Resesi Gentayangan, Pasar Keuangan RI Siaga 1!
Jakarta, CNBC Indonesia - Pada perdagangan Senin (26/9/2022), pasar keuangan Indonesia ditutup tak bergairah, dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di zona merah, rupiah jeblok, serta Surat Berharga Negara (SBN) ramai dilepas investor, terlihat dari naiknya angka imbal hasil.
Indeks acuan utama bursa domestik, kemarin ditutup melemah 0,71%ke posisi 7.127,5. Bahkan IHSG sempat ambles nyaris 2%.
Pada awal perdagangan sesi I, IHSG ambles 1,22% di 7.090,99. Namun di sesi II, tepatnya menjelang akhir perdagangan, koreksi IHSG cenderung terpangkas, meski tidak terlalu besar pemangkasan koreksinya.
Nilai transaksi indeks pada perdagangan kemarin mencapai sekitar Rp 15 triliun dengan melibatkan 23 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,4 juta kali. Mayoritas saham terkoreksi pada hari ini, yakni sebanyak 442 saham. Sedangkan sisanya yakni 134 saham menguat dan 128 saham stagnan.
Saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) menjadi pemberat terbesar indeks kemarin, di mana saham GOTO memberatkan indeks hingga 13,217 poin. Saham GOTO ditutup ambles 3,03% ke posisi Rp 256/saham.
Sementara itu, di posisi kedua dan ketiga, ada PT Astra International Tbk (ASII) dan PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) yang memberatkan indeks masing-masing 8,15 poin dan 6,762 poin. Saham ASII ditutup ambrol 2,45% ke Rp 6.975/saham dan saham ADRO ambruk 4,69% menjadi Rp 3.860/saham.
Saham PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) menjadi saham yang paling besar nilai transaksinya pada perdagangan kemarin yakni mencapai Rp1,3 triliun. Sedangkan saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menyusul di posisi kedua dengan nilai transaksi mencapai Rp 888,8 miliar dan saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) di posisi ketiga sebesar Rp 634,8 miliar.
Di kawasan Asia-Pasifik, koreksi bursa saham mayoritas mencapai 1%. Bahkan ada yang ambruk hingga 3%.
Indeks Nikkei 225 ambruk 2,66%, Hang Seng Hong Kong melemah 0,44%, Shanghai Composite China ambles 1,2%, Straits Times Singapura ambrol 1,27%, ASX 200 Australia tergelincir 1,6%, KOSPI Korea Selatan anjlok 3,02%, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi 0,71%.
Penyebab koreksi IHSG pada perdagangan kemarin yakni kekhawatiran pelaku pasar akan potensi resesi atau perlambatan ekonomi global akibat inflasi yang masih meninggi dan bank sentral yang terus mengetatkan kebijakan moneternya guna meredam inflasi.
Bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bp) pada Kamis pekan lalu. Kini, suku bunga acuan AS yaitu Federal Fund Rates (FFR) berada di 3,25%.
Pelaku pasar tidak hanya menyorot soal kenaikan suku bunga acuan di bulan September karena memang sudah diantisipasi.
Namun yang mengejutkan adalah proyeksi dan arah suku bunga ke depan yang dirilis oleh Komite Pengambil Kebijakan (FOMC). Dalam proyeksinya, FFR bisa sampai 4,4% akhir tahun ini.
Bahkan ketika pelaku pasar memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga acuan tahun depan, proyeksi FOMC justru sebaliknya. Tahun depan mereka masih berpotensi kembali menaikkan suku bunga acuan.
Proyeksi tersebut yang akhirnya membuat pasar keuangan global kembali dilanda dengan koreksi. Sementara itu dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) juga membuat kebijakan yang cukup mengejutkan.
Ketika mayoritas ekonom sepakat BI hanya akan menaikkan suku bunga acuan 25 bp, yang terjadi justru BI menaikkan 50 bps.
Dengan The Fed yang masih akan agresif ke depan, maka investor patut untuk mewaspadai adanya aliran dana keluar dan volatilitas pergerakan IHSG yang masih akan tinggi meski sepanjang tahun ini IHSG cenderung masih tahan banting.
(aum/luc)