
Tipis-Tipis! Rupiah Sukses Menguat 2 Hari Beruntun

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah sukses menguat 0,05% ke melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.975/US$ pada perdagangan Selasa (19/7/2022). Dengan demikian, rupiah sukses menguat dalam 2 hari beruntun, meski tipis-tipis saja.
Penguatan rupiah tidak mulus, rupiah sempat melemah 0,08% ke Rp 14.994/US$, berdasarkan data Refinitiv. Rupiah sempat lama stagnan, sebelum akhirnya sukses menguat tipis. Awal pekan kemarin, rupiah juga mencatat penguatan tipis dengan persentase yang sama.
Data inflasi dari zona euro menjadi perhatian. Berdasarkan data awal inflasi di zona euro pada bulan Juni tercatat melesat 8,1% (yoy) yang merupakan rekor tertinggi sepanjang masa. Data final inflasi di blok 19 negara tersebut akan dirilis pada Selasa (19/7/2022) dan diperkirakan akan lebih tinggi lagi menjadi 8,6% (yoy), berdasarkan konsensus Trading Economics.
Dengan inflasi yang semakin tinggi, ada kemungkinan bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) akan lebih agresif dalam menaikkan suku bunga. Risiko resesi pun semakin membesar. Dalam kondisi tersebut, dolar AS akan diuntungkan sebab menyandang status safe haven, hal ini membuat rupiah sulit menguat tajam.
Meski demikian, rupiah masih terus mampu bertahan di bawah Rp 15.000/US$, padahal tekanan dari eksternal sangat besar.
Hal ini menjadi indikasi Bank Indonesia (BI) selalu ada di pasar untuk menstabilkan rupiah. Pasar juga menanti pengumuman kebijakan moneter BI Kamis pekan ini, apakah Gubernur Perry Warjiyo dan kolega akan menaikkan suku bunga atau tidak.
BI sudah mempertahankan suku bunga acuan di rekor terendah 3,5% dalam 16 bulan beruntun, meski sebelumnya juga sudah melakukan normalisasi kebijakan.
"Sebagai bagian dari normalisasi kebijakan moneter, Bank Indonesia secara konsisten terus melakukan langkah-langkah normalisasi likuiditas. Setelah menaikkan rasio Giro Wajib Miinum(GWM) yang implementasinya dilakukan secara gradual,"
"BI juga memperkuat pelaksanaan Operasi Moneter Rupiah melalui penjualan SBN di pasar sekunder. Penjualan SBN tersebut bertujuan untuk menyerap kelebihan likuiditas di pasar keuangan sehingga dapat memperbaiki kondisi supply-demand baik di pasar uang maupun di pasar SBN," kata Edi Susanto, Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI kepada CNBC Indonesia, Senin (18/7/2022).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?
