Polling CNBC Indonesia

Suara Terbelah! Pasar Galau BI Naikkan Bunga atau Tidak

Maesaroh, CNBC Indonesia
20 July 2022 06:55
Infografis, Pergerakan Rupiah Sepekan
Foto: Infografis/ Pergerakan Rupiah Sepekan/ Edward Ricardo Sianturi

Sebagian besar ekonom yang memperkirakan kenaikan BI-7DRR menjadikan stabilitas rupiah sebagai salah satu faktor. Tren kenaikan suku bunga acuan di tingkat global sementara di sisi lain BI masih memberlakukan kebijakan dovish menjadi salah satu penyebab investor asing meninggalkan Indonesia. Derasnya capital outflow membuat rupiah tertekan.

Namun, ekonom Bahana Sekuitas Putera Satria Sambijantoro mengatakan kinerja rupiah cukup baik di tengah menguatnya dolar AS. Rupiah bahkan menguat dalam dua hari terakhir di tengah kencangnya ekspektasi kenaikan suku bunga acuan The Fed serta lonjakan inflasi AS.

"Rupiah cukup tahan terhadap rally dolar AS dan sinyal dovish Gubernur BI. Kondisi ini mencerminkan jika BI sebenarnya sama sekali tidak behind the curve," tutur Satria dalam laporan berjudul Swimming against the tightening tide.

Nilai tukar rupiah menguat 0,05% terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.975/US$ pada perdagangan Selasa (19/7/2022). Sepanjang tahun ini, rupiah memang melemah 4,84% terhadap dolar AS. Namun, pelemahan rupiah masih lebih kecil dibandingkan ringgit Malaysia (6,3%) atau baht Thailand (9,2%).


 

Satria mengatakan BI kemungkinan akan memilih untuk menjaga momentum pertumbuhan dengan mempertahankan suku bunga acuan. "BI akan menghindari kebijakan yang bisa membunuh permintaan domestik," tuturnya.

Sementara itu, ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan surplus besar pada neraca perdagangan juga akan membantu kinerja transaksi berjalan sehingga tekanan kepada nilai tukar bisa berkurang. Sebagai catatan, neraca perdagangan membukukan surplus sebesar US$ 5,09 miliar. Secara keseluruhan, surplus pada semester I-2022 menembus US$ 24,89 miliar. Pencapaian tersebut adalah yang tertinggi sepanjang sejarah.

"Neraca transaksi berjalan pada kuartal II-2022 diperkirakan tercatat surplus. Surplus neraca transaksi berjalan Indonesia sejak kuartal III-2021 yang ditopang oleh tren kenaikan harga komoditas mengindikasikan bahwa kondisi keseimbangan eksternal tetap solid sehingga tetap akan mendukung stabilitas rupiah," tutur Josua kepada CNBC Indonesia.

Dia menambahkan faktor lain yang membuat BI akan mempertahankan suku bunga pada bulan ini adalah inflasi yang masih terjaga. Laju kencang inflasi Indonesia lebih dipengaruhi oleh faktor supply. Inflasi akan melandai jika supply kembali normal.

Sebagai catatan, sepanjang tahun ini, lonjakan inflasi Indonesia lebih disebabkan kelompok volatile seperti bahan pangan dan harga diatur pemerintah.

"Inflasi inti yang merupakan proxy dari inflasi fundamental belum menunjukkan peningkatan yang signifikan," tutur Josua, kepada CNBC Indonesia.
Josua menambahkan

TIM RISET CNBC INDONESIA

(mae/mae)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular