Suku Bunga Bakal Naik Lagi, Dolar Australia Dekati Rp 10.300

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
19 July 2022 15:10
Ilustrasi dolar Australia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi dolar Australia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rilis notula rapat kebijakan moneter bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) pagi ini membuat kurs dolarnya kembali naik melawan rupiah, mendekati mendekati lagi Rp 10.300/AU$.

Pada perdagangan Selasa (19/7/2022) pukul 13:26 WIB dolar Australia diperdagangkan di kisaran Rp 10.272/AU$, menguat 0,66% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Rilis notula rapat kebijakan moneter RBA edisi Juli menunjukkan semua anggota dewan gubernur sepakat untuk mengambil langkah yang diperlukan guna meredam inflasi.

RBA di bawah pimpinan Philip Lowe dalam pengumuman kebijakan moneter awal bulan ini menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin menjadi 1,35%. Dengan demikian, RBA sudah menaikkan suku bunga 3 bulan beruntun, dan berada di titik tertinggi sejak Mei 2019, atau sebelum pandemi penyakit akibat virus corona (Covid-19).

Dengan demikian, RBA sudah 3 bulan beruntun menaikkan suku bunga, bahkan dua kenaikan sebelumnya lebih tinggi dari prediksi.

Pada Juni, Reuters memprediksi RBA di bawah pimpinan Philip Lowe akan menaikkan 25 basis poin, ternyata sebesar 50 basis poin. Begitu juga di Mei, prediksi 15 basis poin, RBA ternyata menaikkan 25 basis poin.

Notula yang dirilis hari ini menunjukkan para anggota setuju untuk mengambil langkah lebih lanjut untuk menormalisasi kondisi moneter. Artinya suku bunga akan kembali dinaikkan. Meski demikian, dolar Australia masih belum mampu naik tajam, sebab pelaku pasar was-was Negeri Kanguru akan mengalami resesi akibat kenaikan suku bunga yang agresif.

"Banyak bank sentral saat ini mandatnya pada dasarnya berubah menjadi tunggal, yakni menurunkan inflasi. Kredibilitas kebijakan moneter merupakan aset yang sangat berharga yang tidak boleh hilang, sehingga bank sentral akan agresif menaikkan suku bunga," kata Rob Subbraman, kepala ekonom Nomura dalam acara Street Signs Asia CNBC International, Selasa (5/7/2022).

Subbraman memproyeksikan dalam 12 bulan ke depan zona euro, Inggris, Jepang, Australia, Kanada dan Korea Selatan juga akan mengalami resesi.

"Kenaikan suku bunga yang agresif artinya kita melihat kebijakan front loading. Dalam beberapa bulan kami telah melihat risiko resesi, dan sekarang beberapa negara maju benar-benar jatuh ke jurang resesi," tambah Subbraman.

Analis dari Nomura juga memasukkan Australia sebagai negara yang berisiko mengalami resesi dalam 12 bulan ke depan. Resesi akan semakin pasar jika kenaikan suku bunga sampai memicu runtuhnya pasar properti.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Suku Bunga Diramal Naik, Dolar Australia Dekati Rp 10.400

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular