Aura Negatif di Mana-Mana, IHSG Rawan Terkoreksi Hari Ini
Jakarta, CNCB Indonesia - Pasar keuangan Indonesia kompak bergerak datar pada perdagangan Selasa (20/9/2022) kemarin. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), rupiah dan surat berharga negara (SBN) tercatat tidak mengalami perubahan signifikan.
Indeks acuan utama bursa domestik, kemarin ditutup menguat tipis 0,02% ke posisi 7.196,95. Setelah sempat melonjak di awal perdagangan, IHSG ditutup stagnan di sesi I. Selanjutnya di sesi II IHSG mampu rebound, namun berbalik arah di menit-menit terakhir jelang penutupan.
Sektor teknologi menjadi penyelamat IHSG, dan menjadi satu dari dua sektor saja yang tercatat menguat pada perdagangan kemarin. Meski demikian sejak awal tahun, sektor teknologi masih tertekan lebih dari 17%.
Secara spesifik, saham GoTo Gojek Tokopedia (GOTO) menjadi emiten utama yang menopang pergerakan bursa ke zona hijau dengan penguatan nyaris 10%. Melonjaknya harga saham GOTO terjadi satu pasca pengumuman kebijakan PHK yang akan dilakukan oleh saingan utama mereka di pasar e-commerce RI yaitu Shopee.
Sementara itu dua emiten perbankan yang merupakan perusahaan dengan kapitalisasi pasar terbesar di bursa, Bank Central Asia (BBCA) dan Bank Rakyat Indonesia (BBRI) menjadi pemberat IHSG kemarin.
Nilai transaksi indeks kembali turun dan relatif sepi di sekitar Rp 13 triliun. Angka tersebut turun signifikan dari rata-rata harian pekan lalu yang mencapai lebih dari Rp 20 triliun. Sebanyak 32 miliaran saham yang berpindah tangan 1,4 juta kali, dengan 203 saham terapresiasi, 328 saham terdepresiasi, dan 165 saham lainnya stagnan.
Kondisi stagnan juga terjadi di pasar keuangan lain, di mana kemarin rupiah melemah tipis melawan dolar Amerika Serikat (AS) dan kian dekat untuk kembali menembus level psikologis Rp 15.000/US$.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,07%, dan sempat bertambah menjadi 0,1%. Tetapi penguatan rupiah tidak bertahan lama dan berbalik melemah selepas tengah hari.
Pada penutupan perdagangan, rupiah berada di Rp 14.980/US$, relatif stagnan atau melemah 0,03% di pasar spot.
Sama dengan yang terjadi di pasar ekuitas, pedagang juga masih menunggu keputusan bank sentral utama dunia.
The Fed hampir pasti akan menaikkan suku bunga secara agresif. Bahkan ada kemungkinan menaikkan suku bunga 100 basis poin dan menjadi alasan utama rupiah sulit menguat.
Terakhir dari pasar obligasi, harga mayoritas SBN ditutup melemah. Meski demikian kenaikan imbal hasilnya relatif terbatas dengan yang terbesar untuk tenor 20 tahun hanya menguat 4,7 bps.
Pergerakan stagnan seperti ini memang lazim terjadi menjelang pengumuman kebijakan moneter The Fed, sebab investor masih menanti kepastian seberapa besar suku bunga akan dinaikkan dan menimbang implikasinya ke pasar secara lebih luas.
(fsd/sef)