Newsletter

Harga Minyak Ambrol, Wall Street Jebol, Jadi Resesi Nih?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
02 August 2022 06:10
Financial Markets Wall Street
Foto: AP/Courtney Crow

Beralih ke bursa saham AS, tiga indeks utama ditutup melemah. Dow Jones Industrial Average (DJIA), S&P 500, dan Nasdaq Composite terkoreksi masing-masing 0,14%, 0,28%, dan 0,18%.

Sementara indeks volatilitas (VIX) melesat 7,5%. Indeks ini sering disebut sebagai indeks ketakutan, karena mencerminkan sejauh mana pelaku pasar bersedia mengambil risiko. Semakin tinggi indeksnya, maka semakin besar ketakutan di pasar.

wall streetSumber: Refinitiv

Ada sejumlah sentimen yang membuat Wall Street finis di jalur merah. Pertama adalah koreksi teknikal.

Sepanjang bulan lalu, S&P 500 meroket 9,1%, kenaikan bulanan tertinggi sejak November 2020. Sedangkan Nasdaq 'terbang' 12,3%, lompatan bulanan tertinggi sejak April 2020.

Wajar jika investor tergiur dengan cuan tersebut. Wall Street pun terpapar tekanan jual sehingga harus rela melemah.

Kedua adalah rilis data aktivitas manufaktur. Pada Juli 2022, aktivitas manufaktur yang diukur dengan Purchasing Managers' Index (PMI) di Negeri Paman Sam tercatat 52,8. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 53 sekaligus jadi yang terendah sejak Juni 2020.


Pada kuartal II-2022, perekonomian AS mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) sebesar 0,9% secara kuartalan. Ini menjadi kontraksi ekonomi dalam dua kuartal beruntun, sehingga AS sudah masuk kategori resesi teknikal.

Dengan aktivitas manufaktur yang melambat, maka bukan tidak mungkin AS akan sulit keluar dari 'jurang' resesi dalam waktu dekat. Ini tentu menjadi sentimen negatif di pasar.

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular