Newsletter

Bukan Resesi, Dunia Bakal Hadapi Long Recession!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
06 July 2022 06:10
Bendera Inggris
Foto: Bendera Inggris (Photo credit should read CARL DE SOUZA/AFP via Getty Images)

Ketika Amerika Serikat mengalami resesi, negara-negara lainnya juga akan terkena dampak buruknya. Masalahnya tidak hanya AS, negara-negara dengan nilai perekonomian besar juga diperkirakan akan mengalami resesi akibat menaikkan suku bunga dengan agresif guna meredam inflasi.

"Banyak bank sentral saat ini mandatnya pada dasarnya berubah menjadi tunggal, yakni menurunkan inflasi. Kredibilitas kebijakan moneter merupakan aset yang sangat berharga yang tidak boleh hilang, sehingga bank sentral akan agresif menaikkan suku bunga," kata Rob Subbraman, kepala ekonom Nomura dalam acara Street Signs Asia CNBC International, Selasa (5/7/2022).

Subbraman memproyeksikan dalam 12 bulan ke depan zona euro, Inggris, Jepang, Australia, Kanada dan Korea Selatan juga akan mengalami resesi.

Dari semua negara tersebut, hanya bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) dan bank sentral Jepang (BoJ) yang belum menaikkan suku bunga. Tetapi ECB sudah mengatakan akan menaikkan di bulan ini dan September, jadi hanya Jepang saja yang tidak ikut arus.

Bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) sudah 5 kali menaikkan suku bunga hingga Juni lalu. Suku bunga BoE saat ini 1,25% menjadi yang tertinggi dalam 13 tahun terakhir.

Bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) Selasa kemarin kembali menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin menjadi 1,35%, tertinggi sejak Maret 2019. RBA sudah menaikkan suku bunga dalam 3 bulan beruntun.

Bank sentral Kanada dan Korea Selatan juga sudah menaikkan suku bunga beberapa kali.

"Kenaikan suku bunga yang agresif artinya kita melihat kebijakan front loading. Dalam beberapa bulan kami telah melihat risiko resesi, dan sekarang beberapa negara maju benar-benar jatuh ke jurang resesi," tambah Subbraman.

Jepang merupakan negara dengan produk domestik bruto (PDB) terbesar ketiga di dunia, Inggris berada di urutan kelima.

Kanada di urutan kesepuluh, Korea Selatan dan Australia masing-masing menempati urutan dua belas dan tiga belas.

Kemudian zona euro terdiri dari 19 negara, yang termasuk di dalamnya Jerman Prancis dan Italia, yang masuk 10 besar negara dengan perekonomian terbesar di dunia. PDB total 19 negara tersebut berada menjadi yang terbesar kedua setelah Amerika Serikat.

Ketika para raksasa ekonomi tersebut mengalami kontraksi beruntun, maka dunia akan mengalami resesi.

Resesi tersebut bisa lebih dalam dan panjang seandainya kenaikan suku bunga yang agresif belum mampu menurunkan inflasi.

Paul Gambles, managing partner di MBMG Group mengatakan menaikkan suku bunga untuk meredam inflasi yang saat ini terjadi merupakan kebijakan yang salah.

"Menaikkan suku bunga untuk menurunkan demand, sehingga inflasi menurun bukan merupakan solusi yang tepat. Sebab, tingginya inflasi saat ini dipicu oleh masalah supply," kata Gambles, sebagaimana dilansir CNBC International, Senin (4/7/2022).

Ia menambahkan bank sentral Amerika Serikat (The Fed) menjadi yang pertama menyatakan kebijakan moneter tidak bisa mengurangi supply shock, tetapi mereka masih terus menaikkan suku bunga.

Isu long recession dunia masih akan terus membayangi pasar finansial termasuk Indonesia, sehingga pergerakan IHSG, rupiah hingga SBN masih akan terus berfluktuasi.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Rilis Data Ekonomi & Agenda Emiten Hari Ini

(pap/pap)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular